webnovel

Membuka pintu

Seorang gadis remaja dengan seragam sekolah menengah atas terbaik di kota Edinburgh terlihat berlari-lari di tengah malam yang sudah sepi di sekitar taman kota, tujuan gadis itu adalah terus berlari menghindari kejaran beberapa pemuda yang sedang mengejarnya dari belakang.

Beberapa dari pemuda itu berteriak, menyebut nama si gadis berulang-ulang. Dan hal itu semakin membuat sang gadis malang itu bertambah panik, satu jam yang lalu mereka ada di suatu pesta meriah di sebuah vila yang sudah disewa sebelumnya. Tanpa sepengetahuan sang gadis yang bernama Adeline Claire, pesta itu adalah sebuah pesta jebakan untuknya.

Salah satu teman baik Adeline di sekolah yang ternyata begitu membenci Adeline merencanakan hal buruk untuk menghancurkan Adeline, terlahir dari keluarga kaya sebagai anak tunggal membuat hidup Adeline begitu sempurna. Namun dibalik itu semua, ada banyak sekali manusia yang begitu iri dan menginginkan posisi Adeline. Termasuk teman-teman baik Adeline di sekolah, mereka mau berteman dengan Adeline karena uang yang tidak terbatas yang dimiliki Adeline. Tidak ada yang benar-benar tulus pada Adeline.

Puncak kebencian gadis-gadis muda itu pada Adeline terjadi satu minggu yang lalu. Saat itu Adeline terpilih menjadi bintang sekolah yang akan mewakili sekolah di ajang putri kecantikan tingkat sekolah menengah atas, Adeline yang memiliki segala keistimewaan dalam hidupnya pun bertambah senang ketika terpilih untuk mewakili sekolahnya dan rasa iri dari gadis muda yang tidak seberuntung Adeline pun semakin menjadi. Diam-diam mereka pun menyusun rencana untuk membuat Adeline hancur, karena itulah pesta yang dipenuhi alkohol dan ganja itu terjadi.

Adeline yang sama sekali tidak punya pikiran jelek apapun pada teman-temannya datang dengan rasa suka cita ke pesta itu, hingga akhirnya bencana dimulai.

Pesta yang memang punya tujuan untuk menghancurkan mental Adeline dimulai, satu persatu para pemuda yang berpesta mulai membuka harga untuk meniduri Adeline. Adeline yang akhirnya tahu kalau dijebak langsung panik, membayangkan tubuhnya dijamah orang yang tidak dikenal membuatnya ketakutan setengah mati.

"Jangan jual mahal, Adeline. Kami semua yang hadir ditempat ini tahu siapa dirimu."

"Benar, jalang sepertimu tidak pantas berpura-pura kaget seperti ini. Jadi kemarilah dan layani kami haha."

Suara gelak tawa para pria asing yang tidak Adeline kenal semakin membuat bulu kuduk Adeline berdiri, saat sedang panik mencari jalan keluar Adeline sempat melihat ke arah empat orang teman sekolahnya yang terlihat begitu menikmati ketakutannya saat ini.

Sadar jika Adeline sedang menatap mereka, Agnes sang dalang utama pesta jebakan untuk Adeline menyeringai lebar. "Layani mereka, Adel. Jangan pura-pura polos. Kau tidak pantas berakting seperti itu."

"Benar Adeline, cepat layani teman-teman kami ini. Kau pasti akan terpuaskan oleh mereka haha…"

Adeline yang sedang terpojok, mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. "Kenapa...kenapa kalian melakukan ini? Apa salahku?"

Agnes yang baru saja tertawa mendengar perkataan Eva langsung menatap Adeline dengan tajam. "Salahmu karena terlahir dengan semua keberuntungan yang seharusnya menjadi milik kami."

"Apa?"

"Ya, kau terlalu banyak mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya menjadi milik kami semua. Terlahir dari keluarga kaya, memiliki tubuh dan wajah sempurna dan kini kau akan mewakili sekolah untuk mengikuti ajang kecantikan tingkat nasional. Kau benar-benar sudah terlalu rakus dengan semua keberuntungan itu, Adeline. Karena itulah sekarang kau harus membagi semua yang kau miliki itu pada kita semua yang ada ditempat ini," ucap Agnes kembali dengan nafas menderu, kedua matanya dipenuhi rasa iri yang begitu besar.

Adeline menggelengkan kepalanya, dia tidak percaya mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Agnes.

"Karena itulah sekarang kau harus membayar semua yang kau ambil dari kami," ujar Eva keras tidak mau kalah.

"Membayar apa? Aku tidak merasa punya hutang apapun dengan kalian," jawab Adeline cepat. "Kalau kalian mau menggantikan aku di ajang kecantikan itu aku akan dengan senang hati mundur, jadi kalian tidak perlu melakukan ini padaku." Adeline berusaha untuk pura-pura kuat meskipun saat ini dirinya begitu ketakutan, dikepung oleh lebih dari sepuluh orang di tepi danau ditengah malam bukanlah sebuah hal yang baik. Adeline benar-benar menyesali keputusannya yang sudah menerima ajakan Agnes dan Eva tadi sore, jika saja dirinya menolak mungkin hal semacam ini tidak akan terjadi.

Agnes dan Eva tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Adeline.

"Kami bisa mendapatkan kembali apa yang menjadi hak kami berdua dengan mudah, tapi saat ini lebih baik kau melayani teman-teman kami. Mereka sudah tidak sabar ingin mencicipi tubuh indahmu itu, Adeline," ucap Eva kejam, tanpa rasa bersalah. "Cepatlah kemari dan jangan buat sulit, akan kubantu kau terkenal dengan cara instan."

Seluruh tubuh Adeline menggigil, meski Eva tidak bicara dengan jelas namun Adeline tahu apa yang dimaksud oleh teman sekolahnya itu. Eva ingin merekam dan membagikan video tidak senonoh yang akan dilakukan para pria berbadan besar itu kepada dirinya. Tidak! Adeline memilih mati daripada harus kehilangan harga diri dengan cara mengerikan seperti itu.

Dan saat ini Adeline hanya disodorkan dengan pilihan itu, hidup dengan rasa malu yang luar biasa atau mati terhormat. Gemercik air danau di bawahnya saat ini membuat keyakinan Adeline menjadi semakin besar, saat ini tidak ada orang yang bisa membantunya. Hanya dirinya sendirilah yang harus berjuang, melihat para pria menjijikan di depan matanya membuat Adeline harus segera bertindak. Para pria itu pasti tidak akan melepaskannya jika mereka berhasil menangkapnya.

"Ayo Adeline, kemarilah…layani teman-temanku," ucap Agnes dengan tawa yang terdengar begitu jelas. "Akan kubuat kau lebih terkenal dari para porn star yang ada di situs-situs terkenal itu…haha…"

"Yang dikatakan Agnes benar, cepatlah kemari Adeline. Kau sudah aku rekam, bekerjasamalah dengan baik," imbuh Eva penuh semangat, tanpa rasa bersalah dia mengarahkan ponselnya ke arah Adeline untuk merekamnya. Biadap!

Adeline melangkah mundur saat kelima pria di depannya mulai melangkah maju mendekatinya, langkah Adeline terhenti saat kakinya menyentuh dinding pembatas danau yang keras. Detak jantungnya berpacu dengan begitu cepat, suara air dibawahnya makin terdengar jelas.

"It's ok, Adel. Kau bisa berenang, jangan takut. Hanya ini satu-satunya cara untuk mempertahankan harga dirimu, Tuhan pasti akan membantumu, Adeline," ucap Adeline dalam hati dengan penuh keyakinan.

"Kemarilah cantik…puaskan kami."

"Ayo sayang, akan kubuat kau puas, cantik."

"Kemarilah anak manis…"

Beberapa pria menjijikan itu bicara saling bersahutan, mencoba merayu Adeline agar mengikuti kemauan mereka dan hanya orang bodoh sajalah yang akan mengikuti instruksi gila semacam itu.

Niat Adeline pun semakin kuat, tanpa ragu sedikitpun Adeline langsung melangkah naik ke atas dinding pembatas danau yang cukup tinggi dengan begitu mudah. Bukan hanya kelima pria itu yang terkejut, Agnes dan Eva pun nampak begitu kaget melihat apa yang Adeline lakukan saat ini.

"Jangan gila…cepat turun!

Adeline menggeleng pelan. "Tangkap aku jika bisa…."

Byurr…

Bersambung