1 Kasus 1: Pencurian dan pemukulan warga

‹Jika Anda harus melanggar hukum, lakukanlah untuk merampas kekuasaan yang korup; untuk kasus-kasus lain pelajarilah lebih dulu.› -Jullus caesar-

"Semua karakter, lokasi, organisasi, dan kejadian dalam novel hanyalah fiksi."

Jam 10.00 tanggal 1 Februari 2018

Di kota B.

Seorang cewek berjalan kaki di area gang kecil. Ia baru saja pulang dari kantornya karena tugas menumpuk dan pulang selarut ini. Ia merasa bahwa ada seseorang mengikutinya. Cewek itu ingat berita bahwa ada seseorang dirampok dan dipukul dengan benda di setiap gang kecil seperti ini. Dengan cepat ia lari menjauhi orang yang diikutinya karena orang itu semkin dekat dengan dia. Ia merasakan hawa-hawa pembunuh ada di tepat belakangnya.

Tak lama kemudian ia dipukul oleh orang tersebut dan diambilah tas. Lalu orang itu tidak sengaja menjatuhkan tonkatnya, mengambil barang berharga kecuali hpnya yang berada disaku jaketnya, dan berjalan menuju ke arah jalan raya besar. Meninggalkan cewek tadi keadaan pingsan di jalan.

Paginya kemudian...

Seperti biasa, seorang petugas kebersihan membawa sapu untuk melakukan tugasnya di gang sebelah TKP. Setelah bersih, petugas menyapu di gang berikutnya. Petugas heran karena ada orang tidur id tengah jalan.

"Bu, ngapain di sini?" tanya petugas kebersihan sambil merubah posisi

Kyaaaa!

Petugas kaget kalau ada orang terluka di sini. Petugas mengambil hp dan segera menelpon polisi sebelum orang-orang bergerumbul ke sini.

"Halo, ada yang bisa saya bantu nyonya?" tanya petugas polisi cewek membalas teleponnya

"Di sini ada orang pingsan di tengah gang."

"Bisa anda sherlock lokasinya berada?"

"Oke, saya kirimkan sekarang." Kata ibu kebersihan sambil menunjukkan alamat gangnya lewat sherlock

"Nyonya, mohon ditunggu sebentar ya. Polisi akan tiba 5 menit lagi."

Setelah itu petugas polisi datang beserta tim forensik untuk mengidentifikasi korban dan memberi tanda garis polisi di area gang tersebut. Orang-orang berkumpul ke sini.

Sebuah mobil hitam dengan bernada polisi datang dengan cepat dan berhenti di depan TKP. Seorang laki-laki yang bernama Heri keluar dari mobil tersebut kemudian berjalan ke arah TKP dengan menunjukkan ide-cart miliknya ke petugas polisi daerah. Dan melihat korban dan TKPnya.

Ini namanya kasus pemukulan dan pencopetan warga. Aku harus panggil Mira kalo gitu.

Heri langsung mengambil hp dikantong baju dan langsung menelpon Mira secepatnya. Saat ini, Heri membutuhkan kemampuannya Mira untuk menangkap si pelaku.

Semoga aja dijawab sama Mira.

"Halo Heri." Jawabnya menyembunyikan kesalnya

"Kamu di rumah kan?" tanya Heri

"Iya lah." Jawab Mira

"Loe mau gak bantuin aku?"

Hening. Mira berdiam sebentar. Sepertinya saat ini dia lagi main game kesukaan dia. Mungkin dia merasa terganggu dengan aku karena ada kasus lagi membuat Heri selalu dimarahi terus sama Mira.

Ayolah jawab, Mir.

"Oke, apa yang harus aku lakukan? "

Yes!. Akhirnya dia jawab.

Heri mengeluarkan senyuman aneh muncul dibibirnya.

"Tenang, gampang kok." Kata Heri sambil menatapi TKPnya.

*****

Mira POV

Aku sedang asyik main game di layar leptopnya. Tapi itu berubah ketika Mira mendengar hpnya berdering keras. Ia kesal karena yang menelpon adalah teman sepolisiannya, rian.

Kenapa lagi tuh anak, dia selalu mengganggu aku ketika sedang seru-serunya main game.

"Halo Heri." Jawabnya menyembunyikan kesalnya

"Kamu di rumah kan?" tanya Heri

"Iya lah." Jawabku.

"Loe mau gak bantuin aku?"

"Kenapa?, jangan bilang ada kasus baru." Nebaknya

Mira mendengar rian sedang ketawa dengan jelas.

"Kamu selalu menebaknya dengan benar."

"Iya aku tau lah."jawabku dengan tegas "Setiap kamu telfon pasti muncul kasus baru, ya kan?"

"Kamu benar."

"Kamu mesti mengacaukan suasanaku!" kesalku

"Ya maaf."

"Haisss kau ini." Aku menghembus nafas dengan pelan.

Aku harus milih mana?. Aku melirik ke layar komputerku dan kembali lagi ke layar hpku. Terpaksa dehh kalo gini caranya.

"Oke, apa yang harus kulakukan?" tanya Mira sambil mengganti baju dan bersiap-siap ke mobil.

"Tenang, gampang kok."

"Ada kasus pencurian barang. Seorang gadis dipukul oleh pelaku dengan tongkat dan membawa hartanya dia. Dan korbannya selamat dan dilarikan ke rumah sakit. Dia hanya luka ringan. Kamu disuruh memindai ingatan yang ada di tongkatnya."

"Tempat kejadiannya dimana?" tanya Mira sambil mengunci rumah dan membuka mobil miliknya. Menjalankan mesin mobilnya ke tempat TKPnya.

"Aku kirimkan lokasinya. Jangan sampai telat. Ada ketua tim kita."

"Oke siap Heri!" kata Mira sambil senyum siapnya. Ia melihat serlock GPS di layar hpnya.

Itu gak jauh dari togamas.

Setelah melihat, ia menaruh hpnya ke saku jaketnya. Dan langsung menambah kecepatan laju mobilnya. Mobil pun berhenti tepat di depan mobil polisinya. Lokasinya di salah satu gang kecil yang cukup jauh di jalan raya besar. Jalannya dipenuhi oleh banyak mobil polisi dan Orang-orang . Mira keluar dari mobil dan menuju ke TKP.

Mira mengalungkan ide-cart miliknya untuk menunjukkanya ke petugas kepolsian setempat.

"Mira!" kata Heri dengan keras

Mira berjalan meuju ke arah rian. Mira melihat tempatnya agak terang sehingga melihat tongkat dan sedikit bercak darah di areanya.

"Identitasnya korban?" tanyaku

"Namanya Susanti, umur 26, pegawai kantor bank. Dia diikuti oleh seseorang habis pulang larut dari kerjanya dan dipukul oleh tongkat ini sampai luka. Alhasil tonkatnya masih tertinggal di sini. Sehabis memukuli korban Susanti, dia merampas semua barang-barangnya. Dan diselamatkan oleh seorang petugas kebersihan setempat di pagi harinya." Penjelasan dari Heri

"Udah siap?"

Mira mengannguk pelan. Lalu jongkok tepat bawah tongkat tersebut dan memegangnya.

Beri Mira petunjuk pelaku, tongkat!.

Mira melihat kejadian malam itu. Ada laki-laki berumuran 50-an mengikuti cewek tersebut dengan membawat tas yang berisi tongkat pendek. Ketika korban tau jika ia diikuti seseorang, dia langsung membuka tasnya, mengeluarkan tongkatnya, dan memukulnya tepat korban menengok belakang. Setelah pelaku memukul, dia mengambil tas beserta hpnya. Sebentar, pelaku mempunyai bekas luka sayatan di tangan kiri beserta tangan kanannya ada hansaplas di jempolnya.

Beri tau alamat rumahnya dong!.

Perlaku pergi ke rumahnya, rumahnya bercat tua semuanya. Di dalam rumahnya pun juga bercat tua. Lokasinya dekat dengan rumah sakit tua, dulu ada kasus pembunuhan di rumah sakit tersebut dan ditutup karena kurangnya bukti-bukti yang jelas

Apa pelakunya dia kah??.

Mira membuka mata dan ingin melepaskannya. Tapi itu terhenti karena masih ada yang lain selain itu.

"Apa yang lihat dari tongkat itu?" tanya Heri

"Banyak," jawab mira sambil memegang kembali tongkatnya

Di dalam rumahnya, banyak senjata tajam dan barang -barang berharga di ruang tamu. Barang-barang tersebut tertata rapi. Di dalam sana banyak sekali orang. Mungkin anak buahnya??.

Mira membuka mata dan berdiri.

"Udah selesai?"

Mira mengangguk pelan. Lalu berdiri menghadap ke Rian

"Ayo."

"Kemana lagi?"

Heri menyeriai senyumannya ke Mira. "Ke rumah sakitlah, mau kemana lagi?"

"Kenpa harus ke sana?"

"Ada yang harus aku temui.

Heri meninggalkan TKP, aku membututi dia dari mobil yang dia pakai. Sesampai di rumah sakit, ada laki-laki yang gak asing sebaya denganku duduk di kursi lobi rumah sakit sedang menunggu seseorang. Rian berjalan menuju ke arah laki-laki tersebut.

"Hai Ar," sapa Heri sambil berjabat tangan ke Ardian, seorang anak dari wali kota sekarang, pak Kino. "Oh ya, kenalin ini temenku, Mira."

Sepertinya aku gak asing sama wajahnya. Siapa?.

"Mira." sapaku sabil meneluarkan telapak tanganku dari rokku. Bersalaman ke Ardian

"Ardian." Dia menolak salamannya. "Sepertinya aku pernah liat kamu deh,"

"Oh ya," aku mengingat-ingat lagi. Sepertinya aku lupa.

"Kamu lupa ya?, siapa yang mengalahkanku diajang lomba karate se Nasional?"

Aku menjitak dahinya. Dia ingat itu, ketika aku mengalahkan Ardian, musuh menyaingiku ketika lomba tersebut. Ternyata laki-laki tersebut adalah orang itu.

"Kalian saling kenal?" tanya Heri

"Aku kenal Mira." Jawab "Mira tsania azzahra, anak blesteran ke 2 dari ayahnya yang berasal dari Eropa. Dia mempunyai keistimewaan di tangan dan otaknya. Yaitu, bisa membaca pikiran dalam hal barang, yakan?"

Bagaimana dia bisa tau tentangku???.

"Oh ya aku lupa bilang ke kamu, Ardian sama kayak kamu. Sama-sama bisa membaca pikiran. Tapi bedanya, Ardian bisanya dalam hal manusia." Penjelasan Heri

What!, pantesan dia menolak berjabat tangan denganku. Berarti dulu pas lomba aku memukulinya berkali2 itu.... Dia tau semua tentangku dong?.

Aku hanya mematung setelah Heri memberiku info tentang dia. Kelamaan kesal sama tuh anak yang bernama Ardian.

"Oke sekarang," kata Heri sambil tepuk tangan samapi aku membuyarkan lamunanku ke dia. "Kasih tau aku info dari pelakunya, mulai dari Ardian."

"Pelakunya berumur sekitar 50-an dan mempunyai bekas sayatan di bagian tangan kirinya, kidal, di tangan kanannya ada handsaplas diibu jarinya." Penjelasan Ardian

"Kalo kamu, mir?"

"Sebagian sama kayak dia. Tapi aku menemukan rumahnya,"

"Dimana?"

Aku tersenyum sinis. "Kamu pasti tau kasus pembunuhan rumah sakit tua 2 tahun yang lalu kan?"

Heri hanya mengangguk pelan. Dia pasti tau karena dia pernah menangani kasus tersebut hingga akhirnya kasus tersebut ditutup karena kurangnya bukti-bukti yang jelas.

"Lokasinya di dekat rumah sakit tersebut." Kata Mira sambil tersenyum "Tapi kita perlu banyak kawan untuk melawan musuh."

"Aku punya beberapa kawan yang bisa bertarung." Kata Ardian mengingat temannya yang jago karate

"Memang kamu doang yang punya teman seperti itu?" tanya Mira sambil mengeluarkan hp di saku jaketnya dan menelpon Arkan "Halo Ar,"

"Siapa tuh? pacarmu kah?" heran Ardian

"Kepo amat." Jawabku sambil menjauhkan hpku ke Ardian

"Ada apa Mir?"

"Kamu mau gak bantuin aku?"

"Tentu saja mau, kan aku masih ada utang ke kamu tho,"

"Iya aku tau." Jawabku sambil pamit ke Heri untuk meneruskan teleponnya

"Oke, apa yang harus aku lakukan?"

"Mudah banget." Jawabku tersenyum licik

*****

Jam 8 malam, di dekat toko gramedia. Kota B

Ardian POV

Sebuah mobil avanza hitam berhenti di pinggir jalan dekat dengan rumah sakit tua. Beberapa polisi berpakaina biasa keluar dari mobil tersebut, termasuk kami bertiga dan menuju ke bangunan serba tua tersebut.

Bangunan tua yang sudah berlumut hijau menghiasi tembok ber-cat tua. Tidak ada pintu atau pun jendela di bangunan tersebut. Di sampingnya banyak sekali pohon rindang yang terkesan horor bagi yang merasakan aura jahat. Seperti tidak layak berpenghuni. Tapi di situ lah para penjahat berkumpul di sana.

"Di sini kah tempatnya?" tanyaku

Mira menjawabnya dengan mengangguk. "Mereka tinggal di sini sudah lama."

"Seperti tembok tanpa pintu." Kata Arkan menggunakan kata kiasan

"Tepat sekali." Jawab Mira dengan santai "Walaupun demikian, ada banyak orang di sana."

"Udah cek CCTV di area sini?" tanyaku ke Mira

Dia menggeleng. "Di sini tempat titik buta tanpa CCTV."

Sudah menduga...

"Ayo masuk!"

Kami bertiga berjalan menuju ke depan tembok. Kami mencari pintu berada tapi tidak ada. Akhirnya Heri mempersilahkan Mira untuk memegang temboknya untuk membaca pikiran lewat tangannya.

Mira POV

Aku mencari pintu disetiap tembok tapi tetap saja nihil. Aku baru ingat bahwa aku hanya melihat rumah ini hanya warna tembok luar sama dalamnya, gak tau cara masuk ke rumahnya.  Tiba-tiba, Heri muncul sebuah ide.

"Tolong kamu gunakan psychometrymu, Mir." Kata Heri ingat kalau aku bisa menggunakan psychometriku

Aku pun mengangguk pelan. Aku langsung memegang temboknya dan memulai psychometri.

Beberapa orang sering masuk-keluar dari rumah ini lewat... tanda panah ke arah kiri dengan warna hitam.

"Hei Arkan," aku melepaskan tanganku dari tembok lalu menghadap ke Ardian. "Minjam sentermu."

 "Buat apa?"tanya Arkan langsung mengasihkan senternya ke aku. Mencari tanda panah kiri.

"Kamu menemukan petunjuk?" tanya Arkan melihat aku sedang mencari sesuatu

"Ketemu!" teriakku membuat Ardian dan Arkan terkejut. "Dorong ini."

Merka berdua mendorong pintu ini sampai terbuka lebar. Masuk dengan hati-hati.

"Semuanya berpencar." Kataku dengan nada rendah "Kecuali kalian berdua, ikuti aku."

Ardian menjawabnya mengangguk. Lalu semua orang berpencar ke penjuru arah, Ardian mengikutiku berjalan lurus ke depan. Kita berdua melewati ruangan kosong yang sangat menakutkan dan sampailah kita bertemu di basement luas yang dimana banyak orang, termasuk bapak yang dimaksudkan oleh Ardian.

"Astaga, tempatnya jauh sekali," ngeluhku karena berjalan dengan jauh membuat kakiku sakit.

"Bagaimana dia tau kalau kita di sini?"tanya salah satu anak buahnya

"Jadi selama ini kalian bersembunyi di sini?" tanya Ardian

"Siapa kamu?"

"Siapa lagi kalau bukan polisi." Kata Arkan dengan santai

"Tugas kita mengangkap penjahat seperti kalian semua." Kataku

"Lawan mereka!"

"Banyak sekali." Kata Ardian sambil menghitung orang yang melawanku

"Kamu serius melawan mereka sendiri?" tanya Arkan. "Jika kamu merobohkan hampir 20 orang, masing-masing akan dipukul sekitar 5 kali."

"Kenapa kamu juga menghitung pukulan yang aku terima nanti?" heranku ke Arkan

"Untuk mengurangi rasa sakitmu lah." Kata Ardian

"Pokoknya kalian gak akan terluka." Kataku sambil merenggangkan tanganku yang siap memukul mereka kapanpun "Akan kupukul sekali dengan tanganku."

Satu persatu dari mereka maju dan melawan aku. Sesekali Ardian dan Arkan membantu aku. Aku memukul dan menghindar dari serangan mereka berkali-kali. Bala bantuan yang sempat bersama kami bertiga berkumpul dan mereka akhirnya menyerah. Mereka akan diinvestigasi di kantor polisi oleh Heri dan akan dipenjara.

Ditangkap pelaku sekitar 10 menit aja.

"Berita hari ini, kasus pemukulan dan pencurian warga akhirnya ditangkap oleh anak magang polisi yang diduga sebagai gabungan kasus pembunuhan berantai di rumah sakit tua yang sem[ppat ditutup dikarenakan kurangnya bukti yang jelas berakhir di sini dan akan diinvestigasikan oleh polisi pusat. Sekian, dan terimakasih."

avataravatar
Next chapter