1 Selamat Tinggal

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Terdengar irama langkah kaki dari sepasang kaki putih yang ramping. Ada seorang wanita yang mengenakan sepatu hak dengan tinggi sekitar 8 senti sedang berjalan di atas karpet merah. Langkahnya sangat anggun. Tubuhnya feminim dan memiliki lekukan indah yang membuatnya terlihat seksi.

Chi Wan beberapa kali menggosok pelipis matanya, wajahnya yang penuh dengan make-up terlihat sangat kelelahan.

Ia berangkat bekerja sangat pagi. Performanya dalam bekerja juga sangat tinggi dan tiada tandingnya. Serial TV selanjutnya sudah akan ditayangkan dan harus diselesaikan segera. Jadi ia harus cepat-cepat menyelesaikan bagiannya dari adegan wanita ini.

Ia berjalan menuju depan kamar nomor 1812 dan bersiap untuk mengetuk pintu, namun ternyata ia sadar pintunya terbuka dengan sendirinya.

Apa yang terjadi pada Lin Ya?

Sebagai seorang aktris populer yang telah mendapatkan penghargaan sebagai pemeran utama wanita protagonis, Lin Ya tidak mengunci pintu dengan benar saat malam hari. Apakah dia sengaja ingin membiarkan paparazzi masuk dan mengambil fotonya?

Perasaannya jadi tidak karuan, sehingga terbayang hal-hal yang tidak diinginkan.

Meski ia belum makan daging babi tapi terlihat seperti babi kekenyangan, bagaimana mungkin ia tidak mengetahui situasi seperti apa ini. 

Ia hanya datang untuk memberitahu Lin Ya agar pergi ke studio dan melakukan pemotretan, tapi tidak menyangka hal seperti ini terjadi. 

Aneh sekali.

Chi Wan tidak tahu harus pergi atau tetap tinggal. Saat ia sedang gelisah, terdengar suara wanita yang dia kenal, yaitu suara Lin Ya. Chi Wan merasa lega begitu mendengar suara Lin Ya di dalam. Kemudian Chi Wan pun mengetuk pintunya dari luar!

"Tianyu, kita sudah cukup lama pacaran. Kau masih belum memberitahuku, sebenarnya kau mencintaiku atau tidak?"

Itu suara Tianyu...

Mungkinkah itu dia?

Keraguannya mulai pudar, ketika mendengar seorang pria menjawab pertanyaan si wanita di dalam sana.

Tianyu berkata, "Sst, jangan bicara, fokus sedikit."

Suara serak yang akrab di telinganya membuat wajahnya menjadi pucat pasi. Pikirannya kosong, sorot matanya seperti kehilangan masa depan yang cerah.

Pertikaian di dalam sana masih berlangsung.

Chi Wan tetap berdiri diam di depan pintu, tubuhnya seperti mati rasa dan beku.

Pria yang ada di dalam adalah pacarnya selama tiga tahun belakangan. Mereka menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi.

Setengah tahun lalu, dia baru saja mendapatkan penghargaan aktor terbaik ketiga dalam karirnya. Nama Tianyu kemudian terkenal sampai ranah internasional, lalu dianggap sebagai aktor berbakat di kalangan muda oleh para seniman.

Sejak pria itu memulai karir, Chi Wan selalu berada di sampingnya. Sehingga Chi Wan melihatnya memulai karir dari awal, dan dengan cepat menjadi terkenal seperti sekarang ini.

Ia sangat bangga.

Hubungan mereka selalu stabil, paling tidak mereka selalu menyempatkan waktu untuk bertemu.

Jika saja tidak terjadi cinta lokasi, hubungan mereka pasti sempurna dan tidak ada cela.

Bahkan meski Chi Wan terlahir dengan sifat dingin, hatinya juga bisa merasa berdebar-debar dan jatuh cinta padanya.

Tapi sekarang?

Suara di dalam sana semakin tak tertahankan dan terdengar semakin keras. Tiba-tiba dia tertawa.

Sebagai aktor termuda di Cina, drama yang dia perankan sangat bagus!

Jika telinganya tidak mendengar suara Tianyu, Chi Wan akan selamanya tenggelam dalam kebohongan pacarnya.

Setelah mengetahui kebusukan bintang film Huo Tianyu, Chi Wan melangkah mundur ke belakang dengan anggun. 

Tidak ada yang tahu kalau di depan pintu ada seseorang yang berdiri cukup lama. Tiba-tiba dari celah pintu, Chi Wan melihat seorang lelaki sedang memakai handuk dan bertelanjang dada.

Rupanya dua orang di dalam sana juga menyadari kehadirannya. Sepasang mata merah kemudian mengawasinya.

Di wajah Huo Tianyu terlintas sedikit rasa sedih. Tanpa sadar Huo Tianyu maju dua langkah, lalu berhenti dan menatap Chi Wan lekat-lekat.

Wajah tampannya yang tampak dingin bisa membuat penggemar wanita menjerit dan pingsan.

...

Menjelang malam, Chi Wan merenung sembari mengingat-ingat mata dingin Tianyu, kemudian tertawa dingin. Topeng yang biasa ia kenakan pecah, jadi perlukah ia terus berpura-pura seperti sebelumnya?

Chi Wan berkedip dan sadar air matanya berkumpul di pelupuk mata, siap tumpah kapan saja. Kemudian ia mengusap wajahnya. Bahkan saat hatinya terasa sesak dan merasakan sakit yang amat sangat dalam, wajahnya masih bisa tersenyum seperti biasanya.

Ia orang yang terkenal, cantik, glamor, namun sedikit dingin.

"Selamat tinggal."

avataravatar
Next chapter