webnovel

Siapa mereka?

Lifan melihat ke liya,

" Apa lu lihat-lihat, mau gua keluarin bola mata lu. (bicara dalam hati)"

" Aku yakin wanita ini pasti sudah mengutukku dalam hatinya. (bicara dalam hati)"

"Aku tak mungkin pergi sekarang nanti perawat bisa curiga, lagian aku bilang ke mereka kamu adalah temanku masa iya aku meninggalkan teman sendiri di rumah sakit"

"(Mengambil roti dan minuman) ini makanlah, lagian bentar lagi kamu kan makan obat."

"(mengambil)"

"Nggak bilang makasih lagi, dasar nggam tahu di untung. (dalam hati)"

"(Lanjut makan tanpa mempedulikan orang di sekitarnya)

"Pria arogan sialan, nggak pakai nawaran orang lagi, moga aja ini pertama dan terakhir kalinya aku ketemu dia, kau nggam bakal gua pukul semua lukanya (dalam hati)"

Tak lama diapun selesai makan, tiba-tiba telpon ku berdering, ternyata itu dari teman kamarku,

"Hallo syah? (berjalab keluar)"

"Hallo, lu dimana sih? udah malam ni, Otw 7 jam lalu, kok sampai sekarang nggak nyampek-nyampek, di telpon nggak di angkat, di chat nggak lu balas, lu sebenarnya dimana sih? biasanya 2 jam setengah udah nyampek."

" lu bicara pelan-pelan dong, gua bingung mau jawab yang mana..."

"Sekarang lu dimana?"

"Dirumah sakit."

"Ngapain?"

"Ceritanya pan....jang bangat, yang jelas ini bikin gua kesal, palingan nanti jam 23.30 aku baru nyampek di kos."

"Ya udah, nanti kalau ada apa-apa kabarib ya..."

"iya... (lansung mamatikan telpon)"

Liya kembali ke ruangan itu, dia duduk tanpa mengeluarkan kata, pria itu pun diam saja melihatnya, tak di sadari waktu telah berlalu cukup lama, waktu menunjukan pukul 22.00, tak lama terdengar suara pria asing dari luar ruangan, liya tadinya sudah terlelap tiba-tiba terbangun mendengar suara itu. kemudian dia mengengedipka kedua mata serta memastikan perlihatkan, ternyata pria yang terluka itu masih dalam keadaan tertidur.

Sekitar pintu kamar itu di dorong oleh beberapa pri berbadan kekar, seperti pria terlatih, sekumpulan pria tampan masuk ke dalam ruangan dengan kebingungan liya memandangi pria-pria itu. Dia tidak bertanya melainkan menatap ke arah pria itu, dia memperhatikan secara seksama, dia mulai menyadari ada kepala rombongan yang cukup menarik perhatian, selain wajah dan postur tubuh mereka, suaranya juga sekian basa hingga kesan manis membekas pada wanita muda itu. Dia tercengang ketika pria itu bicara padanya.