1 #1

Cahaya matahari dengan lembut menerpa wajahku dari balik jendela kamarku. Membuat pagi di akhir pekan menjadi lebih berwarna dan indah. Ditambah dengan awan - awan yang berkumpul di langit biru sana membuat suasana menjadi lebih estetik. Aku membuka jendela dan menghirup dalam - dalam udara segar yang jarang permukiman ini miliki.

Setelah selesai menikmati pemandangan yang lingkunganku tawarkan, aku segera bersiap untuk mengerjakan tugas. Aku mengikat rambut coklat terangku dengan cepat dan langsung mengambil buku matematika di rak terdekat. Aku harus segera mengerjakan beberapa tugas yang guruku berikan.

Beberapa orang merasa aneh dengan segala perangaiku. Aku selalu memiliki pekerjaan yang belum kuselesaikan. Beberapa orang menganggap aku selalu bersikap sok sibuk. Namun sialnya, kesibukan selalu datang padaku. Atau mungkin, aku saja yang ingin kesibukan selalu datang padaku?

*Trululu.... Trululu*

Suara notifikasi lucu dari ponselku berbunyi. Menandakan ada pesan masuk. Aku membuka ponselku dan menemukan pesan berisi tautan yang dikirim oleh temanku.

Sepertinya sahabat - sahabatku mengadakan pertemuan secara daring dengan tujuan melepas rindu. Jika tidak karena virus menjengkelkan ini, kami sudah berpelukan dan melepas rindu di sebuah kafe seperti yang biasa kami lakukan sebelumnya.

"Ayo! Kita pertemuan harian!" ketik salah satu temanku bernama Angie.

"Oke!" ketik seseorang yang membuatku membeku sejenak. Ashley si primadona sekolah sekaligus sahabatku semenjak SMP. Aku sangat akrab padanya bahkan terasa seperti saudara dengannya,

"Hailey ikut nggak?" tanya Shanon padaku lewat pesan pribadi.

Aku menggelengkan kepala agar sadar dari lamunanku dan segera mengetik persetujuanku untuk mengikuti usulan Shanon.

Aku pun melepas ikatan rambutku dan menyisirnya selama beberapa detik. Lalu aku pun segera memasuki panggilan video lewat zoom itu. Terdapat Shanon dan Angie yang sudah bergabung. Namun aku tidak menemukan keberadaan Ashley yang sudah lama kutunggu.

"Dimana Ashley?" tanyaku dengan nada gelisah pada Angie dan Shanon yang masih sibuk dengan ponsel mereka. Aku ingin bertemu dengannya setelah sekian lama hanya di rumah dan hanya menatap wajah Kak Leah selama enam bulan.

"Tenang saja. Dia akan segera muncul beberapa detik lagi. Sahabatmu nggak akan pernah diculik. Kamu tahu kan seberapa galak ayahnya?" ucap Angie sebelum tersenyum ganjil padaku.

"Oh haha. Aku tidak mengerti maksudmu," ucapku berusaha membuat Angie kesal.

Beberapa detik kemudian, Ashley muncul di panggilan video itu bersamaan dengan Fifi. Membuatku terdiam membeku dan langsung memperhatikan tiap inci tubuhnya.

Ashley adalah gadis paling imut di antara semua gadis. Dia hanya memiliki tinggi tubuh sekitar 155 sentimeter. Namun, wajah imut serta rambut pirangnya yang selalu gemerlapan membuat tingginya bukan masalah besar.

"Huwaaa!! kurindu kalian, muach muach," ucap Fifi dengan membuat mulutnya seakan mencium- cium seseorang.

"Kita ketemu lagi deh!" ucap Angie dengan nada senang.

"Hey Hailey! Masih dengan semua sampahmu?" tanya Shanon sambil menyisir rambut hitamnya. Aku memutar mata dan mengangkat bahu membalasnya.

"Tugas ya jangan dibilang sampah, ayangkuh," ucap Angie dengan membuat imut wajah cantiknya.

"Gila ya. Udah enam bulan kita di rumah saja. Pada ngapain nih?" tanya Fifi dengan penuh selidik.

"Sekolah daring tentu saja. Aku mulai lelah dengan segala pelajaran dan tugas," ucap Angie dengan memasang tampang lelah.

"Ehm....Tapi kalau pertemuan kita datar - datar aja seperti ini rasanya kurang bermakna. Apalagi kita kan punya tugas - tugas menumpuk dari sekolah daring. Apakah teras seperti membuang waktu?" ucap Fifi sebelum menghela napas lelah.

Akhirnya keadaan menjadi sangat hening. Tidak ada satu pun yang membuka pembicaraan. Sampai akhirnya, Ashley memecahkannya.

"Teman - teman, aku punya ide agar pertemuan kita terasa lebih bermakna," ucap Ashley sebelum pipinya bersemu merah muda.

"Apa itu Ash? Kau tahu, idemu selalu menarik. Gim kemarin itu menyenangkan tahu. Temanku banyak sekali sekarang," ucap Shanon dengan wajah bahagia.

"Um... Aku ingin kita membuat kelas daring," ucap Ashley. Membuat Angie, Shanon, Fifi, dan aku membelalakkan mata.

"Ash, itu gila. Maksudku, yang pintar di sini hanya Hailey. Dia pun sibuknya tidak kira - kira," ucap Shanon.

"Iya Ash. Apa pun tapi jangan itu," ucap Angie dengan nada memohon.

Membuat Ashley berwajah murung dalam sekejap. Aku tidak bisa membiarkan ini.

"Tidak apa. Aku mengajar saja. Itu ide menarik kok Ash," ucapku. Senyum Ashley membuatku lega.

"Huft... Terserah kau deh, Hail. Kami tidak ikut," ucap Angie sebelum membuat wajah cemberut.

"Ayo kita nonton sesuatu yuk. Seperti... Royal Detectives! Ada episode terbarunya lho," ucap Fifi berusaha mencairkan suasana yang tiba - tiba tegang.

Shanon pun segera membagikan tampilan layarnya dan memainkan drama Korea terbaru itu. Beberapa detik kemudian, keadaan menjadi hening.

Semuanya hanya sibuk dengan semua laki - laki Korea yang memang terkenal dengan wajah tampan dan imut itu. Fifi dan Angie sempat berteriak beberapa kali melihat seorang pria dalam drama itu tiba - tiba menampilkan gaya kerennya.

Ada yang aneh denganku.

Aku seorang gadis dan seharusnya pria - pria itu atraktif. Tapi tidak ada seorang pun dari mereka yang menarik perhatianku.

Kembali lagi, perhatianku jatuh kepada Ashley yang sibuk menonton. Matanya berbinar setiap saat membuatku tersenyum sendiri.

"Yah... Habis," ucap Shanon dengan wajah kecewa.

"Ya sudah. Kita akhiri pertemuan kita. Sampai jumpa anak - anakku!" ucap Angie sebelum meninggalkan pertemuan itu.

Akhirnya, pertemuan itu hanya menyisakan aku dan Ashley. Kami berdua tersenyum bersama dan langsung melakukan gerakan lucu tanpa bicara. Lalu Ashley membuka mikrofon miliknya dan langsung menyanyikan salah satu lagu yang terkenal di tik tok. Seperti yang kami lakukan biasanya sebagai sahabat.

"Kelas daringnya mau dimulai kapan, Ash?" tanyaku memecahkan suasana menggelikan tanpa bicara itu.

"Oh... Bagaimana jika bulan depan. Ide bagus untuk mengumpulkan setidaknya dua orang murid bukan?" tanya Ashley.

"Iya. Itu ide bagus," ucapku menyetujui ucapan Ashley.

"Baiklah! Aku akan pergi dulu. Sampai jumpa!" ucap Ashley sebelum mengakhiri panggilan video kami.

Aku menghela napas sambil melihat ke langit - langit kamarku. Wajah Ashley yang lucu saat di panggilan video itu masih terbayang di kepalaku. Membuatku tersenyum - senyum sendiri tanpa aku sadari.

Tanpa pikir panjang, aku berjalan menuju ke salah satu rak buku di dekat tempat tidurku dan mengambil salah satu majalah yang terletak paling tersembunyi di rak bukuku.

Aku membuka salah satu halaman yang sengaja kulipat sebagai tanda. Halaman itu berisi seorang model cantik yang tampak berjalan di karpet merah.

Entah kenapa, gambar - gambar ini seperti terapi untukku. Karena hanya di saat aku melihat wanita berpakaian seksi dan Ashley, entah kenapa kepalaku tenang dan lega.

Aku tidak normal dan aku tahu itu.

avataravatar
Next chapter