2 Concern

Sienna berusaha membuat Theodor sabar dan memberikan pengertian. Ia menggenggam tangan Theodor.

"Mama tahu kamu sangat peduli sama Kaila, tapi kamu harus memikirkan hal lain juga. Seperti perusahaan papa yang kamu pegang saat ini," kata Sienna.

"Iya, Ma, aku juga memikirkan perusahaan kita. Aku enggak mau mengecewakan semuanya, oleh karena itu aku berpikir akan menjauh sementara dan membiarkan Kaila puas bermain dulu," balas Theodor.

"Iya, toh kalian juga masih sekolah. Kaila masih SMA kelas dua sedangkan kamu kelas tiga. Terus nanti kamu mau kuliah di mana?" tanya Sienna.

"Aku ingin mengajak Kaila ke tempat aku akan melanjutkan kuliah. Jadi Kaila bisa homeschooling saat sudah kelas tiga SMA," jawab Theodor.

"Apa tidak berlebihan? Kamu seperti akan mengontrol dia," kata Sienna.

Theodor menggenggam tangan mamanya. "Ma, aku tahu mana yang terbaik untuk Kaila. Aku juga akan berbicara pada Mama Becca dan Papa Sam," balas Theodor.

Theodor sedari kecil sudah menganggap kedua orang tua Kaila sebagai orang tuanya juga.

"Mama!" teriak Aleysa dari luar kamar.

"Adik kamu ini pasti lagi ngambek gara-gara Mama enggak izinin dia pergi ke club bareng Kaila," kata Sienna.

Theodor terkekeh mendengar suara Aleysa yang terus memanggil mamanya. Ia melangkahkan kaki menuju pintu, lalu membuka pintu.

Cklek

"Kakak, masa tadi aku enggak boleh sama mama dan papa buat pergi ke klub sama kak Kaila," kata Alesya dengan nada polosnya.

"Aduh duh adik Kakak, nanti kita kalau mau party buat di rumah aja," balas Theodor mengacak rambut Alesya.

"Kakak, rambut Alesya udah diblow malah diacak. Kakak sama papa sama aja, ngelarang Alesya mulu," kata Alesya mencebikkan bibirnya.

"Kamu blow rambut mau ke mana, Dek?" tanya Theodor.

"Ya biar tetap cantik. Iya kan, Ma?" kata Alesya menatap Sienna yang berdiri di samping Theodor.

"Iya, anak Mama emang paling cantik," balas Sienna melangkah mendekat ke putrinya, lalu memeluk Alesya erat.

"Dasar anak manja," ejek Theodor.

"Ehem," deham seorang pria dari belakang mereka.

Theodor dan yang lainnya terkejut mendengar dehaman seseorang yang paling mereka sayangi.

"Papa, masa tadi kakak ngacak rambut Alesya, padahal udah cantik-cantik gini," kata Alesya.

"Oh begitu. Sini peluk Papa, jangan mama doang dong," balas Arga.

"Papa, Alesya pengen main sama teman-teman Alesya lain kali, boleh ya?" tanya Alesya melangkah mendekati Arga.

"Nak, Papa enggak mau anak Papa yang cantik ini bergaul bebas. Papa sama mama dan kakak kamu mau yang terbaik. Kamu harus menjaga kemurnian kamu, Sayang," jawab Arga.

"Kemurnian? Udah kayak jaman kerajaan aja, Pa. Menyebalkan," kata Aleysa.

"Udah malam, lebih baik kita istirahat. Kamu besok sekolah kan?" tanya Arga.

"Pengennya sih libur terus jalan-jalan," jawab Aleysa.

"Besok habis pulang sekolah kita jalan-jalan," balas Sienna.

"Jalan-jalannya sama mama mulu, aku kan juga mau pergi sama temanku sekali-sekali," kata Aleysa.

"Aleysa," panggil Arga dengan penekanan. Dia tidak suka Aleysa menentang ucapan dia dan juga Sienna.

"Maaf, Pa," kata Aleysa menundukkan kepala.

"Besok Aleysa boleh ajak teman-teman kamu, tapi tetap sama Mama perginya," kata Sienna dengan senyum manisnya.

"Iya deh," balas Aleysa dengan nada kecewa. Ia sangat ingin bebas pergi bersama teman-temannya, tapi selalu dilarang sama kedua orang tuanya.

"Arga, aku antar Aleysa ke kamar dulu," kata Sienna.

Sienna mengantarkan Aleysa ke kamarnya, sedangkan Arga masih bersama Theodor di sana. Arga melihat raut wajah kesedihan di wajah Theodor menepuk bahunya.

"Theo, bagaimana kabar kamu?" tanya Arga.

"Aku baik, Pa," jawab Theodor.

"Kamu di sekolah jaga Kaila dan adik kamu kan?" tanya Arga.

"Iya, Pa, pastinya," jawab Theodor.

"Kamu nanti ada rencana apa untuk Kaila?" tanya Arga.

"Aku sih ingin izin sama Mama Becca dan Papa Sam untuk membawa Kaila ikut aku. Theo kan sebentar lagi kuliah, sedangkan Kaila masih bersekolah. Aku mau Kaila homeschooling setelah aku kuliah," Theodor.

"Iya betul. Itu yang terbaik. Tidak baik kalau LDR kelamaan, bisa hilang rasa. Untuk adik kamu, Papa berencana juga akan memasukan Aleysa ke homeschooling juga jika kamu sudah masuk kuliah," Arga.

Theo menatap Arga. "Apa mama akan setuju, Pa?" tanya Theodor.

"Papa ingin berbicara pada mama kamu dulu. Mamamu itu gampang sekali luluh dengan Alesya apalagi saat Aleysa merengek mau ke klub seperti tadi. Untung saja Papa dengar dan membuat adik kamu enggak jadi pergi," jawab Arga.

"Iya aku juga khawatir sama Kaila dan Aleysa. Mereka berdua sama-sama ingin bebas," balas Theodor.

"Kamu lebih baik mengurus Kaila. Untuk Aleysa, Papa yang akan mengurus dia," kata Arga sambil menepuk bahu Theodor.

"Selamat malam, Pa," kata Theodor.

"Selamat malam. Sampai ketemu besok," balas Arga.

Arga lalu pergi ke kamarnya, sedangkan Theodor berbaring di atas ranjang. Theodor memandangi langit-langit kamar.

"Bukan maksud aku mengurung kamu seperti burung dalam sangkar, tapi aku hanya mau melindungi kamu dari dunia yang kejam ini," kata Theodor.

***

Di kamar, Sienna sudah berbaring di atas ranjang. Ia melihat Arga belum kembali juga ke kamar mendengus kesal.

"Belum tidur, Sayang?" tanya Arga sambil menutup pintu.

"Belum. Ada yang mau aku bicarakan sama kamu," jawab Sienna sambil mendudukkan diri di tepi ranjang.

"Apa, Sayang?" tanya Arga.

"Alesya sudah besar dan menjadi gadis yang cantik namun polos karena kita membatasi pergaulan dia. Kalau Theodor nanti lulus siapa yang bisa memantau Alesya? Aku khawatir pada dia, Ga," kata Sienna.

"Itu juga yang aku pikirkan, Sayang. Aku berpikir ingin memindahkan Alesya bersekolah di rumah saja," balas Arga.

"Alesya akan semakin sedih jika kita melakukan itu. Kamu tahu kan dia itu akan makin merasa dikekang," kata Sienna.

"Sayang, kamu tahu kan banyak musuhku yang berkeliaran. Alesya putri kita satu-satunya, dia harus kita jaga sebaik mungkin," balas Arga.

"Iya, Arga, tapi jangan mengekang pertemanan Alesya juga. Dia butuh teman dan dia pasti juga ingin punya kekasih suatu saat nanti," kata Sienna sambil memeluk Arga.

"Aku sudah memilihkan kekasih yang terbaik untuk Alesya dan pria itu sangat pantas bersanding dengan keluarga kita," balas Arga.

"Loh, siapa? Aku kok belum tahu?" tanya Sienna.

"Wow! Calm down, Sienna. Namanya Rafa, dia kolega bisnisku. Anaknya sih lebih tua dari Alesya, dia juga sudah bisa memegang perusahaan. Aku harap ini pilihan yang tepat," jawab Arga.

"Kamu yakin Alesya enggak bakal marah kalau semuanya kita atur? Mama yakin dia ingin mencari sendiri pasangan yang tepat untuk dia," kata Sienna.

"Kamu tidak perlu khawatir. Nanti Rafa yang akan mendekati Alesya perlahan," balas Arga.

"Baiklah. Apa pun yang terbaik untuk putri kita, aku akan mendukung," kata Sienna.

"Iya, Sayang," balas Arga mengecup bibir Sienna.

Arga mendekap Sienna dalam pelukannya. Tangan Arga mengusap lembut rambut Sienna.

avataravatar
Next chapter