1 Gadis Yang Mati (1)

Senin pagi yang cerah, murid-murid sekolah mulai berdatangan ke sekolah. Ada yang senang bertemu kawannya, ada yang lebih fokus lihat hpnya, ada juga yang cuma datang dan langsung tidur di bangkunya. Namun siapa sangka, pagi yang cerah itu akan menjadi pertanda sebelum banyak kejadian yang menyeramkan di mulai.

Pak Supri, seorang penjaga sekolah dan tukang bersih-bersih sekolah. Dia tidak akan menyangka kalau pagi itu, dia akan menemukan seorang mayat. Gadis yang dia tahu selalu tersenyum dan paling cantik di sekolah akan mati dengan mengenaskan, kepalanya yang terputar dengan tak wajar serta perutnya yang memiliki luka yang sangat lebar. Supri, yang tadinya ingin membersihkan toilet sekolah langsung lari menuju kantor guru.

"Pak... pak.. mayat.. mayat... toilet..." Supri yang baru sampai di kantor guru dengan terengah-engah menunjuk arah larinya tadi. Para gurupun panik, dan segera bertanya padanya. "Kenapa pak? Mayat apa?"

Dengan nada gemetar Supri menjawab pertanyaan itu, "Ada mayat pak.. ada mayat di toilet sana..." diapun menunjuk toilet arah dia berlari tadi. Sontak para gurupun menuju toilet yang di tunjuk Supri tadi, ketika para guru datang yang mereka lihat adalah banyak siswa yang mengelilingi toilet itu. Ada beberapa dari mereka yang muntah dan banyak yang bersimpati pada mayat yang mereka lihat. Para gurupun membubarkan siswa-siswa itu, melarang mereka keluar dari kelas.

Setelah para siswa itu dibubarkan, para gurupun melihat apa yang para siswa tadi lihat. Tak heran meraka langsung menahan mulut mereka agar tidak memuntahkan apa yang ada didalam perut mereka. Salah satu gurupun menelepon polisi dan menjelaskan apa yang terjadi. Tak lama setelah dia menelepon polisi, banyak polisi yang datang dan menyegel tempat kejadian. Dengan banyaknya polisi yang datang, para gurupun membubarkan para siswa dan mengumumkan bahwa sekolah akan ditutup selama satu minngu.

[Di umumkan untuk seluruh murid sekolah Bhakti Bangsa, dikarenakan kejadian hari ini. Para murid di liburkan selama satu minggu, dan tidak boleh ada kegiatan apapun disekolah. Sekali lagi...]

Saat pengumuman ini di siarkan, Malik dan Putri sedang bergandengan di depan sekolah menuju kelas mereka. Terhentilah mereka ketika mereka mendengar pengumuman itu dan mereka baru sadar kalau sudah banyak mobil polisi terparkir di halaman sekolah mereka. Tak hanya mereka berdua saja yang terheran-heran apa yang terjadi di sekolah mereka, tapi banyak siswa yang baru datang ikut terheran apa yang terjadi.

Mereka baru sadar ketika banyak murid yang ingin keluar dari sekolah dengan tatapan yang ketakutan, sedih, dan tidak menyangka bahwa kejadian itu terjadi. Tak hanya mereka berdua yang merasa ada yang salah di sekolah mereka, tapi murid yang baru datang juga. Segeralah mereka bertanya pada teman mereka yang ingin pulang, menanyakan apa yang terjadi, kenapa ekspresi mereka begitu dan yang lainnya.

Ketika Malik dan Putri ingin menanyakan apa yang terjadi kepada teman sekelas mereka, mereka berdua mendengar suara keras yang memanggil mereka. Suara itu tak asing bagi mereka, suara itu berasal dari teman mereka sejak SMP. Dua gadis yang tak bisa dibedakan dengan wajah mereka, tapi bisa dibedakan dengan kepribadian mereka.

Gadis yang memakai pita biru tersenyum melihat mereka dan mengikuti gadis yang memakai pita merah yang sedang melambai dan memanggil mereka. Mereka berdua adalah Rara dan Rere, dua gadis anak konglomerat tapi hidup bersama nenek mereka.

Rara yang melambai dan memanggil Malik dan Putri terengah-engah ketika dirinya sampai tepat didepan mereka, "Malik.. hah..hah... Putri... hah...hah... " Putri yang melihat Rara terengah-engah menawarkan minumnya dan bertanya apa yang terjadi, "Rara, apa sih yang sebenarnya terjadi? Kenapa kita diliburkan mendadak?"

Melihat Rara yang sedang minum dengan tergesa-gesa, kembarannya Rere menjawab pertanyaan sahabat baiknya, "Gini Put, tadi pak Supri nemuin mayat di toilet pojok sekolah. Kata anak-anak yang lihat tadi, mayat itu sebenernya Layla." Rara yang selesai minum ikut menjawab,"Iya Put, tadi aku tanya Joko yang ikut ngelihat kalau kondisi Layla mengenaskan."

Malik yang mendengar ucapan Rara dan Rere semakin penasaran dengan kejadian itu. Satu sekolah tahu bahwa Layla itu adalah gadis yang baik, ramah dan pintar, mereka juga tahu bahwa dia itu adalah murid tercantik satu sekolah. Banyak cowok yang mengejar mereka, dan banyak cewek juga yang ingin berteman dengannya. Namun kejadian kali ini membuat semua orang kaget dan tak percaya bahwa Layla meninggal dengan kondisi seperti itu.

Ketika para cewek sedang saling menjawab satu sama lain, Malik tanpa sengaja melihat gadis dengan rambut panjang memakai gaun putih namun bersimbah darah melayang di sekitar toilet yang ditunjuk Rara tadi. Merasa ada yang aneh dengan pandangan Malik, Rara bertanya pada Malik dengan nada yang waspada, "Lik, kamu lihat apa? Kok pandanganmu gitu?"

Pertanyaan Rara membuat Malik tersadar dari lamunan yang dia lihat, "Ra, kamu lihat gadis itu?" Malikpun menunjuk arah toilet itu. Rara melihat kearah yang ditunjuk Malik, diapun sadar gadis apa yang ditanyakan Malik. Namun ketika Rara ingin menjawab pertanyaan Malik, Putri memotong obrolan mereka. Dengan nada cemburu Putri berkata pada Rara, "Gadis apa? Mana? Jangan bicara gadis lain!"

Malik melihat pacarnya yang memotong pembicaraan dia dan Rara, menggelengkan kepalanya. Dia tahu pacarnya itu seorang cemburu berat, tapi kenapa dia harus memotong pembicaraannya? Apa dia tak tahu kalau yang dia bicarakan itu gadis yang bisa melayang?

Melihat Putri yang cemburu, Rarapun menggoda Putri, "Ayolah Put, kami tahu kalau kamu itu cinta sekali sama Malik, kamu nggak usah cemburu. Tenang, tak ada yang merebutnya darimu kok. He he he."

"Cem-cemburu... aku nggak cemburu kok." Putripun memalingkan wajahnya, namun mereka dapat melihat wajahnya sangat merah sampai ke telinganya. Malik yang melihat Putri digoda Rara, membela Putri dengan nada yang tak berdaya, "Sudahlah, jangan menggoda Putri terus. Kamu lihat kan, mukanya sudah semerah tomat."

Mendengar omongan Malik, Putripun menolah ke arah Malik dengan tatapan tajam. Melihat pasangan yang saling memadu kasih dihadapan mereka, Rara dan Rere saling memandang dan setuju dalam satu hal 'Pasangan bodoh'. Ketika Rara ingin menggoda mereka, dia melihat kalau mobilnya sudah datang.

Rarapun menarik tangan Rere sambil berpisah kepada Malik dan Putri yang masih berbicara, "Malik, Putri kita pergi dulu ya. Dan Malik nanti aku telpon kamu soal gadis itu." Ketika Putri ingin berbicara, mereka berdua sudah berlari kearah mobil dengan melambaikan tangan mereka. Melihat itu Putri hanya bisa menahan apa yang ingin dia bicarakan.

Malik yang melihat dua temannya pergi, menoleh ke arah Putri, "Put, kita pulang juga yuk. Kondisinya juga kayak gini."

"Iya, tapi kamu anterin aku pulang ya. Aku sedikit takut." Setuju dengan permintaan Putri, Malik mengantar Putri hingga rumahnya. Malikpun tidak lupa mengingatkan Putri untuk tetap dirumah saja untuk sementara waktu. Setelah itu diapun berjalan kearah rumahnya yang tak jauh dari rumah Putri, hanya 200 meter dari rumahnya.

avataravatar
Next chapter