Kejuaraan Softball pun dimulai. Aku tidak ingin mengganggu Alice. Jadi Aku hanya menyemangati dia melalui pesan singkat.
"Semangat Alice aku yakin kamu pasti juara"
"Makasih Saaf, aku pasti juara"
Dan tidak disangka tim Alice sampai ke final. Aku datang untuk menonton. Aku melihat Alice dari kejauhan. Dia melihatku. Dari jauh aku memberinya semangat. Dia memberiku jempol dan senyuman lebar.
Disini aku melihat betapa seriusnya Alice saat pertandingan. Aku yakin dia pasti menang. Aku yakin latihannya akan terbayar.
Teriakan suporter tentu saja sangat menyemangati. tidak mau kalah aku pun bersorak dengan sekuat tenaga hingga suaraku habis. Dan
Tim Alice menang.
Aku langsung pergi dan bergegas ke tempat kerja. Aku tahu Alice tidak akan sempat menemuiku. Dia pasti lelah dan sibuk merayakan kemenangannya dengan rekan timnya.
Yang tersisa sekarang hanyalah menunggu. Aku tidak akan menagih janjinya. Disetiap bunyi telepon genggamku aku selalu berharap itu dari Alice.
Hingga ketika beberapa hari kemudian tidak sengaja. melihat Alice dan Alice pun melihatku.
"Ah.... Hai Alice"
"Eh?....Hai Saaf....."
Dengan nada yang sangat canggung seperti menyembunyikan sesuatu.
"Eh Alice Selamat atas kemenangannya, Maaf telat hehe..."
"......"
Tidak. Tidak. Tidak. Dadaku terasa sangat sesak. Hal yang aku tidak ingin dengar. Firasat burukku. Kekhawatiranku.
"Eh... Alice temen kamu?" Tanya seorang laki-laki yang selalu ingin Alice ceritakan.
"Saaf aku jalan dulu, nanti kita ketemu lagi".
Tidak. Aku tidak ingin menemuimu.