1 O1

"Benar juga ya? .. Eon?" Suara diseberang sana terdengar takut-takut layaknya anak kecil meminta uang saku lebih. "Ya..?" Helaan panjang terdengar, "Aku rindu Jisoo eonni."

"Maafkan aku.." parau.. suaraku parau sekali.. "Nanti kau harus minta maaf ya Eon? Aku temani kok!" Sudut bibirnya terangkat, "Terimakasih Lisa-ah."

"Huum! Selamat malam Jennie eonnie-ku!"

Jennie meletakkan ponselnya dengan hati-hati, Jisoo.. Jisoo..

Nama yang diperbincangkan sebagai penutup terus berlarian dibenaknya. Jennie bergerak dengan langkah yang terseok-seok, berat sekali..

Mengambil pakaian dalam lemari, kemudian berjalan ke kamar mandi. Keputusan Jennie hidup sendiri karenanya.. salah. Tentu salah. Tapi hatinya tidak peduli, seolah-olah mengatakan ini bukan masalah besar mengingat 'hidup sendiri' sangatlah wajar untuk umurnya yang sudah dua puluh dua tahun ini. Jennie sendirian di apartemennya, tidak seperti temannya—ralat— sahabatnya tadi, Lisa yang hidup ditemani oleh kekasihnya sekarang. Jennie duduk bersandar disamping bathtub dan menyalakan keran air. Suaranya sangat bising.

Jennie masuk ke bathtub berisi air panas yang masih beruap setelah memakai shower cap. "Ah!"

Jennie tersenyum lemas, lupa memasukan busa sabun kedalam air. Jennie mengambil gel kesukaannya dan menuangkannya kedalam air panas. Aromanya memabukkan, sehingga pikirannya kembali ke peristiwa menyenangkan enam tahun silam dengan tatapan menerawang.

.

.

.

Enam tahun silam.

"Apa karena kita terlalu merindukannya hingga datang sepagi ini?" Jennie tersenyum.. sangat mencurigakan.

"Kenapa?"

"Hehe.. piket," Sebelum jari-jari lentik mengenai bokongnya dengan sadis Jennie bergegas masuk ke kelas dengan terbirit-birit. "Yak! Kim Jennie!" Chae Yeong-ah.. kita semua merindukanmu sekarang. "Haha Jisoo benar.. terlalu pagi." Jennie mulai melakukan tugas mingguannya sementara Jisoo duduk seraya membaca buku. "Kenapa tiba-tiba baca buku?"

"Penasaran.. tapi membosankan ya?" tanya Jisoo namun terdengar seperti keluhan panjang. Jennie mengangguk, "Memang." Buku apa yang dia baca waktu itu? Justru karena dirinya aku candu dengan buku-buku, buku-buku sekarang seperti alkohol.

Cklek

Jennie menetapkan sebuah janji, jika dia piket kemudian seseorang datang, piketnya akan berhenti. Membuat perjanjian verbal seperti ini menyenangkan bukan? Tapi sepertinya tidak berlaku untuk piketnya kali ini. Karena Jennie tetap melakukannya bahkan sampai orang itu meninggalkan kelas kembali.

"Eoh? Pagi~" Jennie tersentak, kemudian berbalik untuk memastikan si pemilik suara. Benar, dia rupanya. Jennie penasaran bagaimana ekspresi Jisoo sekarang, sehingga Jennie memalingkan pandangannya kearah Jisoo yang menempatkan diri dibarisan depan. Tatapannya pasti lucu sekali. "Apa ada yang salah?" Tidak. Tidak sama sekali. Aku bahkan tidak menyadarinya Namjoon-ah.

Jennie tahu, Jisoo pasti tercengang, "Tidak. Kau terlihat seperti biasanya." Jennie menggantikan Jisoo untuk menjawabnya karena Jisoo masih memantung disana.

"Oh begitu ya..?" Canggung sekali. Tapi wajar saja, Jennie maupun Jisoo sendiri tidak pernah berbicara dengan pemilik marga 'Kim' itu. Marga yang sama dengan milik mereka. Jennie terus menyapu, tapi matanya sangat cekatan melihat gerak-gerik Namjoon dan juga Jisoo. Namjoon tidak terlihat mencurigakan, dia berjalan kearah kursinya, meletakkan tas nya dan..

Oh! Dia menghampiri Jisoo!

Selangkah Jennie mundur, memperluas ruang penglihatan untuk menatap lebih interaksi keduanya. "Kau Jisoo ya?" Jisoo menunduk dalam, terlihat semburat kemerahan di pipinya. Jennie dibelakang tersenyum kemenangan. "Oh? Bukankah?" Jennie berusaha untuk tidak menghancurkan suasana canggung itu dengan tawa, dia berusaha setengah mati menahannya, "Dia malu." Namjoon tertawa mendengar penuturan Jennie, tawanya terdengar pendek namun renyah, "Kenapa harus malu?"

"T-ti-dak! Aku tidak malu!" Tapi tatapannya mendelik kearah Jennie. Aku mengerti sekarang apa arti tatapan itu. "Benarkah?" Hal yang sangat tidak diduga Namjoon dengan tatapan mautnya bergerak mengelus surai Jisoo. Jennie tersentak sesaat, Namjoon si siswa teladan dengan segudang prestasi yang diraihnya. Sangat tidak masuk akal jika dia melakukan hal itu dengan perempuan. Kau pintar sekali.

"Lucu," Namjoon mencubit gemas lalu melenggang keluar kelas, entah kemana.

Jennie ingat sekali bagaimana wajah Jisoo memerah bak tomat karena perlakuan Namjoon. Jennie tertawa puas disana, begitupun Chae Young dan Lisa yang baru saja datang, mereka tertawa walau tak mengerti apa yang terjadi hanya saja melihat Jisoo mengibaskan wajahnya yang terasa panas.

.

.

.

Jennie tersenyum miris, perasaannya yang dulu berbeda dengan perasaannya yang sekarang. Dulu Jennie tertawa memang benar-benar ingin, tapi sekarang Jennie ingin sekali menertawakan dirinya yang bodoh karena tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi di kehidupannya. Bukankah dirinya sudah berjanji saat itu?

"Ya?"

"Besok kemari ya? Kami bosan~"

"Ckckck.. sudah hidup berdua masih saja bosan." Jennie mencibir namun tetap menyetujui ajakan kekasihnya Lisa itu.

.

.

Bermain ke Lotte World bersama dua orang yang menjalin hubungan memang benar-benar seperti 'nyamuk'. Jennie kesal, seharusnya dia tidak ikut. Seharusnya setelah makan siang bersama dia pulang dan membaca buku kesayangannya saja.

"Eon! Itu yuk!" Gilakah dirinya? "Ish! Panas." Lisa mengerang, "Sebentar~ bianglala saja kok!" Jennie menolak mentah-mentah ajakannya, lalu menunjuk kekasih Lisa sendiri yang sedang berlari kearah mereka. "Huh~ ini.." deru napas naik turun, peluhnya bercucuran. "Kook! Bianglala?" Seseorang yang dipanggil 'Kook' mengangguk, menyetujui ajakan kekasihnya. Lisa tersenyum senang seraya bergerak menarik lengan kekasihnya dan berlari kecil. "Sabarlah Jungkook.." Jennie tertawa kerena Jungkook berpaling kearahnya dan menurunkan kedua sudut bibirnya, seolah-olah mengatakan 'Aku lelah Noona!' Tapi ya memang seperti itu.

Es krim vanilla yang baru saja dibeli lima menit yang lalu sudah meleleh akibat panasnya hari ini. "Neraka bocor ya?" tanya Jungkook melepas topi ember hitamnya, rambutnya semakin basah karena peluh bercucuran. Jennie mengulum bibirnya, "Sepertinya begitu.. aku duluan ya?"

"Yah Eo-" Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Jennie menutup mulut Lisa, "Tugas aku banyak Lis, kau tidak kasihan padaku?"

"Andai Jisoo-" Untuk yang kedua kalinya Jennie memotong dan membungkuk dalam, "Maaf." Hanya itu yang bisa dia ucapkan. Maafkan aku..

"Aku tidak bermaksud Eonnie!" Terlambat, suara Lisa hanya menggema untuk sesaat.

avataravatar