1 CHAPTER 01

Tukk... Tukk...

"Jadi, kenapa kalian bolos?."

Hening

"Kenapa diam?!. Kalian masih kelas 10. Kalau kalian senior mungkin akan saya maafkan!."

Tiga laki-laki itu menunduk takut. Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seorang perempuan dengan atasan sweater dan celana hitam

"Pak Raden memanggil saya?."

"Hm. Kalian bertiga perkenalkan ini Aster. Dia adalah guru keamanan, dia yang memberikan hukuman untuk kalian. Ash mereka milikmu sekarang." Ujar pak Raden

"Baik." Aster menyeringai membuat ketiga laki-laki itu menciut. Dengan satu isyarat mereka berempat pun keluar

"Oke, sebentar. Sean Aditya, Juan Ananta, dan Teuku Ricky. Oh orang Aceh?."

"Iya."

"Boleh saya tau alasan kalian bolos?." Tanya Aster

Namun tiga laki-laki itu hanya diam

"Kalau ditanya tu jawab. Dengar kan?." Ucap Aster dengan nada sedikit tinggi

"Lo gak berhak tau." Jawab Juan dingin membuat kedua temannya terkejut

"Wah masih kelas 10 aja belagu. Oke kalau itu mau kalian. Bersihin toilet guru selama sebulan penuh. Bisa?."

Tiga laki-laki itu terkejut dengan mata terbelalak

"T-tapi kak kami-." Sean menciut melihat lirikan tajam Aster

"Kalian harus bertanggungjawab karena melakukan suatu kesalahan." Aster terkejut saat wajah 3 laki-laki itu berubah menjadi tegang

"K-kami pamit." Ricky segera menarik kedua temannya turun

Aster berbalik dan melihat 5 siswa yang diketahui berandal di sekolah itu

"Yo kak!."

Setelah menyapa Aster mereka melewati gadis itu dengan angkuhnya

"Pasti ada sesuatu."

* * * * *

     Cklekk…

"Argh ketuk dulu napa!. Gw lagi ganti baju sialan!."

Aster menatap datar kakaknya yang marah-marah dan dengan antengnya duduk di kasur. Dimas dengan cepat memakai bajunya dan menatap adiknya kesal

"Lo makin hari makin nyebelin. Ugh untung sayang."

Aster tersenyum kecil

"Kenapa lo malam-malam ke kamar gw?." Tanya Dimas

"Lo jadi wali kelas berapa?." Tanya Aster balik

"10 IPS 2. Kenapa?."

"Gw mau minta informasi tentang 3 anak ini dong." Aster memberikan 3 foto itu

"Bentar." Dimas mengambil berkas dari laci meja. Sementara Aster sudah siap dengan buku catatannya

"Hmm, yang pertama Sean Aditya. Dia murid teladan. Suka senyum, sering jadi tempat bahan contekan tapi kayaknya dia sendiri gak masalah. Anaknya periang pake banget. Suka sama mint choco kek lo, dan juga pastinya baik banget."

"Sip." Aster mencatat

"Terus Juan Ananta. Dia anaknya pendiam, beda banget sama Sean. Juara taekwondo terus. Ayahnya udah gak ada dan dia tinggal sama ibu adik dan neneknya. Mukanya suka julid tapi dia juga pintar."

"Terakhir?."

"Terakhir Teuku Ricky. Anaknya asyik, asli dari Aceh tapi besar di Jakarta. Pandai olahraga. Selalu ketiduran di kelas, katanya dia kerja. Puas lo?."

Aster terkekeh

"Puas, thanks abangkuu."

"Gitu doang?." Dimas menunjuk-nunjuk pipinya

Ini nih gak sukanya Aster. Orang-orang taunya Dimas tu pria yang jaim dan dingin. Padahal mah aslinya malu-maluin terus manja banget. Makanya mereka beda tempat tinggal dengan orang tua, supaya Dimas jadi mandiri. Ini malah anak pertama yang kek anak bungsu

Aster hendak mendekati Dimas tapi handphonenya berdering terlebih dahulu

"Halo?."

"…"

"Ha?!. Serius lu?!."

"…"

"Ck ya udah gw kesana. Bye." Aster mematikan telpon

"Kenapa dek?." Tanya Dimas

"Gw ada urusan. Gw makan malam diluar. Lo mau nitip gak bang?." Tanya Aster balik

Dimas menggeleng. Aster pun pergi dengan motornya menuju sebuah kafe yang agak jauh dari rumahnya tapi dekat dengan rumah orang yang akan ia temui

"Aster!."

"Hai, lama gak?." Tanya Aster seraya melepas sarung tangan motornya

"Jauh kan karena rumah lo. Pesan dulu gih."

Aster mengangguk lalu memanggil pelayan dan mengajukan pesanannya. Lalu ia menatap wanita seumurannya itu, Kara Rosalina. Wanita 22 tahun yang sudah menikah dua tahun lalu dan baru hamil beberapa bulan yang lalu, mereka sudah bersahabat dari masa SMP. Dan pekerjaan Kara benar-benar dibutuhkan Aster

"Jadi lo udah lakuin yang gw suruh?." Tanya Aster

"Udah. Gw nyari di semua cctv bahkan yang ilegal atau dalam kata lain, cctv yang bukan dari sekolah itu. Dan benar yang lo duga. 5 murid itu adalah berandalan dari sekolah itu dan mereka bertiga adalah korbannya. Mereka bolos karena dijebak mereka berlima." Jawab Kara

Aster diam. Kara bekerja di bidang komputer jadi sangat mudah untuk mengakses cctv. Dan seperti yang ia duga, lima laki-laki itu adalah seorang pembully

"Terus sekarang lo mau apa?." Tanya Kara seraya pesanan mereka yang datang

"Gw bakal selesain masalah mereka." Jawaban singkat Aster membuat Kara diam

"Jangan bilang lo mau kelahi lagi?. As, lo mau masalah yang dulu terulang?. Alasan lo dikeluarkan dari sekolah dan juga Kalimantan. Masih mending cuman kota gimana kalau Indonesia ngusir lo?!." Ujar Kara kembali mengingat masa lalu mereka yang menyakitkan

"Mereka bernasib sama dengan gw. Dijebak. Tapi tentu gw lebih parah. Dan sebelum api itu meluas, gw harus memadamkannya." Jelas Aster dengan raut wajah serius

"Tapi Ash, gw gak mau lo kenapa-kenapa lagi. Buat apa juga lo ikut campur?!. Mereka itu cuman murid yang gak bertanggung jawab!." Gertak Kara membuat sebagian pengunjung menatap mereka

"Justru itu mereka butuh kita sebagai orang tua. Ya gw juga masih 20-an tapi kalau bukan kita, siapa?. Orang tua mereka?. Gak bakal. Gw janji gw bakal baik'saja, gw bakal berhenti setelah semua membaik. Ok?." Ujar Aster dengan nada lembut

"Lo harus janji sama gw kalau ada apa-apa hubungi gw. Jangan dipendam!." Gertak Kara lagi membuat Aster terkekeh melihat aksi lucu sahabatnya

"Promise."

       Keesokan harinya…

"Pagi kak Aster!."

"Pagi kak!."

"Yo pagi!. Jangan lupa senyum ya hehe!."

Walau sudah siang dan berkeringat, Aster tetap berupaya memberikan energi kepada para murid. Walau ia hanya seorang guru keamanan yang selalu dianggap remeh, nyatanya para murid menyukai kehadiran Aster

"Eh siang bu!." Sapa Aster dengan seorang guru wanita. Tapi guru itu tak peduli dan melewatinya begitu saja, seperti yang dibilang hal itu karena Aster dianggap rendah

Namun Aster tak peduli. Ia lalu masuk ke toilet dan menuntaskan hajatnya. Setelah selesai, ia keluar untuk mencuci tangan tapi ia melihat tiga laki-laki yang menuju toilet pria dengan alat kebersihan di tangan mereka

"Gak nyangka mereka ngelakuin." Aster dengan cepat mencuci tangannya lalu menghampiri tiga laki-laki itu

"Ekhemm."

Mereka menengok dan nampak terkejut

"K-kak Aster."

"Wahh aku tak menyangka kalian benar-benar melakukannya. Terimakasih, petugas jadi merasa terbantu." Ujar Aster

"A-ahh ini tak seberapa." Tanggap Sean dan diangguki Ricky. Sementara Juan lebih memilih untuk mengepel lantai

"Setelah ini kunjungi saya di rooftop ya. Ada yang mau saya bicarain. Semangat kerjanya!." Aster memancarkan energinya di akhir lalu pergi

"Ck mau apa lagi dia?." Gerutu Juan

"Sudahlah, kita ikuti saja. Lumayan untuk tambah nilai." Ujar Sean dan mencoba menyemangati kedua temannya

Ternyata Aster tak benar-benar pergi. Ia tengah menelpon seseorang

"Ya kali ini lima. Temuin gw di rooftop."

avataravatar
Next chapter