18 Malam yang Mencekam

Hari semakin sore, tak terasa Deon sudah menunggu adiknya sejak 3 jam yang lalu di taman ini. Kini, mereka tengah asyik memakan jajanan yang dijual di pinggir jalan raya dekat taman.

"Apakah kau masih ingin bermain lagi?" tanya Deon memastikan adiknya sudah puas atau belum.

"Sudah, aku tahu kau lelah kak. Jadi, lebih baik kita pulang saja! Aku sudah banyak berkeringat," jawabnya lucu.

"Baiklah gadis pintar! Habiskan makananmu setelah itu kita pulang, okey?" seru Deon.

"Okey dokey!" sahut Lia bersemangat.

Lia pun segera melahap habis makanannya dan meminum susu yoghurt yang dibelinya tadi sampai tandas. Lia memang anak yang pintar. Deon pun mengelus puncak kepala adiknya itu dengan penuh kasih sayang. Bagaimanapun juga, ia tak mau kehilangan adik semata wayangnya itu.

"Sudah selesai!" seru Lia.

"Wah, hebat! Kalau begitu, ayo kita pulang!" ajak Deon.

"Let's go!!" seru Lia senang.

Deon pun langsung mengeluarkan helm kecil dari box motornya. Kemudian memakaikan helm tersebut ke kepala Lia. Deon sangat romantis sekali kepada adiknya.

Selepas dipastikan adiknya bisa selamat dengan perlengkapannya, Deon pun menaiki motornya disusul oleh Lia yang juga naik di jok belakang. Kemudian, Deon menyalakan mesin motor tersebut dan melenggang pergi meninggalkan tempat tersebut.

-The Silent In Midnight-

Sesampainya di rumah, Lia langsung berlari menuju ke arah pintu dan mencoba membuka pintu rumahnya. Sedangkan Deon memasukkan motornya ke dalam garasi rumahnya agar tetap aman di malam hari.

"Lia, langsung pergi mandi ya!" seru Deon.

"Siap, kakak!" jawab Lia dari dalam kamarnya.

Deon pun mengunci rumahnya dari dalam. Ia pastikan keadaan rumahnya selalu aman agar tidak kedatangan orang asing yang berniat jahat kepada dirinya juga adiknya. Setelah dipastikan adiknya masuk kamar mandi, Deon pun segera merebahkan dirinya di kamar.

Hari ini, ia benar-benar lelah karena harus berperan setiap hari sebagai kakak, teman sekaligus orang tua bagi Lia. Beruntung Lia tidak senakal anak-anak kecil lain pada umumnya. Lia lebih sering diam di rumah dan sangat penurut.

"Ah, aku harus berbohong pada ayah dan ibu soal aku membolos," ucap Deon pada dirinya sendiri.

Sore ini, ia melaksanakan ritual mandi seperti adiknya agar badannya kembali fresh lagi seperti semula. Ia lantas bergegas mandi dan menyiapkan makanan untuk makan malam kali ini.

Selepas selesai dengan ritualnya, Deon kemudian pergi ke dapur untuk menyiapkan semuanya. Ia harus bisa memberikan adiknya banyak kebahagiaan setiap harinya.

"Hai adik kecilku, apa yang mau kau makan hari ini?" tanya Deon pada Lia yang sedang asyik menonton televisi tentang serial kartun kesukaannya.

"Apapun. Aku sedang mood makan," jawabnya.

Deon pun tersenyum senang. Akhirnya, Lia kembali ke semula lagi. Menjadi anak ceria dan aktif yang selalu mencerahkan harinya setiap saat. Deon pun mencoba mencari bahan-bahan di kulkas yang masih tersisa banyak.

Ia sempat bingung untuk menyiapkan makanan apa di malam hari ini. Namun, melihat persediaan pasta masih banyak. Ia pun berniat memasak pasta salmon bayam. Sepertinya, masakan itu akan sempurna untuk dinner berdua malam ini dengan adiknya.

Tangan lihai Deon pun langsung cekatan mengambil barang-barang yang dibutuhkan. Mulai dari pasta, saus pasta, seikat bayam, dan salmon fillet. Semuanya ia simpan di meja kemudian tak lama ia pun mulai meracik makanannya agar lezat dan sempurna malam ini.

25 menit berlalu...

Hidangan makan malam kali ini sudah selesai. Deon segera menyimpan masakannya di meja makan beserta dengan jus strawberry susu yang menemani malam yang hangat kali ini.

"Lia, kemarilah kita makan dulu," ajak Deon.

"I'm coming, bro!" seru Lia senang.

Deon tersenyum bahkan sampai menyipitkan matanya. Ia tak menyangka adiknya sudah kembali bahagia seperti dulu kala. Semoga selepas ini, Lia selalu bahagia seperti ini.

- The Silent In Midnight-

Jam menunjukkan pukul 22.00 malam. Sudah sangat larut sekali, bahkan Deon sudah mengantuk. Namun, adiknya masih sangat fresh dengan tatapannya yang intens menonton film horror kesukaannya. Biasanya, para anak kecil membenci film horror. Namun, ini berbeda dengan Lia.

Lia lebih suka film horror, namun ia tak menyukai bagian-bagian kejinya. Ia masih sedikit trauma sepertinya dengan kejadian malam itu yang masih menjadi misteri bagi Deon.

"Lia, it's too late now. Besok kau harus sekolah, kau harus segera tidur. Menonton lagi besok saja, bagaimana?" ajak Deon.

"Ah, tidak mau! Ini sebentar lagi selesai," jawab Lia.

"Tapi, ini sudah malam Lia. Kau harus sekolah dan tidur sekarang. Kau tak pernah tidur selarut ini," ucap Deon cerewet.

"Aku tidak mau! Selepas selesai, aku juga akan tidur kok!" sahut Lia kekeuh.

Deon hanya bisa menghela napas. Ia lantas beranjak dari duduknya menuju kamar mandi. Ia berniat mencuci muka agar wajahnya tetap fresh dan tak mengantuk lagi.

Namun, selepas Deon mencuci muka. Tiba-tiba...

BRUK! BRAK! GUBRAK!

Terdengar suara gedoran pintu kasar dari samping rumahnya. Namun, Deon yakin tak mungkin ada yang pulang selarut ini di kompleknya selain pak James. Deon mencoba mencerna kembali pendengarannya.

BRAK! GUBRAK! AAARGH!!

Terdengar suara teriakan perempuan dari rumah sebelah. Deon buru-buru keluar dari rumahnya dan mengecek keadaan tetangganya. Apakah malam ini tak ada satu pun yang mendengar kecuali dirinya?

"Kakak, kau mau kemana?!" teriak Lia cemas.

Deon hanya berlari tak mempedulikan suara adiknya. Ia menggedor rumah yang berada di samping rumah pak James. Sebab, suara itu berasal dari sana.

DOR! DOR! DOR!

"Tolong bukakan pintu! Apa yang terjadi di dalam? Apa kalian baik-baik saja?" tanya Deon cemas.

Namun, tak ada jawaban sama sekali dari dalam. Deon terus mencoba menggedor pintu hingga pada saat kemudian.. Seseorang membukakan pintu namun dia bukan pemilik rumah tersebut.

"Apakah kau mencariku?" tanya sosok itu dengan suara berat yang tak dikenali sama sekali olehnya.

Deon tercengang menatap sosok itu. Di tangan kirinya terdapat pisau berlumuran darah. Sial, dia bukan manusia! Deon melangkahkan kakinya mundur, pikirannya langsung tertuju kepada Lia. Dia sedang dalam masalah besar.

Baru hitungan berapa detik, Deon langsung berlari menuju ke rumahnya dan sosok hitam itu mengejarnya. Sial, kenapa dia ceroboh sekali? Jelas mungkin semua orang tak mau keluar karena masih takut. Lantas, kenapa ia malah keluar dari rumahnya yang aman?

"Lia, cepat masuk!" teriak Deon sebelum kemudian ia masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu.

Sosok itu menggedor-gedor pintu dengan paksa dari luar. Deon berusaha mengunci rumahnya dari dalam dan mengganjalnya agar tidak segera dibuka oleh sosok tersebut. Ia juga langsung menutup gorden dan membawa Lia masuk ke dalam kamarnya kemudian mengunci pintu dirinya bersama dengan Lia.

"Kak, dia siapa? Aku takut.." lirih Lia.

Deon mendekap erat adiknya. Ia harap, manusia itu segera pergi dari rumahnya secepatnya.

avataravatar
Next chapter