webnovel

The Secret Of My Dream - tahap revisi

Nain Fyrita, seorang gadis manusia yang selalu memimpikan bangsa jin yang berusaha mencelakainya. Mimpi yang begitu terasa nyata. Ternyata kakeknya mengikat perjanjian dengan Raja Jin, sehingga membuatnya mengalami mimpi tidak biasa ini. Di lain sisi, seseorang selalu menyelamatkannya dari serangan jin jahat. Hingga membuat Nain penuh keheranan dan bertanya-tanya. Bagaimana tidak, pria itu selalu muncul di setiap mimpinya. *TheSecretOfMyDream* "Kau? Bagaimana kau tahu tentang mimpi itu?" Nain mengatur napasnya dan melanjutkan kata-katanya, "Mustahil?" Nain masih tak menyangka jika pria di hadapannya ini adalah jin yang hadir dalam mimpinya dan sekarang menjelma sebagai manusia. "Kau salah berasumsi." Fiyyin langsung menundukkan wajahnya dan berjalan meninggalkan Nain. *TheSecretOfMyDream* "Gifritan menahan rasa sakitnya, kemudian menggenggam tangan Vaqsyi. "Apa kau akan melakukan apapun untuk meyelamatkanku?" Vaqsyi mengangguk. Gifritan kembali melanjutkan ucapannya, "Izinkan aku untuk memasuki tubuhmu melalui aliran darah." Vaqsyi tergelak, tubuhnya gemetaran mendengar ucapan ayahnya. Sementara Gifritan kembali melanjutkan ucapannya. "Hanya sementara. Aku akan berpindah tubuh setelah anak manusia itu tumbuh dewasa dan mengambil alih tubuhnya. Aku pastikan dia adalah laki-laki. Setelah itu, kita akan hidup bahagia seperti biasanya." Gifritan mempererat genggamannya, berharap persetujuan dari anaknya. ...... Baca cerita selanjutnya

Iralta · Fantasy
Not enough ratings
52 Chs

Aku Menginginkannya

"(Saya juga ditunjuk sebagai Ratu oleh Raja. Karena saya putri istana yang tersisa saat ini. Sekaligus, keponakan Raja yang terdekat dengannya.)"

Fiyyin menghembuskan napasnya. Kembali memasukkan surat ke dalam sakunya dan menatap Nain dengan nanar. "Bagimana mungkin aku akan meninggalkanmu lagi. Aku tidak tahan." Fiyyin berjalan mendekati Nain.

Perlahan meraih tubuh Nain yang tengah duduk di dahan pohon setinggi kepalanya. "Apa kau menikmatinya? Turunlah," kata Fiyyin lembut.

Nain memajukan bibirnya, "Aku masih belum bisa melihat apapun meski dari atas sini. Mengecewakan."

Fiyyin tersenyum. "Turunlah, hari akan segera gelap."

"Hmm.." Nain menatap ke bawah yang cukup tinggi, "Hah, bagaimana caraku naik dengan mudah tadi?" beralih menatap ranting-ranting kecil pohon yang ia gunakan untuk naik, "Sepertinya mereka semakin jauh."

Lagi-lagi Fiyyin tersenyum. "Turunlah. Aku akan menangkapmu."

Nain menatap ragu sebentar. "Ada apa?" Fiyyin masih menunggu Nain untuk turun.

"Tidak ada. Sebaiknya tangkap aku dengan benar,"

"Hmm..."

Nain perlahan bergeser dan,

Set! Fiyyin menangkap tubuh Nain yang terduduk di lengannya. Sesaat mata mereka saling bertemu. Kemudian pandangan Nain teralihkan saat melihat rambut Fiyyin berterbangan tertiup angin.

"Oh, rambutmu. Aku baru menyadarinya jika itu menjadi panjang dan kembali berwarna putih."

"Ada apa? Apa aku semakin terlihat tampan?" gumam Fiyyin dengan percaya diri.

Nain mengangguk, "Hmm.. Terlihat seperti Raja, itu sangat serasi dengan baju yang di kenakan sekarang."

"Benarkah? Haruskah aku menjadi Raja agar terlihat tampan olehmu?"

Nain diam sebentar lalu mnejawab, "Tidak, jika kau menjadi Raja, aku tidak akan bisa selalu bersamamu karena kau akan sibuk nanti. Hanya jadi seperti ini, terus melindungiku dan berada di sisiku."

Fiyyin tersenyum dengan menatap Nanar. Nadanya terdengar lirih dan pelan, "Benar,"

Fiyyin kemudian merebahkan tubuh Nain di kedua tangannya dan menggendongnya.

"Ah, aku pikir akan jatuh." Nain sedikit terkejut karena Fiyyin tiba-tiba mengubha posisinya.

"Aku tidak akan membiarkanmu jatuh dan terluka. Itu akan menyakitkanku,"

Nain tersenyum kemudian melingkarkan tangannya pada bahu Fiyyin, "Baiklah. Sebaiknya aku berpegangan lebih kuat agar lebih aman."

Fiyyin ikut tersenyum senang, mengecup kening Nain sebentar kemudian berjalan memasuki istana.

Sementara dari kejauhan, Arsyi tersenyum miris, "Mereka terlihat bahagia. Membuatku menginginkannya,"

*TheSecretOfMyDream*

Meja makan terlihat sangat indah dengan berbagai macam hidangan tertata rapih di sana. Hartis tersenyum menatap seluruh orang yang tengah duduk rapih di kursi yang telah di sediakan.

"Ini pertama kalinya terjadi makan bersama di kerajaanku."

"Benar. Ini semua terjadi karena tuan Rais yang menyarankannya." Hartis menatap senang pada ayah Nain.

"Terima kasih. Saya anggap itu sebagai pujian." Ayah Nain-Rais, menunduk hormat sebentar.

Hartis tersenyum, "Baiklah. Ayo kita mulai makan malamnya." Hartis mulai memasukkan makanan kedalam mulutnya, begitupun dengan semua orang.

Fiyyin menatap Nain di sebelahnya, "Mau aku ambilkan sop tulang? Hidangan sop tulang di sini sangat lezat."

"Benar, kami bangsa jin sangat menyukainya." sahut Galtain.

Nain tersenyum, "Kalau begitu, aku akan mencobanya."

Fiyyin mulai meraih mangkok sop yang berada di tengah, bersamaan dengan itu, Arsyi ikut melakukannya hingga tangan mereka saling bersentuhan. Arsyi kemudian menarik tangannya dan menunduk, "Maafkan aku. Ini kesalahanku. Tiba-tiba aku juga menginginkan sop tulang seperti Nain inginkan."

"Tidak apa. Aku akan memberikan padanya lebih dulu, lalu memberikannya padamu," kata Fiyyin dengan sopan.

"Baiklah. Sekali lagi maafkan aku, karena aku menyukai sop tulang juga."

Nain menatap tidak enak pada Arsyi, "Tidak apa-apa. Kau bisa memilikinya. Semua orang juga menyukainya. Jangan terlalu merasa bersalah karena sop tulang."

Arsyi tersenyum kecil, "Baiklah, jika aku bisa memilikinya."

Galtain yang memperhatikan keributan kecil itu menatap tidak suka. Saat Fiyyin hendak menuangkan sop tulang di mangkok Arsyi, tiba-tiba Galtain membuka suara, "Aku juga menginginkannya. Biar aku yang menuangkannya, alih-alih aku dengan mudah mengisi mangkok ku. Berikan," Galtain mengambil alih mangkok yang berisi sop tulang dari tangan Fiyyin, kemudian menuangkannya ke mangkok Arsyi.

"Jika kau sangat menyukainya, aku akan memberimu banyak. 3 cukup?"

Arsyi terlihat kesal karena Galtain yang menuangkan sop tulang untuknya terlebih memberinya banyak dengan ukuran yang besar. "Cukup. Terima kasih."

"Sama-sama. Semoga kau menikmatinya." Galtain tersenyum penuh arti dan berlanjut menaruh satu sop tulang di mangkoknya.

"Memyebalkan!" Arsyi mengumpat dalam hati.

Setelah makan malam selesai, mereka kembali ke dalam kamar masing-masing. Hartis menghentikan Galtain sebentar saat ingin memasuki kamarnya dan bertelepati, "Sebaiknya jangan mengatakan pada Fiyyin jika kita berusaha mengkhianatinya sebelumnya."

Galtain mengangguk, mengiyakan saran Hartis. "Aku juga tidak mau merusak persahabatanku karena kedajian konyol itu."

"Baiklah," Hartis bernapas lega dan berjalan meninggalkan Galtain. Galtain tersenyum kemudian masuk ke dalam kamarnya. Dan matanya langsung tertuju pada Fiyyin yang tengah duduk di sofa memejamkan mata sambil menyilangkan tangannya.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Galtain penasaran.

Fiyyin menghela napasnya kasar kemudian menyodorkan kertas ke arah Galtain, "Putri Arsyi memintaku untuk kembali."

Galtain yang telah selesai membacanya membulatkan matanya dengan sangat terkejut, "Hebat! Ternyata benar, kau akan dinobatkan sebagai Raja atas usulan Raja sebelumnya. Hebat, hebat!" Galtain bertepuk tangan dengan kagum.

Fiyyin menautkan alisnya, "Hentikan tepukan itu. Aku merasa, sangat menyedihkan."

"Ada apa? Apa karena manusia itu?" Galtain kemudian berjalan ke arah ranjangnya, "Benar. Bukankah kau bisa membawanya bersamamu? Bukankah dia juga dinobatkan sebai Ratu?"

Fiyyin menghembuskan napasnya sambil tertawa kecil, "Ratu? Seandainya semua terjadi seperti yang diharapkan."

"Apa maksudmu?"

"Bagaimana bisa ada dua Ratu dalam satu kerajaan?"

"Dua Ratu? Siapa maksudmu?"

"Putri Arsyi juga mendapatkan penobatan gelar Ratu."

"A-apa? Bagaimana bisa? Kenapa tiba-tiba Arsyi mengatakan ia juga dinobatkan? Apa mereka harus bersaing untuk menentukan siapa yang akan menjadi Ratu?"

"Aku tidak tahu. Hanya dia yang tahu mengenai hal ini." Fiyyin kemudian berjalan ke arah ranjang dan merebahkan tubuhnya di sana, "Jika melihat situasi sekarang, siapa menurutmu yang akan di pilih oleh bangsa Issy sebagai Ratu? Arsyi yang sudah jelas dengan berbagai jasanya membantu Raja terdahulu dan asal-usulnya yang sama dari bangsa Issy, atau.."

"Manusia yang lemah hanya mengandalkan cinta dan perlindungan darimu. Terlebih, Jika mereka mengetahui nyawanya dalam bahaya karena Vaqsyi mencoba membunuhnya, sudah pasti, bangsa Issy tidak akan setuju. Karena dia sendiri tidak bisa melindungi dirinya, bgimana mungkin akan melindungi rakyat," sahut Galtain menyambung ucapan Fiyyin.

Fiyyin lagi-lagi menghembuskan napasnya kasar, "Hah, kenapa semua semakin rumit. Aku hanya ingin selalu bersamanya dan bahagia. Itu saja." Fiyyin perlahan memejamkan matanya dan air mata mengalir dari pipi kanannya, "Aku merindukannya,"

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau akan kembali?"

"Aku masih belum memutuskannya. Jika aku tidak menerima penobatan itu, bangsaku akan dalam bahaya jika dibiarkan seperti ini. Di lain sisi, aku tidak bisa meninggalkannya, Vaqsyi masih mengincar nyawanya. Aku tidak mau kehilangannya."

Arsyi menatap langit-langit kamarnya sambil memikirkan Nain dan bergumam. "Aku mengetahui semua kelemahanmu." lalu Arsyi tertawa kecil, "Tidak sia-sia aku mengikutinya selama ini. Hahhh... Aku juga menginginkan sop tulang. Dia terlihat sangat tampan dan.. romantis. Aku menjadi menginginkannya."