webnovel

02.Who?

Wanita paruh baya itu membelai rambut pria yang ada pangkuannya, pria yang tak lain adalah putra nya. putra satu-satunya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya wanita itu.

Pria itu terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab "Dia baik ma."

"Kamu belum mau pertemukan mama sama dia?"

"Belum bisa sekarang ma, mama juga tahu pemiliknya selalu mantau dia."

"Tapi mama pengen banget ketemu sama dia."

"Mama tenang aja, aku bakal cari cara supaya mama bisa ketemu sama dia, sekarang mama istirahat ya, biar aku antar mama ke kamar." pria itu mengantar sang mama ke kamar, ia sengaja sebenarnya, menghindari percakapan tentang-nya karna ia tidak suka membicarakan tentang dia jika bersama mama nya, itu hanya akan memperburuk kesehatan mama nya.

"Aku akan pertemukan mama dengan dia, apapun caranya."

☘☘

"Peraturan?"

"Nanti gue jelasin di kantin, udah bel ini, gue laper, ayo ke kantin." Karin berujar seraya bangkit dari kursi dan diikuti yang lain, kemudian berjalan keluar kelas menuju kantin.

Keberadaan Disya tak luput dari tatapan murid yang melihatnya, pun bisikan-bisikan tentangnya mulai terdengar, contohnya seperti ini.

"Anak baru ya"

"Pindahan dari mana kira-kira?"

"Ih cantik banget kembaran gue."

"Kembaran pala lo."

"Bihun rebus menangis melihat kulit mulusnya."

"Bening banget"

"Sok cantik"

"Hai cantik, siapa namanya? "

"Cantikan gua kemana-mana."

"Cantik banget sih"

Well, kurang lebih seperti itu. namun seakan menutup telinga, Disya tidak memperdulikan mereka. bukan tidak peduli sebenarnya, tapi lebih tepatnya mencoba untuk tidak peduli.

Mereka berempat duduk di kursi yang Velyn temukan, karena kantin sangat ramai dan itu satu-satunya tempat yang mereka temukan.

"Lo mau makan apa? biar gue yang pesenin." Karin bertanya pada Disya.

"Gue samain aja kayak kalian."

"Lo berdua yang kayak biasa aja? " Karin beralih pada kedua lainnya.

"Yoi." Dara menjawab antusias.

"Velyn lo ikut gue." titah Karin diangguki Velyn, lalu keduanya pergi membeli makanan.

Disya dan Dara hanya berbincang ringan, sambil menunggu pesanan datang. perbincangan itu tak berlangsung lama saat Velyn dan Karin datang membawa makanan.

"Makanan datang." seru Karin.

"Thank you." balas Dara dan Disya bersamaan.

Acara makan berjalan lancar, sampai mereka menghabiskan makanannya. dan entah dari mana Disya merasa ia tengah diperhatikan oleh seseorang. sebenarnya banyak yang perhatikan nya, namun tetapan yang satu ini berbeda, tatapannya yang seakan bisa menelanjangi nya.

Gadis itu bergerak gelisah, mencari orang yang bisa menelanjangi nya walau hanya dengan tatapan. hingga netranya bertemu dengan sepasang Hezel berwarna abu yang menatapnya tajam. mereka bertatapan sesaat sebelum Velyn menyikut lengannya, dan Karin yang memanggil-manggil namanya.

"Kenapa?" tanya Disya setelah memfokuskan kembali pandangannya pada teman-temannya.

"Jangan lihat mereka, ingat peraturan. jangan tetap mereka, jangan dekat-dekat sama mereka, jangan sekali-kali masuk kantin lewat jalan dekat meja yang mereka tempati, jangan datang ataupun sekedar lewat ke gudang belakang sekolah, karena mereka sering nongkrong di sana." Karin menjelaslan dengan serius, sambil tangannya mengelus punggung tangan milik Disya dengan lembut.

"But why? " Disya penasaran, tentu saja.

"Phoenix. gang motor paling berbahaya dan paling ditakuti. mereka bringas, brutal, tanpa belas kasihan, mereka juga nggak pandang bulu. cewek maupun cowok nggak ada bedanya kalau udah berurusan sama mereka. "

Disya menyerngit heran,"Gue nggak ngerti."

"Lo nggak pernah dengar tentang mereka?" tanya Dara mulai penasaran. Phoenix itu terkenal se-jakarta, bahkan terkenal juga di luar kota. jadi akan sangat aneh jika Disya tidak pernah dengar apapun tentang Phoenix.

Disya terdiam sebentar, mencoba mengingat apa ia pernah dengar tentang geng motor berama Phoenix itu, "Gue nggak pernah danger apapun apapun tentang mereka."

"Demi apa? lo kemana aja sampai nggak pernah tahu tentang mereka?"

"Itu nggak penting sekarang, intinya hindarin mereka." ucap Karin memperingati.

"Kalau sampai berurusan?"

"Lo nggak akan aman. sejauh ini... korbannya patah tulang, koma, bahkan sampai ada yang mati." Karin memelankan suaranya setelah jeda-nya beberapa saat.

Disya bergidik ngeri, membayangkan jika ia sampai berurusan dengan anggota Phoenix. dalam hati ia berjanji bahwa ia tidak akan mencari masalah dengan orang-orang mengerikan itu.

"Segitunya?"

☘☘

Saat ini Disya dan teman-temannya sedang berada di kelas, bel masuk sudah berbunyi dua menit yang lalu, dan sekarang kelasnya pelajaran olahraga.

"Ayo ganti baju, lo udah punya seragam olahraganya kan? " pertanyaan Dara diangguki Disya.

"Gua ambil dulu di loker." Disya berlalu, berjalan menuju loker yang sudah disediakan untuknya. tangannya membuka pintu loker, mengambil bajunya di sana. namun saat ia hendak menutupnya, pergeraknya terhenti.

Matanya menangkap sesuatu berada di lokernya, sesuatu yang Disya yakini itu bukan miliknya. karena penasaran gadis itu pun akhirnya mengambilnya.

"Susu coklat?" sekotak susu coklat beserta kertas note menempel di sisi bagian pinggir, dengan tidak sabaran Disya meraih kertas note berwarna abu-abu itu.

'Ingat peraturan nya' hanya 2 kata yang tertulis dengan logo bintang di bawah pinggir sebelah kanan.

"Peraturan? bintang? maksud nya?" gadis itu bergumam sendiri, merasa aneh dengan kalimat yang tertulis.

"Itu apa?" pertanyaan Velyn menyadarkannya.

"Ini?" Disya bertanya balik sembari sedikit mengangkat susu kotak yang berada di tangannya, yang di angguki velyn.

Dara dan Karin yang penasaran pun mendekat, ikut bergabung dengan kening sedikit mengernyit.

"Nggak tahu, ada yang naruh di loker gue."

"Itu apa?" Dara menimpali sambil menunjuk note yang pegang oleh Disya.

"Kertas note." dengan bodohnya Disya menjawab.

Velyn memutar bola matanya malas," Gue tahu itu note, maksud gue isinya apa? "

Disya menyerahkan kertas note tersebut pada Velyn, Velyn baru ingin mengambilnya, namun kalah cepat dengan tangan Karin.

"Ck, maen rebut aja." Velyn menggeram kesal, namun Karin tidak memperdulikannya.

Dara terkekeh kecil lalu menatap Karin, "Apa isinya? "

"Ingat peraturannya." jawab Karin seraya memiringkan sedikit kepalanya, pertanda ia sedang bingung.

"Dari siapa?"

"Bintang? " Karin menjawab dengan nada yang terdengar tidak yakin.

Velyn menyerngit, mencoba berpikir apa ada orang yang bernama Bintang di sekolah ini, "Bintang, siapa Bintang?"

"Bukan, maksud gue logo bintang. Ya, cuma logo, bukan nama."

"Udalah, paling orang iseng." Disya mencoba berpikir positif, lagi pula itu hanya sekedar susu dan note tidak jelas.

"Ayo ganti baju." mereka berempat berjalan keluar kelas, melewati koridor yang cukup sepi.

Namun langkah Disya tiba-tiba terhenti, ia merasa sedang diperhatikan seorang. gadis itu membalikkan badan, mencari sang pelaku namun ia tak menemukan siapapun.

Pergerakan itu tak luput dari teman-temannya, yang membuat mereka ikut menghentikan langkah nya, "Kenapa? "

"Gapapa, ayo." Disya berusaha untuk tidak berpikir yang aneh-aneh.

Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali melangkah, berjalan kembali menuju tujuan utama, kamar mandi.

"Siapa? "

☘☘