1 a Fucking Big Boss

Wanita dengan rambut sepanjang bahu itu, namanya Scenasia Russ atau akrabnya dipanggil dengan Sena.

 

Lahir dan besar di Swiss, 26 tahun yang lalu. Meski ia sempat kabur ke Jerman karena satu alasan yang cukup memuakkan yang pernah ia dapat selama sepanjang hidupnya—tepatnya dua tahun yang lalu.

 

Dan kali ini. Baru dua minggu Sena kembali lagi ke Swiss, karena alasan pekerjaan. Mendapat jabatan sebagai sekretaris. Dan, anggaplah dia adalah sekretaris andalan juga kesayangan. Jadi, mari berikan sambutan dan tepuk tangan yang meriah untuk gadis itu.

 

Aslinya bukan sepenuhnya karena pekerjaan melainkan karena bujuk rayu seorang Jimmy Suh. Sahabat baiknya yang kepalang manis sekali saat berbicara sampai akhirnya Sena mau meninggalkan pedesaan Jerman yang teramat dami untuknya. Mengenai bagaimana Jimmy Suh? Nanti, kalian juga akan tahu sendiri bagaimana pemuda itu saat dengan Sena.

 

Berbicara mengenai Scenasia Russ. Jika saja Dewi Aprhodite itu masih tersisa di muka bumi ini. Maka, Scenasia pasti layak masuk dalam jajaran para Dewi tercantik dalam mitologi Yunani kendati ia tak memiliki rambut yang panjang sekalipun.

 

Bagaimana tidak. Dia punya sepasang iris hazel yang indah, bibir mungil merah mudah, yang begitu sensual terlihatnya. Hidung mancung dan bulu mata lentik. Lekuk tubuh sempurna dengan lingkar pinggang kecil impian para kaum Hawa. Kulit yang bersih berkilatan bak porselen. Serta surai hitam sebahu yang selalu bergoyang kecil ketika ia berjalan atau saat diterpa embusan angin.

 

Masih banyak sebenarnya kelebihan fisik seorang Scenasia ini, termasuk dengan suara merdu dan harum tubuh yang memabukkan. Wewangian itu selalu menggoda, yang bahkan jika kau mencari apa mereknya. Sampai ayam berkokok pun, kau tidak akan mengetahuinya. Begitu lembut, tapi segar dan sesekali waktu mampu membangkitkan gairah sensual.

 

Intinya, Scenasia itu sempurna. Tapi banyak sekali musuhnya.

 

"Apakah mereka itu peting? Oh, tentu saja tidak!" - Scenasia Russ.

 

Beralih dari Scenasia Russ dengan pekerjaan barunya. Rasanya ada yang kurang jika tak membicarakan siapa atasan dari  wanita seksi itu saat ini.

 

Baiklah, lelaki muda yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu adalah Artan Mario—Rio. Dia adalah Petinggi nomor satu untuk sebuah perusahaan yang menggerakkan bisnis konsol video game terbesar, yang juga jadi salah satu bisnis penerbitan video game terbesar sedaratan Eropa. GoldenCloud Studio.

 

Tampan sudah pasti, kemampuan otak di atas rata-rata di usia yang masih sangat muda jangan ditanya lagi. Apalagi kekayaannya, pasti berlimpah ada di mana-mana.

 

Berbicara mengenai Artan Mario. Rumor yang beredar, dia itu termasuk dalam jajaran bos yang memiliki dua tipe.

 

Pertama, yang ketika disambut dengan; "Selamat datang, Tuan." Di kantor. 

 

Kedua, yang ketika disambut dengan; "Sudah datang, Tuan." Di depan pintu apartemen. 

 

Dan rumor paling kuat, ada pada opsi kedua. 

 

Masalahnya bukan itu. Sena adalah sekretaris yang belakangan ini sudah merangkap sebagai asisten pribadi dari Artan Mario!

 

Berkali-kali Sena hanya bisa embuskan napas berat nan sabarnya. Bagaimana tidak, hanya karena lekuk tubuh yang ... ya, anggap saja sempurna daripada yang lainnya, musuhnya ini sudah banyak. Lalu, menjadi asisten pribadi dari Artan Mario. Haha! Ini benar-benar membuat gadis itu hampir gila rasanya. 

 

Lalu Rio sendiri. Dia memang seperti sengaja untuk mengusik kedamaian Sena di luar jam kerja. Dia akan banyak bertanya mengenai hal yang sebenarnya bagi orang dengan akal sehat, itu tidak harus ditanyakan pada orang lain. Tapi Rio tetap melakukannya. Seperti menanyakan harusnya hari ini lelaki itu memakai baju apa? Sarapan apa pagi ini dan masih banyak lagi termasuk dengan parfum mana yang aromanya terkesan mahal nan mewah, sekalipun. Sama sekali tidak penting!

 

Lucu sekali hidup Sena ini. Dia memutuskan pindah negara untuk menenangkan diri. Tapi yang didapat saat kembali ke negara asalnya, malah kemelut tak kunjung habis.

 

Oh, astaga! 

 

Seperti pagi ini. Rio memanggil Sena melalui sambungan interkom. Hati gadis itu mulai was-was pun dengan pikirnya yang mulai tak tenang. Ia berjalan melewati sebuah lorong guna mencapai ruangan paling pojok dengan pintu bercat hitam doff yang terkesan elegan—seorang diri. 

 

Dulu, pertama kali saat dia masuk dan melewati lorong yang tak terlalu panjang jika dari meja kerjanya. Sena sempat terheran. Kenapa lelaki itu memilih ruangan paling ujung. Yang ketika daun pintunya tertutup rapat, maka kebisingan jenis apa pun dari luar tak akan mampu menerobos masuk ke dalam pun sebaliknya. 

 

Tapi, belakangan Sena tahu jawabannya. Pertama; lelaki itu jelas suka dengan privasi, tentunya. Kedua; kenapa tembok bahkan pintunya juga begitu tebal sampai kebisingan sekecil apa pun tidak akan mampu menyelinap masuk. Sudah bisa ditebak bahwa ruangan itu bukan hanya tempat untuk Artan Mario bekerja, melainkan, juga sebagai tempat untuk bercinta. Sena begitu yakin, karena belakangan ini ada beberapa wanita asing yang lalu-lalang ke ruangan Rio tanpa sebuah janji dan langsung saja masuk tanpa permisi. Tidak jelas apa tujuannya dan tebakan Sena adalah paling mereka hanya berakhir dijejalkan kelamin ke mulutnya oleh bos muda itu.

 

Well! Itu bukan lagi urusan Sena, memang. Setiap orang berhak bekerja apa pun selama mereka memiliki kuasa atas dirinya sendiri. Jadi, biarkan saja. Selagi tidak mengganggu dan merugikan dirinya. Maka, sudahlah!

 

"Silakan duduk, Nona Russ," ujar Rio dengan sebuah senyuman yang sulit ditebak kendati pikiran Sena sudah ke sana kemari isinya. 

 

Kali ini akan ada apalagi dengan dirinya, begitulah pikir Sena. Kemarin ia sudah mengerjakan pekerjaan kantor dengan benar. Dan, pagi ini, semua pekerjaan kantor juga sudah mulai ia kerjakan bahkan sejak sebelum Rio berangkat. 

 

Sena berjalan ke arah kursi di seberang meja kerja Rio dengan manik yang sesekali mencuri pandang ke arahnya. Semoga ini tak salah lihat, tapi Sena cukup yakin, mata itu tengah melihatnya dengan begitu jeli. Setiap gerak yang Sena ambil seperti  tengah diawasi oleh manik Rio.

 

Dan, memang benar. Lelaki itu melihat kaki jenjang Sena dan yang jelas, dia tengah menerawang jauh pada dua gundukan bokong sintal Si gadis di balik rok pendek yang tengah dikenakan saat ini.

 

Jujur saja, meski Swiss itu negara bebas. Tapi Sena jelas merasa tak nyaman dengan gerak nakal dari iris hitam lelaki itu. Termasuk terus mengikuti gerakan Sena saat gadis itu telah mendaratkan bongkahan bokongnya dengan sempurna di atas kursi seberang meja. Anehnya, Rio bahkan sampai menunduk seolah itu adalah fantasi terdahsyatnya. 

 

"Apa yang ada dalam otakmu bedebah, Artan Mario?!" batin Sena mengumpat atas nama bosnya sendiri.

 

Sena sempat terdiam beberapa detik kala melihat bagaimana tampilan Artan Mario dengan jarak sedekat ini kendati ini sudah biasa ia lakukan untuk urusan pekerjaan. Rio, tampan sudah pasti. Segala yang ada dalam diri lelaki itu adalah harum kekayaan. Rio tak seperti kebanyakan pimpinan di luaran sana dengan setelan kerja yang itu-itu saja. Artan Mario berbeda. Lelaki itu selalu membuat dirinya seperti ada dalam fashion show. Rio seksi dengan segala yang dikenakannya. Begitulah yang selalu terlintas dalam benak Sena. 

 

Kendati begitu Sena juga sadar, jika semacam ini pasti akan jadi hal biasa yang akan ia lihat mengingat usianya dengan Rio berbeda. Rio itu dua tahun ada di bawah usia Sena. Bagi Sena, Rio adalah anak kemarin sore yang terlahir dengan gelimangan harta.

 

"Ada yang bisa dibantu, Tuan? Apa ada pekerjaan yang tidak sesuai?" tanya Sena memecah keheningan sekaligus membuat otaknya menjadi sedikit normal. 

 

Rio menggeleng. "Tidak, Nona. Pekerjaanmu sangat bagus selama dua minggu ini. Aku puas sekali, malah," ujarnya. 

 

Seketika itu juga kening Sena berkerut tipis. Hari ini gadis itu bekerja sendiri, mengingat sekretaris yang satunya lagi tengah ditugaskan untuk ikut rapat dengan bibir yang terus mendumal. Satu hal lagi yang harus kalian ketahui. Di sini, Sena mendapat rekan kerja yang tidak mendukung. Wanita yang jadi seniornya itu, dengan terang-terangan berkata jika dia tidak menyukai Sena. Hanya karena alasan Sena anak baru dan langsung jadi sekretaris. Tapi, beginilah Sena dengan segala kelebihannya. Jadi, mari berikan tepuk tangan yang meriah sekali lagi kepada Sena atas pencapaiannya di dua minggu ini. 

 

"Jadi?" tanya Sena, lagi. 

 

"Aku memiliki sebuah tawaran untukmu, Nona," ujar Rio seraya mengetuk-ketukkan ujung jari telunjuk kanannya di atas meja kayu Mahoni dengan pelan. 

 

"Tawaran?" Jika boleh berbangga diri. Apa ini semacam promosi cuma-cuma untuk sekretaris baru? Kenaikan gaji? Atau dipindahkan ke bagian lain dengan jabatan lebih tinggi? Wow! Scenasia! Look so great! 

 

Rio mengangguk kepala dengan sekali. Lantas tersenyum dengan begitu tenang. Satu senyum yang sukses membuat isi otak Sena harus bekerja dua sampai tiga kali lebih cepat dan menebak-nebak apa tawaran yang akan didapatkannya setelah ini. 

 

"Kau—mau melakukan seks denganku?" satu tanya tanpa basa-basi yang seketika membuat Sena terdiam dan melongo.

avataravatar
Next chapter