13 MERAWAT ANDREA

Tatapan sinis itu membuat Evans seakan tahu bahwa Andrea tak suka diledek seperti itu.

"I am sorry," ujar Evans datar.

"Kalau kau tak serius menolongku sebaiknya tak usah. Kau sudah membuatku salah paha. Kukira kau orang baik!" ujar Andrea sinis.

"Apa mengucapkan terimakasih sulit sekali bagimu? Kau bahkan tak tahu sampai kapan kau hidup jika aku tak datang ke sana," ujar Evans kesal.

"Tidak, aku tak akan berterimakasih pada orang asing," ujar Andrea.

"Kalau begitu, aku harus melakuka ini."

Evans mengangkat tubuh Andrea dan membawanya masuk ke dalam rumah mewah namun penuh misteri itu.

"Het, turunkan aku. Tuan! Kau mau menculikku? Tuan!" Andrea ketakutan dan bingung saat Evans menggendongnya.

"Kau pernah diculik, apa salahnya kalau itu terjadi lagi. Toh aku tak akan pernah menyentuhmu," ledek Evans.

"Tak menyentuhku? Lalu ini apa? Kau menyentuh seluruh tubuhku!" pekik Andrea kesal.

Evans membawa Andrea masuk ke dalam rumah itu. Namun lebih mirip hotel dibandingkan rumah. Mereka di sambut dua penjaga yang membukakan pintu.

"Selamat datang Tuan Evans," sapa dua penjaga itu.

"Hemm," sahut Evans.

Andrea bingung, kenapa rumah ini besar sekali. Seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam lengkap menghampiri Evans.

"Selamat datang Tuan Evans," sambut wanita tua yang merupakan pengurus rumah ini.

"Sediakan kamar untuk dia. Jangan ada yang datang ke kamarnya kecuali aku dan pelayan yang kusetujui," ujar Evans.

"Baik Tuan," jawab wanita itu.

"Dia namanya madam Kim, dia adalah jantung rumah ini. Kau bisa bertanya apa saja tentang rumah ini padanya," ujar Evans menjelaskan kepada Andrea.

"Aku tak peduli. Aku hanya ingin pulang," ujar Andrea yang masih dalam gendongan Evans.

"Aku heran, apa yang kau makan. Badanmu berat sekali," gumam Evans tak menggubris ucapan Andrea. Ia menaiki tangga dan membawa Andrea menuju ke lantai dua.

"Kau mau membawaku kemana?" tanya Andrea.

"Kamarku," jawab Evans singkat.

"Apa? Bukannya rumahmu di apartement yang waktu itu ... "

"Itu salah satu propertiku," jawab Evans.

"Apa tubuhku terlalu menggiurkan? Kenapa kalian orang kaya ingin sekali menyanderaku?" Andrea ingin memberontak namun badannya benar benar lemas karena beberapa hari disekap oleh Rendy.

"Aku tak tetarik padamu. Jangan salah paham!" ujar Evans dingin.

"Siapa yang salah paham? Kau memaksaku ke sini, padahal aku ingin pulang. Sudahlah aku lelah kalau kau ingin menghabisiku lakukan saja ... "

" ... Aku juga sudah tak tahu mau bagaimana menjalani hidupku setelah semua kekacauan ini," ujar Andrea putus asa.

Evans hanya tersenyum sinis lantas masuk ke dalam kamarnya yang nuansanya sangat gelap.

"Apa kau vampir? Kenapa tak ada cahaya di sini?" tanya Andrea yang bingung dengan kondisi kamar Evans.

Tak seperti sosoknya yang terlihat sangar dan nampak elit. Kamar ini benar benar sepi. Hanya ada ranjang, satu lemari dan meja yang tak ada apapun di atasnya.

Evans meletakkan Andrea ke atas ranjang dengan hati hati. Lalu ia duduk di depan meja kosong miliknya. Tak disentuhnya Andrea sedikitpun.

"Lalu setelah ini apa? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Andrea dengan kondisinya yang lemas.

"Tunggu sebentar," ujar Evans.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan pintu terdengar dari depan kamar Evans.

"Masuk!" ujar Evans.

Pintu kamar Evans terbuka. Madam Kim datang bersama seorang wanita memakai jubah dokter.

"Saya datang membawa dokter," ujar Madam Kim.

"Baiklah," jawab Evan.

Madam Kim mempersilahkan dokter itu masuk sementara ia tak ikut masuk ke kamar Evans. Namun ia menutup pintu kamar Evans dan menguncinya dari luar.

Si dokter itu terlihat khawatir karena ia dikunci dari luar.

"Tenanglah, aku tak akan melakukan apapun. Aku hanya butuh privasi. Kau lakukan saja tugasmu," ujar Evans.

"Ba - baik," ujar dokter itu seraya menghampiri Andrea.

Ia mengecek kondisi Andrea yang tampak lemah tak berdaya. Ia juga mengambil sempel darah untuk ia test. Dengan alat ya ng dimilili dokter itu ia dengan cepat bisa tahu hasil test dari Andrea.

Ia mengambil stetoskop dan menempelkan pada bagian dada Andrea. Mengecek detak jantung dan kondisi mata Andrea.

Andrea hanya pasrah saat dokter memeriksanay walau ia ingin memberontak. Sedangkan Evans hanya duduk di kursinya tanpa ekspresi yang jelas.

"Kondisi nona ini ... "

"Andrea, nama saya Andrea," sela Andrea saat dokter itu hendak berbicara pada Evans.

"Oh maaf, kondisi nona Andrea tak ada yang parah. Hanya saja kemungkinan dia mengalami traumatis karena suatu hal," ujar dokter itu.

Evans dan Andrea tak mengatakan apapun tentang penyekapan oleh Rendy dan pemaksaan dalam berhubungan lawan jenis oleh Rendy.

"Baiklah, berikan saja dia resepnya. Ehm, maksudku biar Madam Kim yang mengurus," ujar Evan.

"Baiklah Tuan. Saya akan memsangkan infus karena nona Andrea sangat lemas. Dan beri dia makan yang teratur, juga minum air putih yang banyak," ujar dokter.

"Baik," sahut Evans.

Dokter itu segera memasangkan infus pada Andrea, setelah selesai semua pekerjaannya memastikan aliran infus lancar, si dokter pamitan dan keluar dari kamar Evans setelah dibukakan pintu oleh Madam Kim dari luar.

Evans mendekati Andrea yang terlelap usai mendapat perawatan dari dokter. Ditatapnya wajah Andrea yang lebam lebam akibat pukulan yang dikenakan padanya oleh Rendy.

"Malang sekali kau gadis cantik," gumam Evans.

Namun Evans tak mau terlalu lama menatap Andrea. Ia segera memalingkan wajahnya.

Madam Kim masuk untuk memberikan laporan pada Evans.

"Kamar nona Andrea sudah siap, Tuan," ujar Madam Kim.

"Baiklah, kulihat dulu. Jangan bangunkan dia. Biarkan dia tidur sampai dia sadar sendiri.

"Baik Tuan," ujar Madam Kim.

****

Andrea terbangun dan mendapati dirinya masih berada di kamar Evans. Ia mencoba bangkit dan merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit tak karuan.

"Aku masih ada di rumah hantu ini?" gumam Andrea sambil memegangi kepalanya.

Ia melihat infus terpasang di tangannya dan langsung mencabutnya. Ia turun dari ranjang dengan sempoyongan. Membuka pintu kamar lantas berjalan jalan di dalam rumah mewah dengan kesan angker itu.

"Siapa yang betah tinggal di rumah hantu begini?" gumam Andrea sambil berjalan melihat lihat rumah ini.

"Andrea!" suara seseorang membuat Andrea terhenti.

"Kau?" Andrea memicingkan matanya.

Ternyata ia adalah Keynan sekretaris pribadi Evans.

Kenand segera menghampiri Andrea yang nampak lusuh dan berantakan karena disekap tanpa diberi pakaian ganti yang layak dan diperlakukan tak seperti manusia.

"Mana Tuan Evans?" tanya Kenand.

"Siapa Tuan Evans?" tanya Andrea bingung.

"Pemilik rumah ini. Pria yang menolongmu, dia Tuan Evan namanya. Bosnya para bos," ujar Kenand.

"Ah, orang sinting itu," gumam Andrea sinis.

Next ...

avataravatar
Next chapter