webnovel

The Roommate 1

Arissa berpikir kalau ia baru saja membuat sebuah kesalahan besar dengan menandatangani kontrak tinggal setahun dengan seorang maniak seks. Teman satu kontrakannya, Cristan dengan santainya selalu membawa wanita yang berbeda setiap malam untuk menjadi penghangat tempat tidurnya dan Arissa harus menahan derita untuk selalu menyumbat telinganya yang memerah akibat desahan dan erangan erotis yang harus ia dengar setiap malam. Masalahnya, ia baru saja pindah dan mendapat pekerjaan jadi ia tidak mungkin untuk langsung mencari tempat tinggal baru kan? Belum lagi, ia juga harus membantu mengirim uang bulanan ke panti asuhan dan anak tunggalnya. Hhh... Walaupun si maniak seks itu berwajah sangat menarik dengan tubuh yang luar biasa sempurna, Arissa harus bertahan untuk menuntaskan kontrak tempat tinggal sementaranya dan segera pindah secepat mungkin...

Nana15 · Urban
Not enough ratings
300 Chs

56 ROBERT FERRA & LINFEY ( 21 ++)

Warning:

Chapter ini mengandung unsur seksualitas untuk orang dewasa di atas 17 tahun yaa. Untuk yang masih di bawah umur, diharapkan untuk langsung meng-skip chapter ini dan langsung membaca chapter berikutnya. Terima kasihhh…

..........................

Malam sudah larut ketika sebuah mobil Lamborghini hitam memasuki area parkir bawah tanah di sebuah apartemen elite tanpa suara. Sesosok pria berjas mahal dengan dandanan rapi lalu keluar dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam lift serta menekan tombol 18.

Wajahnya yang tampan dan percaya diri terpantul di dalam pintu lift yang terbuat dari logam tersebut. Begitu pintu lift terbuka, ia segera berjalan masuk menuju sebuah lorong dan tepat di depan sebuah kamar, langkah pria itu terhenti. Ia menekan beberapa tombol angka sebagai passkey code dan begitu pintu terbuka, ia langsung memasuki ruangan apartemennya.

Ruang apartemennya gelap gulita tapi begitu ia menaruh kartu apartemennya, semua lampu langsung menyala dan seorang wanita cantik dengan lekuk tubuh yang luar biasa menggiurkan sedang berdiri di hadapannya. Wajahnya sangat seksi dengan bentuk bibirnya yang menggoda. Belum lagi saat ini ia sedang mengenakan sebuah lingerie yang sangat provokatif.

"Kau pulang terlambat…" kata wanita itu sambil mengerling nakal pada pria tampan di hadapannya.

"Yah, ada beberapa urusan dengan surat perjanjian kerjasama Vivaldi Co. Aku harus memastikan agar semuanya berjalan dengan baik dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Terutama Fashion Blast…" balas Robert sambil mengambil sebotol red wine dan 2 gelas kaca untuk dirinya dan Linfey serta menaruhnya di atas meja makan.

Dengan santai, Robert menuangkan red wine ke dalam 2 gelas tersebut ketika tiba-tiba sebuah tangan memegang wajahnya dan bibir Linfey langsung mencium bibirnya dengan lembut tanpa ragu.

Tak berhenti di sana, jari-jari Linfey bergerak lincah melucuti jas mahal Robert dan membuka kancing kemejanya satu persatu sementara bibir mereka berdua masih berciuman dengan penuh gairah. Lalu, jari-jari yang sama itu pindah ke ikat pinggang Robert dan dalam waktu singkat terdengar bunyi 'klik' yang menandakan kalau ikat pinggang tersebut sudah terlepas dari pengaitnya. Semuanya berlangsung cepat sekali, mungkin kurang dalam 5 menit dan sekarang, jari-jari Linfey mulai turun ke bawah serta bergerak liar di luar celana serta menyentuh sebatang daging empuk yang perlahan mulai mengeras di bawah sana.

"Hmm… ini apa yaa?" goda Linfey sambil mengerling nakal sementara jari-jarinya tak berhenti menari naik turun di area selangkangan Robert. Kemeja Robert sudah terekspos dan menampilkan pemandangan indah dari otot-otot dada dan perutnya yang terbentuk dari hasil latihan bela dirinya sebagai salah satu rutinitasnya saat berada di luar kantor.

Robert mulai mengerang nikmat dan kedua tangannya mulai menggerayangi lekuk indah tubuh di hadapannya tersebut. Sampai kemudian, Linfey tiba-tiba mendengar suara kain disobek dekat tubuhnya. Astaga! Robert ternyata sedang merobek kimono satin yang digunakannya sekarang dengan sangat mudah! Seperti merobek kertas tissue saja. Lalu, tanpa peringatan, Robert mengangkat tubuh Linfey ke atas meja makan beralas batu marmer tersebut sambil terus memagut bibir merah ranum itu dengan sangat rakus seakan-akan ia ingin mengisap semua sari kehidupan yang ada di dalamnya. Perlahan, ciumannya lalu turun arah leher lalu sedikit demi sedikit, bibir Robert menelusuri kedua gunung kembar yang masih tertutup dengan renda lingerie yang sangat sexy. Linfey mulai mendesah nikmat, tubuhnya selalu bereaksi seperti ini setiap kali mereka berdua mulai "bermain".

Robert melangkah mundur sedikit sambil memperhatikan pemandangan yang luar biasa cantik di depannya dan membuka kemeja serta celana panjangnya sendiri. Tubuh Linfey terbalut sempurna dalam sebuah lingerie tipis transparan berwarna hitam dengan beberapa aksen renda yang menutupi bagian-bagian paling intimnya. Tak lupa, ia juga memakai garter belt dengan warna senada sehingga menambah aura sensual dengan mengekspos bentuk kakinya yang jenjang.

Robert bisa merasakan kalau kejantanannya sudah makin tegang sekarang dan mendesak untuk segera dikeluarkan secepat mungkin. Tanpa menunda lagi, Robert kembali melancarkan serangannya lagi. Kali ini lebih ganas dan liar. Lingerie mahal tersebut langsung ia sobek menjadi beberapa serpihan kain transparan tanpa bentuk. Sepasang gunung kembar dengan puting berwarna merah muda langsung terpampang polos yang segera dilumat secara bergantian di dalam mulutnya diikuti dengan permainan jari-jarinya yang terus-menerus menggerayangi kedua gunung kembar yang kenyal tersebut.

Desahan dan lenguhan Linfey semakin keras. Linfey merasa kalau saat ini ia sedang disetrum perlahan dengan intensitas yang semakin meningkat setiap detiknya. Robert sungguh pandai untuk merangsang setiap titik erogenusnya tanpa henti.

Permainan Robert tidak berhenti sampai di sana, lidahnya mulai turun pelan-pelan ke bagian perut dan kemudian bergerak liar ke bagian kewanitaan Linfey yang polos tanpa adanya rambut perviks.

"Arrrghh… ergrhhh…"

Erangan dan lenguhan Linfey semakin tak terkendali. Nafasnya mulai tersengal-sengal saat Robert dengan piawai terus memainkan lidahnya yang berputar-putar di liang kewanitaannya sementara jari telunjuk dan tengahnya masuk ke dalam serta "bermain" dengan titik klitoris yang ada di dalamnya. Memberikan sensasi dan gelombang tanpa henti ke seluruh tubuh telanjang Linfey.

"Ahhh… Robert, teruskann.. enakk..ohhh…"

Linfey benar-benar mati kutu sekarang. Setruman demi setruman yang diberikan kepada Linfey terus merangsangnya sampai ke puncak kenikmatan. Membawanya secara bertubi-tubi ke puncak surga dunia. Lagi dan lagi. Lidah dan jari Robert terus menari di bagian selangkangannya sementara tangan yang satunya menari lincah di atas salah satu puting payudaranya, membuat Linfey benar-benar tak berdaya kali ini. Nafasnya makin memburu dan wajahnya memerah akibat rangsangan tanpa henti yang terus dilancarkan oleh Robert.

Sampai kemudian…

Crttt….

Sebuah cairan berwarna bening mengalir keluar dari bagian kewanitaan Linfey. Ia orgasme!!

Barulah Robert menghentikan "serangannya" dan tersenyum pada Linfey yang memandangnya dengan tubuh lemas dan wajah memerah akibat gairah sensualnya. Rambutnya sudah berantakan sementara botol wine dan gelas tadi sudah pecah berantakan di bawah meja.

"Kau suka?" tanya Robert pelan dengan senyum mengejek.

"Aku…."

Belum selesai Linfey berkata-kata, Robert langsung memagut bibirnya sekali lagi dan menggendong tubuhnya kemudian membantingnya ke atas kasur. Robert melepaskan celana dalamnya lalu segera memasukkan kejantanannya dengan paksa ke dalam vagina Linfey.

"Robert..akhhh…"

Linfey tidak menyangka kalau Robert akan langsung menyerangnya seperti itu setelah rangsangan bertubi-tubi yang ia lakukan di atas meja makan tadi. Tapi Linfey suka. Malam itu mereka berdua bercinta habis-habisan seperti hari esok tak pernah datang.

.........................

Robert menatap bulan serta pemandangan kota yang berkerlap kerlip cantik di bawahnya dengan tatapan puas. Ia sudah menyerahkan hasil porto folio Snow dan Linfey kepada perwakilan dari Vivaldi Co. tadi dan entah mengapa, feelingnya mengatakan kalau untuk audisi yang sekarang, pihak Vivaldi pasti akan memilih Snow sebagai salah satu brand ambassador mereka. Dibandingkan dengan Linfey, kehadiran Snow walaupun hanya beberapa bulan ternyata mampu menambah pemasukan bagi Fashion Blast puluhan kali lipat daripada yang dihasilkan oleh Linfey pada masa jayanya 2 tahun yang lalu.

Saat ini, di otak Robert, ia sedang berpikir, bagaimana caranya untuk mengakali Snow supaya ia mau menandatangani kontrak jangka panjang sebagai model tetapnya. Sementara untuk Linfey, yah…. Robert berencana untuk memutuskan kontraknya secara sepihak dalam beberapa bulan ke depan. Linfey saat ini sudah "kurang produktif" dan "terlalu tua", tidak banyak vendor yang mau memakainya lagi sebagai muse dan model bagi produk-produk mereka. Tapi sebelum Robert menggantinya, sebaiknya ia "pakai" dulu sampai maksimal bukan?

Robert menutup matanya dan mulai berimajinasi liar tentang tubuh telanjang Snow. Hmm…

.........................

Linfey tersenyum dalam tidurnya.

Ia berpikir kalau Robert sangat mencintainya dilihat dari caranya menggauli tubuhnya malam ini. Ia juga yakin kalau ia pasti akan mampu memenangkan audisi model sebagai brand ambassador Vivaldi Co. karena Robert berada di pihaknya. Selalu begitu.

Robertlah yang selalu memenangkan proyek-proyek besar untuknya sehingga sampai saat ini posisinya sebagai top model no 1 tak pernah tergoyahkan di Fashion Blast.

Sayangnya, kali ini, ia salah besar.

Sebenernya masih riweuh tapi berhubung ada yang berbaik hati kasih 3 power stone jadiiii... hari ini bonus 2 chapter yaa..

Happy reading...

Nana15creators' thoughts