webnovel

The Roommate 1

Arissa berpikir kalau ia baru saja membuat sebuah kesalahan besar dengan menandatangani kontrak tinggal setahun dengan seorang maniak seks. Teman satu kontrakannya, Cristan dengan santainya selalu membawa wanita yang berbeda setiap malam untuk menjadi penghangat tempat tidurnya dan Arissa harus menahan derita untuk selalu menyumbat telinganya yang memerah akibat desahan dan erangan erotis yang harus ia dengar setiap malam. Masalahnya, ia baru saja pindah dan mendapat pekerjaan jadi ia tidak mungkin untuk langsung mencari tempat tinggal baru kan? Belum lagi, ia juga harus membantu mengirim uang bulanan ke panti asuhan dan anak tunggalnya. Hhh... Walaupun si maniak seks itu berwajah sangat menarik dengan tubuh yang luar biasa sempurna, Arissa harus bertahan untuk menuntaskan kontrak tempat tinggal sementaranya dan segera pindah secepat mungkin...

Nana15 · Urban
Not enough ratings
300 Chs

18 AWAL YANG BARU

Seminggu kemudian…..

Anne mengamati gadis tersebut di hadapannya. Hari sudah menunjukkan pukul 1 siang dan perut Anne sudah bergemuruh karena lapar tapi Arissa kelihatannya sama sekali tidak peduli akan masalah itu. Sudah 4 jam mereka berdua duduk di ruang tamu sambil mempelajari kemampuan calistung dasar dan Arissa mampu menyerap semua informasi yang diberikan seperti busa spons hanya dalam waktu 3 hari! Pada hari ke 4, Arissa selalu berada di dalam perpustakaan asrama dan membaca semua buku yang ada di sana. Kemampuan dan niat belajarnya sangat besar. Ia benar-benar haus pada semua ilmu baru yang dipelajarinya sekarang. Saat ini, ia sedang mempelajari grammar dan penggunaan tenses dalam Bahasa Inggris.

"Kak Rissa?" tanya Anne dengan wajah memelas. Arissa lalu menatap balik ke arahnya dengan tatapan bertanya.

"Aku lapar. Boleh aku makan dulu ga, Kak Rissa?" tanya Anne lagi dengan tak enak hati.

Arissa lalu mengangguk ringan dan kembali memfokuskan dirinya pada pelajaran Bahasa Inggrisnya. Anne menghembuskan nafas lega dan beringsut ke dapur ketika tiba-tiba sebuah suara menyapa Arissa.

"Apa aku boleh menggantikan Anne?" tanya Jose dengan tatapan yang sangat teduh.

Melihat wajah Jose, Arissa merasa pipinya seketika memanas dalam sekejab. Sambil menunduk malu, Arissa mengangguk.

Jose lalu mengambil buku pelajaran yang sedang dipegang Arissa dan mulai menerangkan semua penggunaan grammar secara sistematis. Tanpa terasa, 4 jam berikutnya pun berlalu. Kali ini, Arissa yang mengangkat tangan tanda menyerah. Perutnya sudah protes keras dari tadi.

Sambil makan malam, Arissa tetap menekuni buku-bukunya di atas meja makan. Semua buku-buku yang ada di dalam perpustakaan asrama sudah habis dibaca oleh Arissa. Saat ini, ia sedang membaca buku-buku psikologi milik Jose.

Suster Hua dan Jose hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat kelakuan Arissa.

"Anak itu benar-benar luar biasa…" kata Suster Hua. Ia sama sekali tidak menyembunyikan kekagumannya terhadap Arissa. Sementara Jose hanya bisa mengiyakan.

"Ada ujian Paket A dan B yang akan diselenggarakan oleh pemerintah minggu ini." Kata Suster Hua lagi dengan wajah serius.

"Aku ingin ia mengikuti ujian tersebut.."

"Apa tidak terlalu cepat, ibu?" tanya Jose kaget. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Suster Hua sudah memiliki rencana untuk mengikutsertakan Arissa dalam paket kelulusan pemerintah minggu ini.

Suster Hua menggeleng tegas. "Arissa pasti bisa…"

"Ibu yakin?" tanya Jose ragu-ragu. Suster Hua hanya tersenyum nakal saat mendengar pertanyaan tersebut.

"Ya, aku yakin. Itu akan jadi tanggungjawabmu kalau Arissa sampai tak lulus ujian…" jawab Suster

Hua sambil terkekeh licik. Tampangnya persis seperti seekor wanita rubah berekor sembilan!

Melihat reaksi Suster Hua, Jose tiba-tiba merasa kalau ia benar-benar ingin menembakkan panah api ke arah ibu angkatnya saat itu juga…

..............................…..

Ujian paket A akan dilaksanakan pada hari Kamis sementara paket B akan dilaksanakan pada lusa berikutnya.

Jose benar-benar mengejar waktu untuk mengajari Arissa siang dan malam. Untungnya, kemampuan otak Arissa benar-benar seperti supercomputer. Jika anak-anak lain akan terkapar tanpa daya setelah belajar non stop selama 6 – 8 jam, Arissa sebaliknya. Kemampuan menyerap semua pelajaran dasar dari kelas 1 – 6 mampu dikuasainya dengan sangat mudah. Bahkan ia hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam untuk memahami semua konsep algoritma aljabar dan fisika dasar untuk siswa menengah pertama. Melihat kemampuannya yang sekarang, Jose sendiri bahkan harus mengibarkan bendera putih. Ia sudah mengajarkan semua hal yang harus diketahui Arissa untuk lulus ujian, sisanya tergantung pada kemampuan Arissa sendiri.

Satu hal yang Jose yakin, Arissa pasti akan lulus ujian dengan nilai terbaik tahun ini! Suster Hua benar. Gadis ini pasti bisa!

..................................

Di hari ujian, semua siswa sudah berpakaian rapi dengan warna putih hitam. Jose sudah bersiap untuk mengantar Lucia, Danny, Hanna dan Arissa untuk berangkat ujian. Dari mereka berempat, Arissa terlihat sangat menonjol karena tubuh jangkungnya sementara warna mata birunya tersembunyi di balik warna lensa kontak yang dibelikan oleh Jose supaya tidak terlalu menarik perhatian.

Sesampainya di tempat ujian, mereka berempat lalu segera menempati tempat duduknya masing-masing dan segera mengikuti ujian dengan wajah serius sementara Jose menunggu di luar dengan perasaan harap-harap cemas. Waktu 2 jam saat itu terasa sangat lambat baginya.

Begitu bel tanda selesai ujian berbunyi, mereka berempat lalu berjalan keluar kelas. Arissa sendiri sudah lebih terbuka sekarang pada anak-anak asrama. Sambil bergandengan tangan, mereka berempat berjalan pulang ke arah asrama bersama Jose.

........................….

Lusa kemudian, Ujian Paket B

Arissa duduk di dalam ruang kelas bersama dengan anak-anak lainnya dan mengikuti ujian dengan wajah serius. Waktu ujian yang diberikan adalah 2 jam. Tapi, dalam waktu 15 menit, Arissa berhasil menyelesaikan semua soal ujian yang diberikan dengan mulus. Dengan langkah ringan, ia lalu menyerahkan lembar jawabannya kepada pengawas dan melangkah keluar. Sementara petugas pengawas hanya bisa terbengong-bengong saat menerima lembar jawaban tersebut dari tangan Arissa.

"Kau sudah yakin dengan semua jawabannya?"