1 Evil in Yourself

Seorang pemuda tampan berjalan masuk ke perusahaan Romanov Holding Company dengan tergesa-gesa. Jika dilihat dari raut wajahnya, pria itu tampak sedang marah. Namun, entah apa penyebabnya.

"Selamat siang, Tuan Muda Nikolai."

"Selamat siang, Tuan Muda Nikolai."

Beberapa orang menyapa pria bernama Nikolai yang ternyata merupakan pewaris tunggal keluarga Romanov. Namun seperti biasa, Nikolai mengabaikan mereka. Dia terus berjalan ke arah lift VIP yang akan membawanya ke ruangan sang kakek.

Tring!

Pintu lift terbuka. Tampak seorang wanita penjaga lift terkejut dengan kedatangan Nikolai.

"Jangan diam saja! Cepat bawa saya ke ruangan Kakek!"

Bukan salam sapa yang diucapkan oleh Nikolai, melainkan kata-kata kasar bernada tinggi.

"Baーbaik, Tuan Muda."

Si penjaga menekan angka 7 pada tombol yang berada di dinding lift. Hening. Tak ada yang bersuara hingga lift berhenti di lantai 7.

"Silakan, Tuan Muda Nikolai."

Si penjaga berkata ketika pintu lift terbuka lebar. Nikolai melangkah pergi tanpa menoleh dan tanpa mengucapkan apapun. Dia mempercepat langkahnya menuju ruangan sang kakek yang ternyata dijaga oleh seorang pria berbadan tegap.

"Minggir, Vasili!"

Vasili menatap Nikolai yang bahkan tidak pernah memanggilnya sebagai paman.

"Tuan Muda, Anda tidak boleh masuk sekarang!"

"Mengapa tidak?!"

Nikolai terpaksa berdiri dan berdebat dengan Vasili padahal dirinya sedang buru-buru. Dengan menyeringai lebar, Nikolai mencoba meladeni Vasili.

'Aku ingin tahu, seberapa hebatnya Vasili menahan ku di depan pintu ruang kerja Kakek!' seru Nikolai geram di dalam hati.

"Karena saat ini, Tuan Besar Vladimir sedang ada tamu."

Vasili menjawab dengan santai sambil menahan diri untuk tidak menegur Nikolai terlalu keras. Karena bagaimana pun juga, Nikolai adalah cicit kesayangan dan satu-satunya keluarga Romanov.

"Hah?! Bullshit! Apakah Kakek lebih mementingkan tamu itu daripada saya?!"

Nikolai yang sedang menahan emosi terpaksa mendorong Vasili ke samping, lalu membuka pintu ruang kerja Vladimir dengan keras. Dia berjalan cepat menuju Vladimir yang sedang duduk bersama 2 orang lainnya.

"Kakek?! Mengapa Anda menyuruh orang untuk memblokir semua kartu saya?! Apakah Anda ingin mempermalukan Cicit Anda sendiri?!"

Nikolai mengeluarkan 7 buah kartu unlimited dari saku jasnya yang rupanya telah disiapkan sejak tadi. Kemudian, melemparkannya ke atas meja kerja Vladimir.

Semua orang yang berada di sana menatap ketujuh buah kartu dengan logo bank berbeda. Siapa yang tidak bangga memilikinya? Karena hanya orang-orang dari golongan kaya raya yang bisa menikmatinya.

"Tuan Muda Nikolai, Anda tidak bisa bersikap seperti ini! Kakek Anda sedang meeting sekarang."

Vasili ternyata mengikuti Nikolai. Dia menegur Nikolai dengan nada sedikit tinggi karena merasa tingkah pria muda itu sudah keterlaluan.

"Inikah yang kau katakan jika Kakek sedang meeting, Vasili?!"

Nikolai menatap dua orang pria yang sedang duduk berhadapan dengan Vladimir.

"Bahkan mereka hanyalah Igori dan Leonid!"

Nikolai meneriakkan nama dua pria yang sangat dikenalnya.

"Mereka bukan Presiden negara ini. Jadi, untuk apa saya menghormati mereka?!"

Alih-alih menghina tamu Vladimir, sang tuan muda keluarga Romanov tersebut menatap wajah Vasili dengan kedua mata birunya yang menyala-nyala.

"Cukup, Nikolai!"

Vladimir bangkit dan menatap Nikolai dengan geram. Dia merasa gagal untuk sekian kalinya dalam mendidik sang cicit.

"Kau bahkan tidak pernah memanggil mereka semua dengan sebutan Paman! Kau benar-benar berbeda dengan Papa dan Mamamu, Nikolai!"

Deru napas Vladimir memburu. Pria tua itu harus bertahan hidup lebih lama demi mendidik sang cicit dengan baik.

"Tuan Besar, bersabarlah!"

Vasili mengetahui bahwa Vladimir sedang menahan sakit pada jantungnya. Ya, semua orang tahu bahwa Vladimir menderita jantung lemah karena usia yang tidak muda lagi.

"Duduklah, Tuan Besar!"

Vasili membantu Vladimir untuk duduk kembali. Dia meraih gelas yang berisi air mineral juga mengambil obat yang berada di atas meja.

"Minumlah obat Anda, Tuan Besar!"

Melihat hal tersebut, Leonid tidak tinggal diam. Dia berdiri, lalu berjalan menuju Nikolai yang memilih duduk menyendiri di sofa panjang.

"Tuan Muda, turunkan kaki Anda! Tidak pantas seorang pria Romanov bersikap brutal tidak terkendali seperti ini!"

Leonid mengingatkan Nikolai yang sangat sulit dikendalikan oleh siapapun. Dia sibuk memainkan smartphone melihat setiap postingan yang muncul di beranda akun sosial medianya.

"Diam kau, Leonid!"

Nikolai membalas peringatan Leonid tanpa menatap wajah lawan bicaranya.

"Lihatlah Kakek Anda, Tuan Muda! Mengapa Anda tega berteriak keras-keras di depan Beliau?! Jika Anda ingin uang banyak, maka bekerjalah!"

Nikolai berhenti memainkan kedua ibu jarinya. Dia menatap Leonid dengan enggan, lalu berdiri sambil menyimpan smartphone ke saku jas.

"Kau bermulut besar rupanya! Seharusnya kau bersyukur karena keluarga Romanov telah memberikanmu tempat berteduh hingga saat ini. Saat saya menggantikan posisi Kakek nanti, hal pertama yang akan saya lakukan adalah mengusir mu dari mansion keluarga Romanov juga dari RHC. Tunggu saja, Leonid!'

Semua orang mendengar dengan jelas apa yang dilontarkan oleh Nikolai barusan. Suasana menjadi hening untuk sesaat.

'Hatiku sangat sakit mendengar celotehan Nikolai kepada Leonid. Karena selama ini, Leonid telah banyak membantu untuk kemajuan keluarga Romanov.'

Vladimir berkutat dengan pikirannya. Dia menatap Igori sambil memegang jantungnya.

"Igori, kau dengar itu, 'kan?"

"Ya, saya mendengarnya dengan jelas, Tuan Besar. Apakah saya perlu melakukannya sekarang?"

Vladimir mengangguk ketika Igori menatapnya.

"Baik, Tuan Besar."

Di saat yang sama, Nikolai menatap Vladimir dengan penuh tanda tanya.

'Apa yang dikatakan Kakek kepada Igori? Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Namun sebelum Kakek bertambah marah, aku akan pergi dari sini.'

Nikolai berencana pergi dari ruang kerja Vladimir. Namun sebelum itu, dia kembali berjalan menuju meja kerja Vladimir.

"Jadi, apakah Anda akhirnya sadar untuk menyuruh orang membuka semua blokir di kartu saya, Kakek?!"

"Tuan Muda, Anda tidak bisaー"

Leonid mencengkeram lengan Nikolai guna mencegah pria tak tahu malu itu bertindak lebih kasar lagi terhadap Vladimir yang lemah.

"Singkirkan tangan kotor mu, Leonid!"

Nikolai membentak Leonid sambil mengarahkan kedua bola mata ke lengan kanannya.

"Leon, lepaskan Nikolai!"

Oh? Mengapa Vladimir justru memihak Nikolai yang sudah kurang ajar kepadanya?

"Dasar benalu!"

Nikolai melontarkan kalimat penghinaan lagi kepada Leonid. Dia bergegas pergi dan berdiri di hadapan Vladimir.

"Pilih salah satu kartu yang sangat kau inginkan, Nikolai!"

Vladimir pun meminta Nikolai untuk memilih satu dari ketujuh kartu unlimited tersebut.

"Satu?! Seorang pria keturunan keluarga Romanov hanya memiliki satu buah kartu unlimited?! Oh, yang benar saja. Anda membuat saya menjadi gila, Kakek!"

Nikolai menolak mentah-mentah diiringi dengan seringai.

"Jadi, kau menolak kebaikan hati Kakek? Kalau begitu, Simpan semua kartu ini, Igori!"

Sebelum Igori bertindak, Nikolai terlebih dahulu meraih kartu hitam berlogo burung elang berwarna emas. Dia menatap Igori seolah ingin menghabiskan nyawa pria yang berprofesi sebagai seorang pengacara keluarga Romanov.

"Well, saya akan pergi sekarang."

'Tuan Muda Nikolai semakin tidak tahu diri. Dia bahkan tidak mengucapkan terima kasih kepada Tuan Vladimir,' ucap Vasili di dalam hati.

Semua pasang mata menatap kepergian Nikolai tanpa ada satupun yang mencoba menahannya.

***

"Mengapa kau lama sekali, Dear?"

"Apakah kau sudah lama menungguku, Natalya sayang?"

Nikolai memberikan ciuman singkat di bibir manis sang kekasih. Mereka pun melepaskan pelukan dan duduk di depan meja bartender.

"Tidak begitu lama. Jadi, apakah Kakek sudah membuka blokir semua kartumu, Niko?"

Nikolai meneguk minuman yang baru saja diberikan oleh bartender. Kemudian, mengusap bibirnya yang basah.

"Tentu saja. Berapa uang yang kau inginkan untuk berbelanja?"

Natalya membiarkan Nikolai mengecup bibirnya berkali-kali dengan tujuan mendapatkan banyak uang. Wanita materialistis itu memang hanya mengincar uang Nikolai agar bisa hidup berfoya-foya seperti keluarga kaya raya pada umumnya.

"Hmm, sabar sedikit, Niko! Mengapa kita tidak pergi ke apartemen ku saja dan meneruskan cumbuan kita?"

"Oke, Dear."

"Maaf, Tuan Nikolai."

Sang bartender pun menyela percakapan antara Nikolai dan Natalya. Wajahnya terlihat kesal ketika menatap Nikolai.

"Apakah Anda tidak memiliki kartu lain?"

Bartender tersebut mengangkat kartu hitam milik Nikolai tinggi-tinggi.

"Ada masalah apa dengan kartu itu?!"

"Masalah besar, Tuan Muda Romanov. Karena kartu ini terblokir."

Uhh?! Shit! Apa yang seharusnya aku lakukan sekarang?!"

Nikolai menatap Natalya dengan hampa. Dia juga meriah kartu dari tangan bartender dengan ragu.

"Mustahil jika kartu ini terblokir. Apakah kau tidak bisa bekerja dengan baik?!"

Nikolai menggertak si bartender sambil menggebrak meja.

"Justru saya yang seharusnya berkata kepada Anda, Tuan Muda Romanov. Jika Anda tidak memiliki uang, maka jangan pergi minum di club ini!"

"Kurang ajar!"

Nikolai meraih leher si bartender. Bukannya melerai, Natalya justru pergi meninggalkan Nikolai.

"Hey, Natalya! Kau mau ke mana?!"

Nikolai melepaskan bartender tersebut, lalu mencoba bergegas pergi menyusul Natalya.

"Aku malu memiliki kekasih sepertimu Niko."

Semua orang di dekat Nikolai mendengar dengan jelas suara Natalya yang mempermalukan Nikolai.

"Tunggu, Natalya!"

Langkah Nikolai terhenti ketika seseorang memegangi lengannya.

"Hei! Apa-apaan ini?!"

"Anda mau ke mana, Tuan Muda?! Bayar dulu bill Anda!"

avataravatar
Next chapter