webnovel

The Remarriage

Hana Kaniana terpaksa memilih meninggalkan Aksa setelah keguguran. Usianya yang masih dua puluh tahun harus bisa mengambil sebuah keputusan berat dalam hidupnya. Meninggalkan suaminya karena merasa tidak tahan dengan keluarga neneknya Aksa yang terlalu kepadanya. Pergi ke LA untuk merubah nasib. Kuliah perfilman dan akting hanya untuk mencapai populeritas agar dia bisa menunjukkan pada keluarga Aksa. "Kau masih istriku, aku belum menceraikanmu," ucap Aksa pada Hana setelah lima tahun mereka berpisah. Apakah Hana bisa menggunakan kesempatan kedua kalinya saat Aksa kembali padanya?Apakah Hana akan lari lagi?Berhasilkah Hana untuk menunjukkan kesuksesannya? Bisakah dia membuktikan pada semua orang kalau dia layak menjadi istri Aksa? Temukan kisahnya di "The Remarriage". Cover : Tubagus Ikuti akun IG untuk mengenal lebih dekat penulis Vantheglang_rifdaz. Jangan lupa follow akun penulis di Webnovel untuk mengetahui lebih banyak karya lain

Van_Theglang86 · Urban
Not enough ratings
416 Chs

Dipaksa Menikah

Setelah kejadian di Berlin beberapa minggu lalu, Arabella membuktikan ancamannya pada Aksa untuk membuat masalah di Hotel Mahesa.

Awalnya Arabella membuat masalah adalah membuat berita hoax kalau dirinya sudah membuat kekerasan fisik pada Arabella, tentu saja itu membuat citra Aksa sebagai Presdir Hotel Mahesa sedikit tercoreng karena imej Aksa yang jahat dan suka kekerasan membuat seluruh karyawan berdemo meminta kasus kekerasan Aksa dilaporkan ke polisi. Tapi beruntung Aksa bisa mengatasi itu semua dengan bantuan Daniel yang menceritakan sebenarnya kalau Arabella yang telah berbuat jahat pada PResdir.

Merasa tidak berhasil, ulah Arabella yang lain adalah dengan meng-cancel event Dinas Parawisata Provinsi Bali di Hotel Mahesa cabangnya di sana. Padahal event itu tiga hari dilaksanakan sebelum di cancel. Tentu saja Dinas Parawisata marah dan komplen atas ketidaprofesionalan Hotel Mahesa yang memberi tahu di waktu-waktu yang sudah krusial. Dan Aksa baru tahu itu setelah ada salah satu staff yang dia kenal mencoba menghubunginya. Pada akhirnya Aksa lah yang turun langsung membereskan permasalahan yang dibuat Arabella.

Entah apa lagi kekacauan yang Arabella buat untuk menjatuhkan Hotel Mahesa. Untuk itu Aksa akhirnya mau tidak mau meminta semua Dewan Direksi Hotel Mahesa memecat Arabella dengan alasan ketidakprofesionalannya dan mementingkan perasaan pribadinya di atas kepentingan Hotel Mahesa. Nenek Sarah merasa kecewa karena Aksa tidak bisa membuat Arabella berhenti membuat masalah karena ulah Aksa sendiri yang telah menyakiti Arabella.

"Nek, kenapa Nenek menyalahkan Aksa, Nenek tahu Arabella sengaja melakukan ini agar Aksa tunduk padanya. Apa Nenek mau cucu mu ini hanya sebagai boneka yang dimainkan Arabella," kata Aksa di suatu hari saat Nenek Sarah memanggilnya.

"Cukup Aksa. Nenek sudah bosan mendengar banyak alasan darimu, lebih baik kau cepat menikahi Arabella, sebelum Mr Zayyed menarik investasinya!" kata Nenek Sarah tidak berperasaan.

"Nenek, bagaimana kalau Aksa berhenti saja dari Presdir, dan Nenek yang urus Hotel Mahesa dengan cara Nenek sendiri!" ancam Aksa.

"Aksa ...."bentak Nenek Sarah marah karena ucapan Aksa.

"Kalaupun Mr Zayyed mengambil lagi investasinya biarkan saja!" kata Aksa membuat Nenek Sarah tambah marah.

"Apa kau mau Hotel Mahesa hancur gara-gara keegoisanmu!"

"Apa Nenek mau cucu Nenek menjadi budak seseorang dan tidak bahagia, siapa yang egois di sini?" tanya Aksa.

"Nenek tidak akan biarkan kamu menghancurkan kerja keras Papamu membangun Hotel Mahesa. Minggu depan kau harus menikah dengan Arabella, Nenek akan menyiapkan segalanya untukmu Aksa, kau tinggal datang!" kata Nenek Sarah tetap keras kepala.

"Aku akan memecat Arabella. Dan untuk pernikahan itu, kenapa Nenek tak menyuruh cucu Nenek lainnya yang menikahinya. Ada Troy kan anak Om Adi, nikahkan saja dia dengan Arabella. Dia tidak akan menolak selama itu perintah dari Nenek."

"Aksa ... kau berani menentang Nenek?" bentak Nenek dengan wajah menegang dan terlihat lehernya mengeras kalau dia sedang marah. Kalau sudah marah Nenek Sarah akan terlihat menyeramkan. Dan Aksa membenci wajah itu.

"Kalau Nenek beralasan aku menikahi Arabella untuk Hotel Mahesa, tidakkah Nenek percayakan saja pada Aksa tanpa harus menikahi wanita itu. Sungguh Nek, aku benci dia. Dia bukan tipe istri idaman. Sifatnya yang bertindak semaunya dan sama sekali tidak bisa menghargai orang lain. Aksa benci wanita seperti itu. Kalau Nenek tetap memaksa aku menikahi Arabella, lebih baik Aksa mati menyusul Papa."

Plakk

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Aksa. Terasa sakit dan panas di pipi Aksa. Tapi Aksa merasakan hatinya jauh lebih sakit dari tamparan di pipi. Baru pertama kali Nenek Sarah menamparnya dan sekeras ini.

"Pantas saja Papa menyembunyikan semuanya dari Nenek, karena dia tahu sifat dan keserakahan Nenek seperti ini," gumam Aksa.

"Apa kau bilang?" tanya Nenek mendengar nama putranya yang sudah meninggal itu diungkit oleh Aksa.

"Apa Nenek tidak tahu, apa yang disembunyikan Papa dari Nenek?" tanya Aksa sambil mengusap darah segar yang keluar dari sudut bibirnya. Apa tamparan Nenek begitu keras sampai bibirnya mengeluarkan darah.

"Maksudmu apa?" tanya Nenek Sarah dengan suara bergetar. Mungkin rasa penasaran itu membuat wajah Nenek berubah.

"Aku tidak akan mengatakannya pada mu, tamparan tadi yang Nenek berikan ini adalah bukti kalau Nenek adalah orang yang tidak bisa mengendalikan emosi dan mengedepankan egonya sendiri tanpa memedulikan perasaan orang lain!" kata Aksa menunjuk pipi nya yang ditampar tadi.

"Aturlah pernikahan itu sesuka hati, tapi asal Nenek tahu, aku tidak akan datang!" kata Aksa kemudian meninggalkan Nenek Sarah yang berdiri dengan wajah yang penuh angkara murka.

Aksa marah dengan keputusan neneknya yang tak masuk akal itu. Bagaimana dia bisa menikahkannya dengan Arabella di saat Arabella lah penyebab masalah di Hotel Mahesa. Apakah hati nurani neneknya itu sudah tertutup oleh pengaruh Arabella dan Mr Zayyed.

"Tidak ada pilihan lain selain segera menghubungi Pak William dan menanyakan kebenaran aset Papa," gumam Aksa.

*** ***

Sesuai janji Hana dulu padanya. Hana selalu mengabarinya saat dia mempunyai waktu. Itu saja sudah membuat Aksa cukup puas hanya dengan mendengar suara Hana dan wajah Hana saat mereka video call. Perbedaan waktu mereka membuat mereka hanya sesekali saja. Jadwal Hana yang padat karena harus promosi filmnya dan Aksa yang dibebani pekerjaan yang sibuk.

Aksa merasa penat dan merasa lelah dengan semua masalah yang menderanya saat ini. Maka dari itu, Aksa kembali menghubungi Hana lewat video call agar dengan melihat wajah Hana, rasa lelah dan penatnya bisa terobati.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Aksa.

"Benar-benar sibuk, aku harus bolak balik kota dan ke berbagai belahan negara lain untuk mempromosikan filmnya."

"Hmmm gitu ya, pasti kamu cape, kalau ada aku di sampingmu, dengan senang hati aku akan memijitmu gratis ... Hehehe," canda Aksa.

"Gratis apaan, pasti ada timbal baliknya," sahut Hana paham.

"Hehee,kamu enggak tanya kabar aku sayang?" tanya Aksa.

"Gimana kabarmu sayang?" tanya Hana sambil membulatkan kedua matanya. Membuat Aksa gemas dan sayang ini hanya lewat video call.

"Aku pusing Sayang, udah kangen enggak ketulungan sama kamu, aku didesak terus sama Nenek buat nikahin Miss Bikes," curhat Aksa.

"Lha, disuruh enak-enak kenapa kamu enggak mau Yang?" tanya Hana menggoda Aksa.

"Ckkkck, kamu enggak punya hati, aku kan pengennya sama kamu," jawab Aksa sambil memanyunkan bibirnya. Manja dan penuh kegemasan. Hana hanya tertawa melihat ekspresi Aksa. Entahlah harusnya mungkin dia merasa marah dan kesal dengan info yang diberikan Aksa. Tapi Hana cukup tenang menghadapinya. Karena dia yakin hati dan kesetiaan Aksa hanya untuknya.

"Ya sudah, kalau kamu maunya sama aku, tunggu aku ya!" kata Hana membuat hati Aksa berdebar berlipat ganda.

"Beneran? kapan?" tanya Aksa antusias.

"Kapan ya, hehehe ... pokoknya tunggu aja!" jawab Hana membuat Aksa penasaran.

"Ya ... ck ... kapan sih kamu pulang ke sini Hana?" tanya Aksa sedih.

"Nanti ada saatnya aku pulang. O-ya kamu udah nonton filmku belum?" tanya Hana. Filmnya memang sudah tayang dua minggu yang lalu. Kalau tidak salah di Indonesia akan tayang di minggu-minggu ini.

"Aku sudah nonton kemarin, dan aku benci lihat kamu sama si Zack itu!" kata Aksa kesal.

"Ya ampun itu kan hanya akting Kak, enggak beneran.Kamu nonton sama siapa?" tanya Hana penasaran.

"Sama siapa lagi kalau bukan sama Kudaniel," jawab Aksa asal.

"Oh sama dia, kirain sama cewek. Tapi bahaya juga kamu nonton sama cowok."

"Enak aja. Dia itu juga pengamat film. Makanya aku ajak dia nonton. Dia pernah juga kuliah film hanya tidak dilanjutkan."

"Ohh begitu, terus bagaimana pendapatmu?" tanya Hana.

"Hmmm, meski aku membenci ini karena harus mengatakannya, filmmu bakal sukses terutama di Asia, dan aku yakin kamu akan masuk nominasi Aktris Pendatang Baru di Ajang Film Internasional, Mungkin Global Awards," kata Aksa dengan nada dibuat kesal. Kesal karena cemburu.

"Kamu tetap dukung karir aku kan Kak?" tanya Hana.

"Ya tentu saja, asal kamu jangan sampai tergoda dengan laki-laki lain, camkan itu!" ancam Aksa.

"Ya enggaklah, kamu tetap the one and only one in my life Kak."

Aksa senang mendengar jawaban Hana itu.

"Yang aku kangeeeen," kata Aksa tiba-tiba menjadi baper.

"Kapan kamu bisa ke LA?" tanya Hana.

"Apa ini sebuah undangan untukku?" tanya Aksa senang.

"Kamu enggak sibuk?" tanya Hana.

Mendengar pertanyaan Hana, Aksa menjadi teringat kalau dirinya harus pergi menemui Pak William di Singapura.

"Hana, seandainya ya, ini kalau seandainya ...." Aksa tidak meneruskan perkataannya karena masih ragu.

"Iya Kak, ada apa?"

"Kalau misalnya aku harus menikah resmi denganmu, apa kamu tidak keberatan?" tanya Aksa.

"Kenapa keberatan, tentu saja aku mau," jawab Hana.

"Syukurlah kalau begitu, aku sekarang lega."

"Memang ada apa Kak?" tanya Hana penasaran.

"Nanti aku ceritakan lebih jelasnya setelah kita bertemu langsung."

"Ya sudah kalau begitu, aku mau pergi dulu dengan Kak Intan Kak."

"Kemana?" tanya Aksa.

"Pergi belanja bulanan dulu!"

"Ohh begitu, salam ya buat Ice Woman," ucap Aksa memberi salam untuk Intan Wanita berwajah dingin seperti es itu.

"Siapa Ice Woman, apa dia tokoh hero?"

"Siapa lagi kalau buka manajermu itu, katakan salam dari Niel Amsyong!"

"Siapa lagi itu, bukan astronot kan?" Hana sedikit mengenal nama itu. Neil Amstrong seorang astronot.

"Hahaa, astronot apaan dia sekretarisku Yang, si Kudaniel."

"Oh, hehee, ada-ada aja kamu Kak ... emangnya ada apa dengan dia kok ngasih salam ke Kak Intan?"

"Sudahlah, jangan banyak nanya."

Tapi Hana kemudian teringat sesuatu perkataan dari Intan. Kalau ada seseorang yang mencari dan menanyakan dia, dia harus jawab tidak tahu. Dan ini ada yang memberi salam buatnya. Dia harus bagaimana?

"Apa dia naksir sama Kak Intan?" batin Hana.

"Ya udah, kamu hati-hati di sana ya?" kata Aksa kemudian melambaikan tangannya sebagai akhir percakapan video call mereka. Dia tidak menggubris pertanyaan Hana.

"Ya kak, dadaah, Kisss byee.. mmuach." Kata Hana membuat ciuman jarak jauh dan langsung menutup telepon.

"Gilaaa, pas terakhir malah bikin gue sesaaak Yang!" kata Aksa uring-uringan menahan rindunya pada Hana.

= = = Catatan Author = = =

Jangan pelit untuk memberikan sedekah vote PS nya.

Semoga dengan satu, dan dua PS bisa membantu Author untuk semangat ngetiknya.

Haturnuhun dede, kakak, para pembaca setia TR.