1 Halvier girl like a flower

Matahari jadi lebih indah setiap hari, pikir jaehwan yang sedang berkebun di halaman rumahnya yang luas dan tak lupa juga bersama para pelayan yang setia menemaninya...

"Nona jaehwan! ada berita baik untuk anda" ucap pelayan pribadinya bernama narsha

"Kenapa harus berteriak? Aku bisa mendengarnya narsha, jadi? Apa berita baik itu?" Jawab jaehwan dengan gerutu yang menurut para pelayan adalah ciri khas nona mereka yang imut .

"Tuan akan datang! Dan sepertinya akan membawa anda pergi ke perjamuan nonaku!" Ujar narsha senang dan para pelayan juga mendengar ikut senang.

"Ah , tidak mungkin. Ayah tidak mungkin membiarkan aku keluar dengan tenang, paling juga dengannya kan?" Jawab jaehwan yang mengingat betapa ketatnya sang ayah akan dirinya.

"Tidak nona, anda akan ikut tuan untuk perjamuan besok malam di istana. Anda kan sangat ingin datang ke istana bukan?" Narsha yang bersemengat memberitahu nona kesayangannya.

"BENARKAH?! AYO NARSHA !!!" Jaehwan yang berlati ke dalam rumah untuk bertemu sang ayah. Sementara di sisi para pelayan berteriak

"NONA JANGAN BERLARI" itu lah kata yang semua pelayan dan narsha katakan saat melihat nona jaehwan yang berlari. Paniknya mereka karena jaehwan adalah nona mereka yang paling ceroboh.

.

.

"AYAHHH!!" panggil jaehwan dengan satu oktaf suaranya kepada sang ayah yang baru sampai.

"Halo gadis cantik, kenapa berteriak?" Sambut ayahnya sedikit pelan karena lelah dan stress yang ia alami. Tapi dengan melihat jaehwan ia bisa lebih fresh dari sebelumnya , karena gadis itu adalah sumber energi di rumah ini.

"Apa aku akan ke istana? Kenapa ayah tidak bilang?" serbu jaehwan kepada ayahnya. Ayahnya hanya tersenyum

" iya, tapi walaupun kau ke istana, itu akan tetap bersama ku." Ucap earl pelan namun tegas di telinga siapapun yang mendengarnya.

"Tidak apa, yang penting aku ke istana. Aku tidak sabar bertemu dengan temanku" jaehwan tersenyum manis pada ayahnya. Ayahnya hanya mengangguk dan sedetik setelahnya earl mengubah air ekspresinya menjadi serius

"aku membawa mu ke istana hanya untuk formalitas, dan aku harap kau tidak menonjol saat disana jaehwan~ah. Aku akan memperketat penjagaan mu, dan tidak ada penolakan" ucapnya tegas setelah mengelus saya puncak kepala anaknya dan pergi ke kamar utama.

"Narsha kau memberikan info yang palsu" gerutu jaehwan didepan narsha yang menunduk dan meninggalkan pelayan pribadinya dengan perasaan kesal kekamar.

.

.

.

"RAJA HWANG MINHYUN TIBA" teriak kasim yang memberitahu keberadaan raja di ruang perjamuannya.

"Panjang umur yang mulia!!" Seru semua tamu perjamuan.

"Duduklah" suara tegas dan dingin itu terdengar.

"Aku akan memberitahu kalian tentang tujuan adanya perjamuan ini"

.

.

.

.

"Bosaannnnn, eh?" Gumam jaehwan di halaman istana yang terhubung dengan ruang perjamuan.

"Narsha, lihat! Ada bintang jatuh" bisik jaehwan ke narsha

"benar nona, nona ayo sebutkan permintaan anda" ucapnya ikut menggenggam tangan sendiri untuk memanjatkan permintaan.

.

.

.

.

"Perjamuan ini saya adakan karena saya akan mengangkat selir yang nanti akan melahirkan putra mahkota kerajaan ini" jelas minhyun dengan tegas yang menjadi bisik2 para tamu di perjamuan ini. Sementara tamu berbisik untuk mengajukan putri mereka ke raja , tidak dengan Grand duke Jisung yang keringat dingin jika anaknya yang terpilih menjadi selir kerajaan ini. Ia tak ingin putri tercintanya hidup menjadi selir raja, walaupun selir posisinya akan lebih setara dengan ratu jika bisa melahirkan putra mahkota, tapi lain pendapat jisung yang tak ingin anaknya ditemukan. Tanpa sadar ia menggelengkan kepala dan menjadi intens dari mata tajam sang raja yang melihat orang kepercayaannya seperti ketakutan.

.

.

.

"Ini kah toiletnya???" Gumam jaehwan ketika menyusuri lorong mewah milik istana serta mengedarkan pandangan keseluruh penjuri istana. Tapi tanpa sengaja ia menyenggol bahu tegap seseorang yang sangat tampan.

"Ah, maafkan saya tuan. Salah saya, " ucap jaehwan berkali2.

"Hmm.. " jawaban dingin itu terdengar dan tak lama pria itu menjauh.

"Dasar tak sopan" gumam jaehwan yang masih terdengar oleh sang pria, pria itu berbalik dan menatap jaehwan yang sudah kembali berjalan melawan arah.

"Siapa dia?" Tanya minhyun ke kasim nya

"ah dia, saya tahu dia yang mulia. Tapi jika melihat wajahnya dia pasti wanita yang sedang diperbincangkan di ibu kota halvier,nona bunga nama sebutannya, katanya dia adalah wanita tercantik di halvier. Tapi yang melihatnya tidak tahu siapa orang tua gadis itu, karena gadis itu hanya 1x dalam seminggu pergi kepasar itupun untuk melihat pawai masyarakat, tapi yang di yakini masyarakat adalah dengan sikap dan kesopanan yang tinggi pasti wanita itu adalah anak dari salah satu earl, banyak masyarakat yang kagum padanya. dia sering dipanggil nona flower karna kecantikannya seperti bunga

" jelas panjang sang kasim, minhyun hanya mengangguk. Membalikan badannya dan menyusul jaehwan kearah tadi ia pergi bersama pengawalnya, saat menyusuri lorong terlihat jaehwan yang berbincang dengan seorang wanita yang dipastikan adalah pelayannya

"ekhm, kau tidak ingin minta maaf?" Tanya minhyun dingin dan mengesalkan ditelinga jaehwan.

"Ah , kau tuan? Baiklah.saya minta maaf" Jaehwan dan narsha membungkuk hormat dan tersenyum manis pada tuan tak kasat eh maksudnya tuan tak diketahui namanya.

"Panjang umur tuanku! Saya permisi" dengan sopan ia memundurkan diri dan mulai berjalan lagi bersama narsha. Minhyun bertanya

"siapa namamu nona?" Jaehwan berhenti.

"Anda tidak perlu tahu tuan, nama saya tak seindah istana ini" ujar jaehwan yang bergurau tapi gagal dan bergegas pergi meninggalkan minhyun.

.

.

.

"AYAH!" Panggil jaehwan yang melihat ayahnya kebingungan.

"ayah mencari apa??" Nada kesal dan menggoda menjadi satu di jaehwan. Ayahnya menghela nafas berat dan memasang wajah datar

"kamu dari mana saja sayang? Ko tidak bicara pada ayah? Besok2 apa harus ayah merantai mu agar tidak kemana2" nada nya sangat dingin membuat sang anak menunduk.

"Haa~ bisa gila aku. Jaehwanie, kamu jangan jauh2 dari ayah atau ayah tidak akan mengizinkan mu ke istana lagi!" Ucap tegas sang ayah.

"Iya aku yang salah tidak bicara pada ayah terlebih dahulu dan menghilang. Ayah ayo kita pulang saja, aku kira bisa bertemu teman ku tapi ia malah tak ada" ucap jaehwan kepada ayahnya.

"Baiklah, ayo kita pulang" ujar ayahnya dan hendak berpamitan ke raja terlebih dahulu.

"Kau tunggu di kereta kuda jaehwan~ah" jaehwan menjawab

"siap kapten!!" Jaehwan berjalan ke kereta kuda miliknya.

.

.

.

"Siapa anak itu jisung?" Ujar minhyun tegas bertanya kepada orang kepercayaannya itu "yang mulia,, " jisung tak sanggup berkata2 lagi.

.

.

.

Yang jisung tau ia harus membawa jaehwan pergi keluar kota bahkan keluar negeri jika perlu.

avataravatar
Next chapter