1 Bab 1 : Promise.

Zen membuka kedua matanya secara tiba-tiba karena lelaki itu baru saja melihat kejadian yang sangat buruk di mimpinya. Zen memegangi kepalanya yang terasa pusing kemudian menyadari jika sebuah gelang merah melingkar di tangannya. Zen menyentuh gelang itu, ternyata semuanya bukan mimpi. Zen pikir pertemuannya dengan perempuan bertanduk itu juga termasuk mimpimya, ternyata ia salah. 

Sedetik kemudian telinga tajam Zen mendengar sebuah bunyi yang sangat mengganggu dari arah dapur. Zen sudah tahu jika itu hanyalah seekor kucing, namun langkahnya tetap membawanya ke dapur. Zen terdiam di tempatnya ketika mendapati seorang perempuan dengan rambut hitam sepunggungnya. Zen menatapnya intens dari atas hingga bawah. Sudah jelas itu adalah orang asing. 

"Oh, maaf, Zen. Apa aku membangunkanmu?" Perempuan itu tertawa kecil seraya mengambil suatu barang jatuh, tampaknya suara barang jatuh itulah yang mengganggu pendengaran Zen. 

"Kenapa orang asing sepertimu bisa masuk ke apartmentku?" tanya Zen balik. Setelah barang yang perempuan itu ambil sudah ada di tangannya, ia menatap Zen dan tersenyum miring. Senyuman yang tampaknya tidak asing bagi Zen. 

"Jahat sekali kamu sudah melupakanku. Bukankah kita baru saja bertemu tadi malam?" Zen tertegun. Perempuan ini sama sekali tidak mirip dengan iblis yanh dijumpainya malam itu. Apakah ini 'Ability' milik iblis itu? 

"Kamu tampak berbeda. Bahkan tandukmu juga menghilang dan pakaianmu tampak seperti manusia pada umumnya." Zen melangkahkan kakinya menuju meja makan. Zen masih tidak percaya jika itu iblis yang ia temui. 

"Bukankah kita hanya bisa bertemu malam hari?" Perempuan itu tersenyum miring. 

"Malam hari hanya di rumah itu. Dan juga aku tidak bilang kalau aku tidak boleh menemuimu saat siang hari," balasnya menyusul Zen ke meja makan sambil membawa dua mangkuk yang sudah berisi sarapan keduanya. 

"Apa ini wujud manusiamu? Apa kamu bisa makan selayaknya manusia pada umumnya?" Perempuan itu tertawa kemudian mendaratkan bokongnya di kursi yang berhadapan dengan Zen. 

"Kamu tidak salah. Ini wujud manusiaku dan aku bisa melakukan apa yang bisa manusia lakukan di wujud ini. Dan juga namaku Myra. Bukankah terdengar sangat cantik?" Zen hanya membuang napasnya tanpa membalas apa pun. Kemudian keduanya menghabiskan sarapan dengan membisu. 

°°°

Zen mengetuk-ngetuk mejanya dengan alat tulis yang sedang ia pegang. Zen menatap papan tulis yang sudah penuh oleh tulisan sang guru. Sang guru meminta muridnya untuk bekerja secara berkelompok. Satu kelompok terdiri dari tiga orang. Zen beruntung, ia mendapatkan kelompok yang sama dengan Fudo. Namun satu orang lagi, Zen tidak mengenalinya. 

Seorang perempuan dengan surai sepunggungnya menghampiri meja Zen dan Fudo yang sudah disatukan. Zen menaikkan satu alisnya karena bagi Zen perempuan itu sangat asing, itu karena Zen tidak terlalu dekat dengan teman-teman sekelasnya kecuali Rai dan Fudo. 

"Namaku Risu. Aku anggota terakhir di kelompok kalian. Mohon bimbingannya!" Ternyata karena itu Risu menghampiri mejanya. Zen mengangguk paham kemudian membiarkan Risu duduk di sampingnya, sementara Fudo berseberangan dengan Zen. 

Mereka berdiskusi selama kurang lebih 2 jam untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Selama diskusi berlangsung, Zen merasa jika Risu bukanlah perempuan yang canggung. Ia mudah bergaul dan memiliki kepribadian yang hampir sama dengan Rai, Hanya saja Risu tidak manja. 

Setelah diskusi selesai dan jam pelajaran telah berakhir, Zen menghampiri meja Rai. Perempuan itu masih sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. 

"Ekspresimu sangat menakutkan. Apa terjadi suatu masalah?" tanya Zen setelah melihat wajah Rai yang tampak menekuk. 

"Aku benci bekerja secara berkelompok. Aku selalu berpisah denganmu, Zen. Sementara Fudo selalu bersamamu," balasnya. Zen menyentuh bahu Rai guna bantu menenangkan perempuan itu. 

"Guru yang menentukan semuanya, Rai. Lagipula semuanya sudah berlalu, lebih baik kita pulang sekarang." Rai mengangguk. 

Zen mengantarkan Rai hingga di depan rumahnya, itu sudah menjadi kebiasaan Zen sejak mereka dekat. Zen pikir, ia perlu melindungi gadis ceria seperti Rai. Zen melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 18.10. Zen masih tidak bergerak dari posisinya. Apa ia harus bertemu dengan Myra? Atau Zen harus kabur sekarang? Ini adalah kesempatan emas untuk Zen, namun setelah dipikir kembali, lelaki itu masih ingin bertemu dengan kedua orang tuanya setelah sekian lama berpisah. Zen memantapkan tekadnya dan melangkah menuju rumah lamanya, di mana sang gadis iblis sudah menunggunya di sana. 

°°°

Zen membuka pintu rumah yang sudah terlihat kumuh itu. Banyak rumput liat yang mulai tumbuh di sekitar halaman rumahnya, cat dan beberapa temboknya juga sudah retak. Rumah ini benar-benar sudah tidak layak huni. Zen tidak menyangka masih ads seseorang yang mau menempati rumah ini. 

"Kamu terlambat, Zen. Kau pikir sudah berapa lama aku menunggumu?" Zen melirik ke arah perempuan yang sedang mengomel itu. Oh, tanduk iblisnya kembali lagi dan pakaiannya juga sudah tidak seperti pakaian manusia. Pakaian Myra berwarna merah darah senada dengan tanduknya, ada beberapa bagian juga yang tidak tertutupi dengan pakaian, namun masih tergolong layak pakai. 

"Jadi, apa yang harus aku lakukan di rumah kumuh ini?" Myra tersenyum miring kemudian mendekati Zen. 

"Rumah kumuh katamu? Apa kamu masih bilang seperti itu setelah melihat ini?" Zen menaikkan satu alisnya. Myra menjentikkan jarinya, sedetik kemudian rumah kumuh itu tiba-tiba saja berubah menjadi sebuah mansion mewah dengan corak merah dan putih. Entahlah, sepertinya terlalu banyak warna merah di sini. 

"Bagaimana jika ada tetangga yang tahu?" Myra tertawa renyah. Kepribadian perempuan itu sangat berbeda dengan tadi siang. Mungkin kepribadiannya akannikut berubah seperti wujudnya. 

"Tidak akan. Dari luar, rumah ini tetap terlihat sama. Hanyalah sebuah rumah kumuh. Aku hanya mengubah dalamnya saja menjadi sebuah mansion untukku tinggal," balas Myra membuat Zen ber'oh' ria. 

"Apa 'Ability' milikmu adalah mengubah sesuatu? Kau bisa merubah wujudmu dan rumah kumuh ini, jadi aku berpikir jika ini adalah 'Ability'mu." Myra tertawa mendengar ucapan Zen tadi. 

"Kamu setengah benar, setengah salah. Ini memang 'Ability'ku, namun ini hanyalah satu dari 'Ability'ku yang lain," balasnya membuat Zen terdiam memutar otaknya. 

Dari semua orang yang ia temui, tidak ada satupun yang memiliki 'Ability' lebih dari satu. Zen menatap Myra dan tersadar akan sesuatu. Jelas saja itu bisa terjadi. Myra adalah iblis dan orang yang selama ini ia temui adalah manusia, jelas mereka berbeda. Zen mendapatkan satu pengetahuan lagi. Zen masih ingin bertanya banyak, namun Zen hanya bertanya satu-satunya pertanyaan yang sangat mengganggunya. 

"Apakah semua iblis memiliki 'Ability' lebih dari satu?" tanya Zen membuat Myra terdiam. 

"Tidak, hanya ada beberapa. Iblis yang memiliki 'Ability' lebih dari satu dikenal sebagai 'Pilar' di dunia itu." Zen melangkahkan kakinya menuju sebuah kursi berwarna merah yang tak jauh dari posisi awalnya kemudian Zen mendaratkan bokongnya di sana. 

"Dunia itu? Dunia apa yang kau maksud?" Myra menatap sebuah pintu putih. Sepertinya ruangan di balik pintu itu adalah dunia yang dimaksud. 

"Kamu akan mengerti setelah melihatnya. Kedua orang tuamu juga ada di sana," balas Myra membuat Zen membuka lebar-lebar kedua matanya. 

"Kalau begitu ap---

"Semuanya tidak semudah itu, Zen! Karena semuanya tidak mudah itulah aku membutuhkan bantuanmu. Terutama 'Ability' miliimu." Myra mengepalkan kedua tangannya. Zen terdiam, lelaki itu masih tidak mengerti dengan apa yang ada di kepala Myra dan apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia yang ia maksud? 

"Aku akan membawamu ke sana besok sehingga kamu bisa mengerti kenapa semuanya tidak mudah." Zen mengangguk kecil. 

"Seandainya kamu pulang ke rumah ini lebih cepat, mungkin kamu juga bisa bertemu dengan orang tuamu lebih cept," lanjut Myra. 

"Aku tidak tahu jika rumah ini masih ada yang menempati, aku juga menganggap jika kedua orangtuaku sudah meninggal sehingga tidak ada alasan untukku kembali ke sini," balas Zen. 

"Tidak ada sedikitpun niat kamu untuk melihat rumah ini lagi?"

"Tidak ada. Kejadian 7 tahun lalu sangat membekas di ingatanku," balas Zen membuat Myra terkejut. 

"Apa kamu tahu penyebab kejadian itu?" Zen menggelengkan kepalanya. 

Myra melangkah kakinya mendekati tempat duduk Zen. Sebenarnya Myra mengetahui dalang dibalik kejadian itu, sayangnya masih terlalu cepat untuk ia beberkan semuanya. Bahkan Myra menyaksikan dengan kedua mata kepalanya sendiri. Myra menjadi saksi bagaimana keluarga Zen hancur saat itu. Bukannya Myra tidak ingin menolong, Myra hanya tidak bisa berbuat apa-apa karena saat itu ia masih tidak tahu tujuan para petinggi Pilar. Myra juga tidak bisa melanggar perintah petinggi Pilar lainnya, itu karena Myra adalah Pilar termuda. 

"Kembalilah ke sini besok dan aku akan membawamu ke dunia itu. Persiapkan juga tubuh dan mentalmu. Ingat, ini tidak mudah." 

Tanpa mengucap sepatah katapun, Zen melangkahkan kakinya keluar dari mansion merah tersebut. Setelah di luar, Zen membalikkan tubuhnya menatap bangunan di depannya. Seperti yang Myra bilang, dari luar bangunan ini sama sekali tidak berubah. Entah bagaimana gadis itu dapat merubah rumah kumuh ini menjadi sebuah mansion yang mewah, Zen juga masih tidak mengerti. Masi banyak pertanyaan yang memutari otak Zen. Dari mana Myra berasal? Mengapa Myra mengetahui keberadaan orang tuanya? Kenapa Myra membantunya mencari kedua orang tuanya padahal Myra adalah seorang iblis? Zen juga masih belum paham tentang 'Pilar' dan Iblis yang memiliki 'Ability' lebih dari satu. Namun sepertinya Zen akan mulai paham perlahan - lahan. Karena perjalanan Zen akan kembali di mulai di rumah ini. 

Zen merasa ia menginjak sesuatu. Lelaki itu langsung menunduk untuk mengambil apa yang baru saja ia injak. Itu adalah sebuah bingkai foto. Zen membalii bingkai tersebut dan mendapatkan foto sebuah keluarga dengan senyuman yang sangat lebar. Zen mengusap foto tersebut karena sudah ternodai oleh tanah. Zen merrmas foto itu, entah kenapa ada sedikit amarah yang melunjak ketika mengetahui bahwa kedua orang tuanya masih hidup entah di mana. 

"Aku akan membawa kalian kembali dan menghabisi siapa pun yang menjadi dalang dari kejadian 7 tahun yang lalu."

avataravatar
Next chapter