7 Yeah Baby…. Call Me Like That

Penthouse Skyscraper, Kensington, London

Noel memekik ketika ia masuk digendongan Gael yang mengangkatnya tanpa susah, belum lagi ketika tulang belikatnya digigit tiba-tiba dengan rasa sakit serta geli yang dirasakan, saat sebuah benda lunak menjilatinya di sana.

Ia menurunkan pandangan dan menemukan Tuan kaya yang membayarnya sedang menjilati bekas gigitan dengan geraman serta kecipak basah terdengar.

"Shit! Kiss me, Noel," perintah Gael setelah mengumpat indah.

Tanpa diperintah dua kali, Noel yang mendengarnya segera mengadu bibirnya dengan bibir yang kembali mengumpat itu. Ciumannya santai, Noel membuat gerakan sehalus mungkin dengan ritme yang baru ini Gael rasakan.

Strawberry bahkan ada rasa asam, tapi bagaimana bisa bibir Noel manis tiada tara seperti ini?

Gael frustasi merasakan gerakan lembut ini, tapi ia masih ingin menikmati sensasi yang tidak didapatnya dari wanita lain yang pernah disewanya. Ia serasa dibuat gila, apalagi saat bibir itu bergerak kanan-kiri mencari posisi.

Tangannya yang melingkar di pinggang dilepas satu, meremas bongkong berisi dan padat yang terasa lembut bagai kulit bayi di telapak tangannya. Ia menyandarkan punggung itu dinding hingga menempel, membungkam segera saat desahan lolos sedetik dari wanita di gendongannya.

Ungg…

Sepertinya Gael sudah tidak tahan dengan kelembutan, karena ia kini yang mengambil alih ciuman dengan lebih menggebu seakan ingin memakan bibir Noel yang dibuatnya semakin membangkak.

Beberapa menit kecipak basah yang menjadi backsound memenuhi ruangan itu, kaki dengan betis berbulu itu melangkah perlahan menuju sebuah pintu yang ada di sampingnya, membuka pintu tanpa susah kemudian mendorong dengan punggungnya sendiri.

Kriet…

Pintu terbuka, Gael jalan mundur masih dengan bibir mencumbu tanpa bosan. Hingga akhirnya ia membentur sesuatu yang ditebaknya adalah ranjang dan ia perlahan menurunkan diri, duduk dengan permukaan memantul yang benar saja menyapa bokong polosnya.

Jelas saja, ia hapal dengan letak barang yang ada di kamarnya.

Ranjang dengan bentuk bundar dilapisi sprai putih, serta nakas yang ada di samping kiri-kanan. Kemudian ada sofa menghadap ke ranjang, dinding bercat krem dengan jendela dan tentunya pintu balkon terbuat dari kaca yang menampilkan langit malam yang luas.

Kini ia duduk dengan Noel yang ada di pangkuannya, serta lengan melingkar manja di bahu serta sesekali remasan lembut di surai belakang turut dirasakannya.

Gael perlahan membaringkan tubuhnya, hingga kini ia bisa melihat Noel lebih jelas tepat di atasanya. Ia menikmati saat kelopak mata itu terpejam, dengan kerutan yang tampak lucu baginya.

Muach…

Tautan terlepas, Noel duduk dengan posisi memalukan di atas tubuh Gael yang membelai lembut surainya yang kini tampak berantakan. Ia menatap pria di bawahnya dengan dada naik-turun, sebelum akhirnya terpejam saat sebuah tangan meremas salah satunya sedikit kasar.

Ia baru saja ingin mendesah, tapi sayang desahannya segera ditelan kembali saat jari panjang merangsak masuk di mulutnya.

Itu jari Gael, tentu saja, bahkan pria itu juga mengusap dan sesekali menekan bibirnya dengan ibu jari seakan tidak puas.

Entah belajar darimana, tapi Noel meresponnya dengan lidah menjilati jari itu dengan tatapan sayu, membuat Gael yang merasakannya semakin terbawa rangsangan.

Pekikan terdengar memenuhi kamar, Noel yang awalnya diatas kini pindah posisi menjadi di bawah, dengan Gael yang mengukungnya tanpa menimpah dan menyakiti.

Tidak ada lagi yang menutupi tubuh keduanya, polos bagai baru lahir dengan bagian dada saling menempel saat Gael perlahan menurunkan tubuhnya untuk memberikan kecupan-kecupan kecil di sekitar tulang belikat Noel yang kakinya seketika menegang.

Foreplay, mungkin itu adalah kata tepat yang saat ini sedang dilancarkan Gael.

Bagaimana tidak, Noel yang ada di bawahnya dibuat bernyanyi merdu dengan kepala menengadah ke atas sana, sama sekali tidak diberikan waktu meski itu hanya meraup sedikit oksigen yang seakan langka untuknya saat ini.

Gemetar dan gelenyar aneh di tubuh serta hati wanita itu menghasilkan lenguhan, remasan lembut dari jemari yang terbenam di surai Gael yang tetap menikmati aktivitasnya.

Dada Noel melengkung indah ketika miliknya dibawah sana dihisap habis, dengan sensasi geli dan berkedut yang sama sekali tidak dibayangkannya.

Ia keluar untuk kesekian kali, sedangkan Gael yang di bawah sana meledeknya lagi dan lagi karena klimaksnya yang datang bertubi-tubi.

Puas di bawa sana, Gael kembali merangkak dengan jejak basah ditinggalkannya di sepanjang tubuh hingga sampai di sebuah gundukan yang tidak dilewatinya begitu saja.

Ya, Gael justru dengan senang hati menjentikkan lidahnya di salah satu pucuk menegang yang dibalas dengan lenguhan erotis.

Shit!

Gael mengumpat dalam hati, ingin protes agar wanita itu tidak membuatnya serasa ingin meledak karena sebuah lullaby merdu.

Sampai di depan wajah Noel, Gael segera menyambar bibir wanita itu dan membagi rasa yang diperolehnya kepada si empu mahkota yang kini mengernyit merasakan rasa aneh dari ciuman itu.

Rasa apa ini?

Noel bertanya-tanya dalam hati, tapi ia tidak menolaknya dan semakin memperdalam ciuman dengan bibir terbuka lebar saat Gael menarik lidahnya keluar dari dalam sana.

Saliva bercampur mengalir di dagu, Gael yang melepas tautan segera menjilati sisanya di sana dan menggeram ketika Noel tidak sengaja menyentuh miliknya yang menegang.

"Kau sudah tidak sabar, heum…."

Berbisik dengan suara parau, menelurusuri lidahnya di daun telinga Noel yang menggeleng dengan mata terpejam saat sesuatu meremas dadanya.

"Eng…, tidak sengaja," balas Noel diantara erangannya.

Gael menjaukan wajahnya dari perpotongan leher Noel, kembali menyusuri bagaimana lembut dan harumnya aroma yang menguar dari keringat yang keluar dari tubuh wanita di bawahnya.

Pendingin di ruangannya sepertinya tidak menyala, sampai mereka berkeringat dan ini bahkan baru melakukan pemanasan dengan gairah yang disampaikan melalui setiap sentuhan.

Pria dengan tubuh kekar dibalut kulit putih itu merangkak ke bawah dan memposisikan dirinya di tengah tubuh Noel setelah membuka dua kaki itu lebar.

Noel melengos, tidak kuasa memperlihatkan wajahnya ketika dalam posisi terbuka lebar seperti ini. Ia hanya bisa memejamkan mata, ketika kelopak mawarnya kembali dikerjai oleh jari-jari mengitari.

"Kamu merasakannya?"

Sontak Noel kembali wajahnya ke asal suara, tapi itu suatu kesalahan saat wajah memerah pria itu justru menjadi pemandangan erotis baginya. Sehingga saat gerakan di bawah sana semakin jadi, bibirnya kian terbuka dengan racauan memanggil nama pria itu seakan meminta.

Gael….

"Yeah Baby…. Call me like that, do you want me? Do you feel it? You want me to move it faster? (Ya, sayang…. Panggil aku seperti itu, apakah kamu menginginkanku? Apakah kamu merasakannya? Kamu ingin aku menggerakkannya lebih cepat?)"

Gael menatap lekat Noel yang juga balas tatapannya sayu, meskipun ia sama sekali tidak mengurangi kecepatan jarinya di bawah sana.

Owh…

"Say it, (Katakan)" imbuh Gael ketika kembali mendengar lenguhan yang dari awal sudah membuatnya gila, miliknya sudah protes minta dimanja dengan hal yang lebih.

"Yes…."

"Louder!"

"Yes Geal, faster.... "

Owwh…

Bersambung

avataravatar
Next chapter