28 Promosi Pasangan Prom Night

Kensington Aldridge Academy, London.

"Eh!?"

"Jadi bagaimana? Siapa yang akan kamu pilih, Noela Sayang…."

"Aku…."

"Asal kamu tahu, sepupuku juga kemarin menanyakan tentang kamu loh…"

"Hah!?"

"Iya, kamu pasti masih ingat 'kan sama sepupuku yang kemarin menjemput? Dia memang baru ini sih jemput aku, biasanya dia malas sekali untuk menjemput dan justru asik menghabiskan waktu di ruang perpustakaan," jelas Catrine dengan maksud mempromosikan.

Neol yang mendengar hanya bisa meringis. Bisa datang saja ia sudah bersyukur, apalagi sampai berpasangan dengan pria, sepertinya ia akan sangat mengucapkan terima kasih kepada Tuhan akan kebaikan tersebut.

Tuannya jelas mengatakan semua syarat yang harus diikuti dan pria adalah salah satunya. Jadi, bagaimana bisa ia bersama pria, ketika ia sendiri sudah berjanji menjadikan sang Tuan sebagai satu-satunya pria selama masa kontrak?

"Kamu tenang saja deh! Hans pria yang baik kok, meskipun dia pendiam dan kelihatnya tampak dingin, tapi dia sangat tampan yang artinya tidak akan malu-maluin untuk dijadikan pasangan. Ha-ha-ha…. Ini sih aku promosi secara langsung ya?"

Tawa canggung dari Catrine membubarkan lamunan Noel tentang seorang pria yang sudah menjadi walinya secara tidak langsung. Ia sampai menelan saliva, memikirkan jawaban yang akan diberikan kepada sahabatnya agar tidak kecewa, lagi.

"Prom ya, nanti aku pikirkan deh. Kamu tahu sendiri 'kan, Kak San masih harus dijaga olehku," jawabnya beralasan.

Akhirnya, setelah sekian banyak waktu dihabiskannya untuk melamunkan jawaban, tetap saja berbohong adalah yang dikatakan. Hidupnya tidak sebebas dulu dan inilah yang harus dijalaninya.

"Ya…."

Benar 'kan kalau sahabatnya ini akan kecewa kepadanya. Lihat saja wajah itu, sudah terlipat banyak karena jawabannya.

"Maaf ya…, tapi nanti kalau bisa datang akan kuusahakan pasangannya sama kamu saja," bujuk Noel.

Catrine tidak langsung menerima bujukan itu, ia masih menampilkan wajah kecewa dengan bibir yang ikut maju, seakan menandakan jika ia sungguhan tidak suka dengan apa yang didengarnya. "Noel… Padahal ini pesta terakhir di sekolah sebelum menjadi mahasiswa di universitas loh," tukasnya masih mencoba mengajak.

"Aku tahu." Noel hanya bisa tersenyum kecut, sebelum akhirnya kembali mengeratkan genggaman tangan kepada Catrine yang seketika menatapnya penuh harap. "Tapi kamu tenang saja, kalau aku datang, hanya kamu yang akan menjadi pasanganku. Oke?" lanjutnya meyakinkan.

"Sungguh?"

"Yup! Sungguh dong!" sahut Noel semangat.

Catrine kembali tersenyum senang. Keduanya kembali membicarakan banyak masalah mulai dari nanti apa yang ada di universitas, bahkan sampai rasa gelisah tentang apakah mereka akan lulus dengan nilai memuaskan atau tidak. Serta, akan menjadi apa mereka kedepannya.

Noel bahkan sampai lupa, jika kehidupanya sudah ditakdirkan seperti apa selama masih bersama pria yang menjadi pemiliknya.

Beberapa saat kemudian…

Waktu tidak terasa berlalu begitu saja, matahari yang tersembunyi malu sudah hilang lagi dengan dingin yang semakin dirasakan oleh kulit.

Di koridor dekat dengan jalan masuk utama gedung sekolah tampak ramai, banyak siswa baik yang masih menjadi murid didik atau yang hanya menunggu kelulusan yang berlalu-lalang. Semua larut dalam canda dan tawa, padahal cuaca dingin sampai menimbulkan asap di antara napas yang berhembus.

Di antara mereka ada Noel yang kini berjalan bersama Catrine. Ia seperti remaja pada umumnya, tampak ceria ketika berbincang dengan sahabatnya yang menceritakan masa lalu keduanya ketika itu.

Namun, ketika sedang asik bersenda gurau dengan tawa yang ikut mengalun. Noel yang berjalan tanpa menoleh ke depan harus rela dikagetkan oleh seorang pria yang tiba-tiba saja berdiri di hadapannya.

"Nona Noel."

"Siapa ya?"

Noel menatap pria tinggi dan tampan di hadapannya dengan saliva tiba-tiba saja kering. Ia dibuat mengingat pula sosok tinggi yang kemarin menjemputnya dari bar, bahkan berani masuk ke ruangan dimana ia sedang bekerja.

"Perkenalkan saya Areva. Say-

"Ah! Saya tahu." Segeralah Noel menyela apa yang akan dikatakan oleh pria dewasa di hadapannya. Ia ingat siapa itu Areva, seseorang yang Gael katakan akan membantunya selama tinggal dengan pria itu. "Ma-maaf, saya tidak bermaksud menyela begitu saja," lanjutnya saat melihat ekspresi datar itu.

Areva mengangguk, ia menyempatkan diri melirik sekilas seorang wanita muda di samping wanita sang Tuan, kemudian kembali menatap wanita tujuanya dengan gesture tubuh mempersilakan.

"Tidak masalah, silakan."

"Baik, tunggu sebentar," sahut Noel cepat. Ia juga menghadap ke arah Catrine yang menatapnya seakan penasaran dengan tanya ikut terpancar, membuatnya diam-diam meringis sambil berusaha mengulas senyum kecil. "Cat, aku duluan ya. Ketemu besok lagi," pamitnya.

"Hati-hati di jalan, kamu simpan nomor aku 'kan? Jangan lupa hubungi aku kalau ada apa-apa," wanti Catrine sambil melirik penasaran ke arah si pria dewasa yang mencegat jalannya bersama Noel.

"Um…, jangan khawatir," sahut Noel cepat sambil mengangguk meyakinkan.

Keduanya berpelukan dan saling melambaikan tangan, kemudian Catrine sendiri hanya bisa menatap kepergian Noel dalam diam dengan hati bertanya-tanya.

"Apa itu kenalan Kak San ya," gumamnya, sebelum akhirnya menggelengkan kepala dan ikut meninggalkan tempat ia berpisah.

Kembali pada Noel yang jalan di belakang si pria yang memperkenalkan diri bernama Areva. Ia hanya bisa menatap punggung pria itu dalam diam, ingin bertanya keburu takut kalau pertanyaannya hanya akan dianggap angin lalu.

Secara…. Ia hanya seorang wanita simpanan dan pria di depannya pasti memiliki posisi penting bagi pria itu. 'Kan?

Di saat Noel sedang sibuk menimbang akan bertanya atau tidak, tiba-tiba saja pria di depannya berhenti dan membali tubuh, membuatnya refleks mengerem langkah kaki serta menatap pria itu dengan wajah kaget.

"Nona Noel, silakan masuk."

"Eh! Ma- ah! Iya." Dengan perasaan gugup, Noel yang hampir tergagap akhirnya masuk dan berusaha duduk nyaman ketika si pria menutup pintu lembut.

Ia lagi-lagi hanya bisa diam, meski dalam hati sudah sibuk bertanya mau kemana dirinya setelah ini. ia juga kembali memperhatikan saat pria itu duduk di kursi penumpang sebelah pengemudi, juga berbicara tanpa menoleh ke arahnya.

"Nona, setelah ini kita akan mengambil barang-barang milik anda, kemudian membeli keperluan yang anda butuhkan baru setelahnya pulang ke penthouse."

"Jadi maksudnya saya akan tinggal dengan Ga- Tuan Gael mulai saat ini?" tanya Noel memastikan.

Ia tidak kaget mendengar apa yang dikatakan oleh si pria, karena memang sebelumnya sudah diberitahu akan tinggal bersama selama masa kontrak.

"Benar, Tuan kami menginginkan anda membeli apapun yang dibutuhkan dan dengan begitu anda tidak perlu keluar penthouse kecuali kuliah serta pergi ke rumah sakit."

Penjelasan lagi-lagi diterimanya, Noel mengerti dengan apa yang dikatakan si pria dan mengiyakan tanpa banyak tanya kemudian bergumaman kecil. "Saya mengerti."

"Kalau begitu kita ke kamar sewa Nona lebih dulu baru setelahnya ke mall untuk membeli apappun keperluan Nona. Tolong dibeli sesuai kebutuhan, Tuan tidak akan suka kalau anda merepotkannya dengan hal yang tidak penting, Nona paham?" jelas Areva dengan kalimat mengingatkan.

Dan Noel, lagi-lagi hanya bisa mengangguk karena merasa apa yang dikatakan adalah sebuah hal yang harus dipatuhinya. "Saya mengerti, sangat mengerti."

Bersambung

avataravatar
Next chapter