20 Lagi-lagi Membandingnya Dengan Yang Lain

Ibis London Earls Court, Mahiki, Kensington.

Brakh!

Brugh!

Debaman dengan punggung terbentur dinding menjadi hal yang terdengar serta pemandangan sebuah kamar di salah satu hotel di sekitaran Mahiki.

Tampak seorang pria menyandar di dinding dekat pintu, tepatnya membiarkan saat dirinya dibuat menyandar ketika keduanya baru saja masuk ke dalama kamar sewaan ini.

Kamar luas dengan penghangat ruangan membuat suasana di dalam sana semakin panas saja. Padahal jelas, kalau beberapa saat lalu si wanita baru saja mengeluh dingin ketika berada di perjalanan menuju kamar.

Namun apa ini, tubuhnya sudah kepanasan ketika membawa tangannya menelusuri tubuh kekar pria yang didorongnya menyandar di dinding. Bukan hanya menelusuri, ia bahkan sudah menciumi setiap inci dada si pria meski saat ini tubuh itu masih tertutup sebuah jas yang dibukanya dengan gerakan tergesa.

Brugh!

Jas lolos dan dibuang asal. Wanita dengan tubuh melengkung indah di bagian pinggang itu menekan dirinya hingga kini menempel sempurna dengan si pria yang hanya diam diberikan sentuhan olehnya.

Apakah pria itu sengaja dan ingin membuatnya mengeluarkan seluruh kelihaiannya dalam melayani seseorang?

"Umm…."

Dengan sengaja ia mendesah di telinga si pria, sebelum akhirnya menjentikan lidahnya di sana. Ia juga menelusupkan jemarinya di surai lebat si pria, meremas manja ketika bibirnya kini sibuk mengecupi leher jenjang pria di hadapanya.

Puas dengan leher berhiaskan adam's apple menonjol si pria, wanita ini mulai menggapai bibir merah yang dari awal kedatangan sudah menggodanya. Ia menyesapnya, memainkan suara dan lenguhan ketika belum mendapatkan balasan.

Ia ingin membuat si pria semakin terbakar dengan stumlasi yang diberikannya melalui sentuhan-sentuhan. Sedangkan si pria itu sendiri masih ingin melihat sejauh mana wanita yang menginvansi bibir dan membuat gairahnya bangkit.

Perlahan tapi pasti, ia mulai merasakan respon dengan gemuruh ketika dirinya diapit dengan dada yang menempel erat. Panas yang dihantarkan oleh si wanita kini sampai di pusat tubuhnya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk ikut mengendalikan permainan dan balas ciuman yang diberikan si wanita dengan hisapan lebih kuat.

Eng…

Smirk

Pria dengan topeng yang masih dikenakan ini tidak bisa untuk menahan seringainya. Ia menarik pinggul dengan bokong sintal yang diremasnya gemas, dengan lenguhan yang semakin menjadi ketika si wanita semakin menggesek area bawahnya sana.

Tangan lainnya merambat naik, melewati perut rata dan semakin naik menuju squsy yang dirematnya dalam satu tangkup. Rematan itu tentu saja semakin membuat wanita itu menggeliyat, hingga ia kembali melanjutkan dengan meremasnya lebih intens.

Masih dengan dress mini membungkus si wanita, pria ini mulai membalik keadaan dengan dirinya yang kini membawa wanita itu menyandar di dinding, kemudian mencengkram sepasang tangan yang hendak kembali meremas surainya.

Ia mengunci tangan itu ke atas kepala, menatap intens bagaimana dada si wanita naik-turun dan bibir berpoles gincu itu terbuka dengan kerbondioksida yang keluar dari sana.

"Ah…. Touch me Gael, I'm yours…."

Suaranya berat menahan gejolak, bahkan terdengar parau dengan napas terengah ketika intensitas remasan kian bertambah. Menghantar sengatan, yang membuat susuatu dalam dirinya mulai ingin diberikan lebih.

Sedangkan Gael yang mendengar permintaan memilih melepas topeng si wanita, ia membuangnya asal dengan lenguhan ikut diperdengarkan. Hingga kini kelopak mata terpejam itu tampak lebih jelas, serta wajah yang menurutnya cukup cantik untuk ukuran dirinya yang sudah sering menilai fisik banyak wanita.

Ya, wajah wanita itu cantik, meski tidak secantik sosok wanita yang tiba-tiba kembali membayanginya

"Hum…, sentuh seperti apa?"

Ia berbisik di depan bibir si wanita yang semakin terbuka bahkan hendak menggapainya. Namun sayang, ia dengan cepat menjauh dan memainkan tangannya di paha mulus itu, menyingkap mini dress yang kini terangkat dan memperlihatkan short merah senada dengan dress.

Ia mengusapnya seduktif, membuat si wanita semakin menggelijang dengan desahan dan napas berat itu kian sesak dirasa.

"Sentuh aku, Gael. Masuki aku dengan kuat dan dalam," sahut si wanita tanpa malu.

Gael kembali menyeringai, ia barulah memajukan wajah dengan sambaran tanpa basa-basi oleh si wanita yang kelaparan akan sentuhan. hingga ia merasa bibirnya seperti habis dilahap, seakan benar-benar ingin memakannya tanpa sisa.

Ia membalasnya, menarik balik saat lidah itu membawanya menari di dalam sana. Perlahan ia juga membawa tubuh keduanya berjalan, menuju ranjang dan ketika kakinya terpetok maka dengan cepat ia membalik posisi, hingga kini si wanita lah yang ada di bawahnya.

Brugh!

Ah….

Lenguhan keluar dari sela bibir si wanita yang kini jatuh di permukaan empuk kasur. Tubuh keduanya memantul, dengan Gael yang sengaja menggesek lututnya di pertengahan tubuh si wanita kala kedua kaki itu melebar dengan mudah di hadapannya.

"Yes…. Yes…."

Racauan itu menambah gairah yang dirasakan, wanita itu bahkan sengaja pula membusungkan dada seakan memberi isyarat untuk si pria melakukan sesuatu di area sana juga. Sehingga, Gael yang peka dengan apa keinginan setiap wanita memberikan itu tanpa bertanya.

Ia membalik tubuh itu, menurunkan risleting hingga menuju pangkal punggung dengan kulit mulus yang dikecupinya. Tidak sampai situ saja, ia pun meloloskan kain mini itu dengan sekali hentak hingga kini yang tersisa hanya short yang dari awal dilihatnya.

Kaki jenjang, paha ramping, pinggul sempit dan punggung mulus itu ditelusurinya dengan jemari panjang serta sentuhan ringan. Ia bisa melihat bulu halus di sana mulai meresponnya, dengan tubuh menggelijang bagai cacing kepanasan kala ia mencapai bongkahan sintal terbungkus kain merah.

Ia menamparnya dengan gemas, menuai pekikan juga desahan yang memanggilnya dengan suara erotis.

"Ah…. Aku suka itu, Honey~…."

Gael hanya mengulas seringai culas, kembali menelusuri setiap inci kulit mulus di hadapannya dengan telunjuk panjang hingga mencapai telinga yang menuai respon gumaman semakin vulgar dari wanita di bawahnya.

Perlahan ia kembali membalik tubuh itu hingga kini kembali menghadap ke arahnya dan squisy menggantung yang menyembul indah dan terpampang menantangnya.

Ia suka bentuknya, meski tidak sebulat milik seorang wanita yang kembali mengusiknya melalui bayangan.

Damn….

Ia bahkan sampai mengumpat ketika lagi-lagi membandingkan sesuatu dengan wanita yang beberapa malam lalu melayaninya.

Tidak ingin semakin menilai terlalu jauh, Gael memilih untuk menangkupkan telapak tangannya di salah satu squisy menantang itu, kemudian diremasnya dengan si wanita yang menutup mata dan mendesah.

Wait!

"Kenapa berhenti, Gael?"

Huh!?

Gael segera melihat dimana tangannya berada, tangan yang berhenti bergerak serta wajah kecewa si wanita yang pipinya memerah dan menatap sayu.

Ia menggeleng, kemudian melanjutkan remasan dengan keras dan lembek aneh dirasakannya. Ia bahkan sampai menebak di dalam hati jika milik si wanita bukanlah asli, melainkan sebuah silicon dan hasil buatan manusia.

Ini tidak seperti milik wanita muda bernama Noel yang membuatnya terdiam, tapi ia berusaha untuk mengenyahkan dan tetap melanjutkannya dengan desahan yang mulai terasa aneh di pendengerannya.

What is it? Her voice not as sweet as Noel's, (Apa ini? Suaranya tidak semanis suara Noel) batin Gael kembali membandingkan.

Kembali ia melanjutkan kegiatannya, mencium bibir membengkak itu lebih ganas sebagai pengalihan dan berusaha untuk mengenyahkan bayangan yang justru semakin mengganggu pemandangan.

Darn it!

"Ah~ Gael…."

Bersambung

avataravatar
Next chapter