webnovel

Impuls dan Momentum

" Erlan, masuk." Jawab Indra." Yuk kita duduk." Indra berjalan di 1seater sofa di ruangannya.

" Fi kamu masih inget dia?" goda Indra sambil melirik Fiya.

Ia tau tentang kisah mereka. Betapa Erlan dan Fiya dulu bagai perangko kemana- mana nempel. Saling support. Kisah mereka banyak diperbincangkan kala itu hingga suatu waktu ketika Erlan tidak pernah muncul di kampus lagi. Semua orang mengira setelah lulus S1 Erlan akan melanjutkan S2 di kampus yg sama agar dapat terus bersama Fiya. Tetapi saat hari pertama masuk kuliah Erlan menghilang. Fiya dan Super Seven lainya sudah berusaha mencari tetap tidak ada. Mereka pernah mengunjungi rumah erlan di Jogja penjaganya menyampaikan mereka semua telah pindah ke Jakarta. Setelah 1 tahun pencarian berakhir saat kelulusan Fiya dan Fiya pun hilang kabar setelahnya.

Indra tau ada cinta di mata Erlan dan Fiya, tetapi berharap hanya ada di mata Erlan. Indra pernah jatuh cinta pada Fiya saat awal masa perkuliahan. Ia berusaha mengubur dalam – dalam perasaanya itu karena ia menyadari jarak mereka terlalu jauh 17 tahun. Dan tatapan itu yang dilihat Indra pada Fiya. Cinta tapi tak bisa.

Fiya mengerutkan Dahi. Terlihat ia ssperti berfikir keras, Fiya melirik Salman, terlihat wajah cemas pada Salman. Jantung Fiya berdetak kencang. Sepertinya hati ini ini menemukan tuannya. Fiya berusaha menepis apa yang ada dihatinya. Dia adalah masalalu. Kini ada Arman di hatinya. batin Fiya. Fiya berusaha tetap tenang.

"Hi." Kata yang terucap dari bibir Fiya sambil mengulurkan tangan kearah pria itu.

3 orang pria di ruangan itu terlihat syok dan heran. Mereka saling pandang. Hal ini berkebalikan dari ekspresi yang di tampilkan Fiya. Dengan tangan masih terjulur Fiya tersenyum sumringah.

" Hai mas gue Fiya." Fiya berusaha memecahkan suasana canggung diruangan itu. Lebih tepatnya berusaha menenangkan hatinya.

" Erlan. Kok diam aja. " ucap Indra sambil memberi kode. Tetapi Erlan masih belum bergeming dengan pandangan penuh ke Fiya.

" Gue cantik banget y sampai lo terpesona gitu. Tenang aja lo bukan orang pertama kok. Sudah biasa" ucap Fiya dengan menyibakkan rambut panjangnya ke belakang. Hal ini mengundang gelak tawa semua orang.

Erlan yang kembali tersadar. Ada kecewa dihati Erlan. Ia berharap mendapat pelukan hangat seperti Salman atau tatapan kerinduan tetapi ia hanya melihat tatapan datar Fiya. Erlan hanya bisa tersenyum. Fiya nya masih gadis yang ceria. Penampilanya makin trendy dan makin cantik dengan make up tipisnya.

Sementara itu melihat senyum Erlan hati Fiya bergetar seperti ada loncatan loncatan elektron didalam dirinya. Rasanya Fiya ingin segera pergi dari ruangan itu.

" Ok. Udah bangun ya Mas. Kirain kamu tadi ketiduran setelah lembur bikin dekor." Tambah Fiya dengan senyum khasnya. dan disambut dengan tawa seisi ruaangan. Hati Erlan tetiba sejuk. Ada angin segar yang ditiupkan oleh Fiya kepadanya.

Fiya, Indra dan Erlan sedang membicarakan acara Reuni sedang Salman sedang asyik dengan Tabletnya. 30 menit mereka berdiskusi tentang acara besok. Fiya diminta menjadi koordinator panggung saat acara berlangsung dan Erlan menjadi koordinator lapangan yang menangani keseluruhan acara. Karena Fiya Batal menjadi pembicara maka Indra memintanya untuk menjadi MC. itu bukan masalah bagi Fiya karena ia sudah biasa menjadi MC wedding. Mereka sudah deal dengan susunan acara.

Selesai pembicaraan Fiya pamit ke kamar mandi. Rasa kantuk sudah mulai menggalayuti matanya. Kepalanya mulai berat. Fiya Belum tidur dalam 26 jam ini. Fiya melangkah dengan sedikit gontai. Kondisi Fiya ini tak lepas dari perhatian Erlan.

Fiya Masuk ke kamar mandi dan membasuh wajahnya berharap kantuknya hilang. Fiya memandang wajahnya di cermin. Ia harus menata hatinya. Ia sudah mengikat janji dengan Arman. Tidak boleh goyah. Fiya merapikan sedikit make upnya. Menambahkan lipstick agar terlihat lebih segar. Dengan langka yang sedikit terseret Fiya melangkah keluar dari kamar mandi. Ia melihat Erlan tepat di depan kamar mandi. Fiya menyapa dengan senyuman dan melewatinya.

" Ang tunggu." Ucap Erlan membuat langkah Fiya terhenti. Fiya berusaha untuk terus melangkah tapi tak bisa bergerak.

Erlan Melangkah kearah Fiya dan menarik tangan nya menuju tangga darurat. Fiya hanya menurut karena tidak mau ada keributa.

"Ya mas." Ucap Fiya saat mereka berhenti tepat sebelum tangga darurat. Fiya berusaha untuk tenang. Rasanya ia ingin memeluk Angganya ini tapi kini sudah tidak bisa.

"Kamu gak beneran lupa sama aku kan?" Suara Erlan terdengar putus asa.

Fiya hanya tersenyum berusaha menguatkan diri.

"lo mau nya gue inget gak mas?" jawab Fiya sambil melepaskan genggaman Erlandan menyandarkan dirinya ke tembok.

" Ang please kenapa kamu gini. Aku tau kamu inget kenapa tadi kamu seperti gak ngenalin aku? Tanya Erlan,

"emang siapa yang bilang gue gak ngenalin elo mas?" jawab Fiya santai

"Eh bentar ya. Aku angkat telpon dulu. " kata fiya saat mendengan hanphone di kantongnya bordering.

Fiya mengankat telp dari arman yang mengabarkan telah sampai di rumah dan akan tidak bisa dihubungi sampai besok pagi karena dirumahnya tidak ada signal.

"Ok sayang, bye, assalamualaikum" ucap Fiya sengaja agar terdengar oleh Erlan.

Sayang. Kata yang keluar dengan manis dari mulut Fiya menusuk di hati Erlan. Sakit. Lebih sakit dari saat ia pergi meninggalkan Fiya.

"Sorry mas. Gue kenal lah sama lo. Cuman lo lebih cakep ." Ucap fiya sambil tersenyum.

"Pacar Ang?" tanya Erlan

"Hehehe… Iya mas. Do'ain ya."jawab Fiya sekenanya.

"Huft sudah gak ada kesempatan nich buat aku." Ucap Erlan sambil memukul pundah Fiya.

"Em sepertinya gak ada deh. Next Week gue ketemu orang tuanya." Jawab Fiya agak sombong sambil tertawa

"idih…keren. Orang mana?" tanya Erlan menyelidik.

" Rahasia ntar lo santet. " Tawa mereka pecah.

Kecanggungan antara Fiya dan Erlan sudah mulai luntur. Sudah ada tawa diantara mereka.

"Kita masih bisa jadi teman kan." Tanya Erlan.

" Kapan kita musuhan?" Jawab Fiya santai sambil menepuk pundak Erlan

"Yuk Balik. Ngantuk gue mau bikin kopi." Tambah Fiya Sambil menarik lengan Erlan

Mereka jalan beriringan menuju ruangan Indra. Beberapa pasang mata memandang mereka takjub. Beberapa dari mereka berbisik jika mereka cocok tak sedikit pulang yang mencibir Fiya terlalu dekat dengan dosen ganteng mereka. Erlan curi – curi pandang. Hati Erlan sakit tapi bisa bisa jalan bareng Fiya lebih bisa ia syukuri dari pada jadi orang yang di benci Fiya. Ini sudah cukup untuk saat ini.

Impuls - impuls Fiya dan Erlan saling berpadu menciptakan momentum antara mereka. Tumbukan antar keduanya lenting sempurna. Memberikan energi untuk kembali bergerak walau berlawanan arah.

Dear Readers

Hai apa kabar Readers?

sudah makan banyak daging?

hati - hati hipertensi ya.

yuk corat coret komen.

Thank You

JustCallMeTocreators' thoughts