webnovel

Cheverly's

Benar juga, saat itu mataku perhalan-lahan terbuka, pikiranku kosong, yang ku ingat hanyalah mimpiku, mimpi tentang seorang laki-laki yang memelukku dan butiran-butiran salju yang bertebaran.

"Mimpi yang aneh" gumamku

Aku berbicara sendiri, tatapan mataku hanya terpaku melihat langit-langit kamarku, suasana pagi yang tenang membuatk merasa nyaman untuk berbaring lebih lama, tapi, ada perasaan yang membuatku gelisah, setelah berpikir panjang akhirnya aku sadar, aku harus ke sekolah dan... AKU TELAT !!

"Cheverly... Cheverly... Cheverlyyy"

"Ah... Iya" Aku tersadar.

"Cheverly, ingatlah, pertandingan ini adalah sebuah taruhan, jika kau kalah kau akan menjadi milikku, selama kau milikku aku tidak perlu lantai 6 itu. !"

"Huh? Jangan seenaknya kalau bicara"

Sialan! laki-laki di depanku ini sangat menyebalkan, menaiki lantai 6 seenaknya saja, gara-gara hal itu aku harus melakukan hal yang tidak inginku lakukan.

Seketika arah pandanganku terganti ke seorang laki-laki, eh?, itu... lelaki dari kelas E yang kemarin dibicarakan Lucy kan? Dia terlihat familiar, tapi kapan aku melihatnya? pertanyaan itu terus terlintas di kepalaku.

"Cheverly? Cheverly?"

"Hahaha, kenapa anda termenung wahai tuan putriku"

"Tutup mulutmu"

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya itu membuatku geram, rasanya ingin menghajar nya secepatnya. Aku menghela nafas lalu menyambung perkataanku "Yah, terserah mu saja, sekarang majulah, akan ku akhiri sekarang."

Yap, dia tumbang saat pertandingan baru berjalan 10 detik. Tendanganku tepat mengenai kepalanya. Aku turun membawa kemenangan Ke-10ku.

Aku bergegas menuju lantai 6 untuk beristirahat sejenak, melepas penat yang ku dapatkan setelah berdiri lama untuk melayani orang yang tidak penting. Aku mengambil lift agar lebih cepat. Menaiki tangga hanya akan menguras tenagaku lebih banyak.

Setelah menginjakkan kaki di lantai 5 aku mampir ke kelas E, sekedar mencari lelaki itu, dan seperti dugaanku, dia tidak ada di kelas. Aku melanjutkan langkah kakiku menuju tangga naik sembari melupakan apa yang kupikirkan tadi.

"Cheverly, ayo ke atas" seru Lucy dari kejauhan

Aku memandang Lucy dari kejauhan dengan senyum kecil di wajahku.

"Ayoo" balas ku.

Aku berjalan menuju Lucy, dan bersama-sama ke lantai 6, senyum kecil ini tidak bisa ku lepas, namun seketika senyum itu sirna saat melihat gerbang di lantai 6 terbuka lebar, dan ada seorang lelaki berdiri menikmati suasana disana.

"Um, Ke-Keanu, a-apa itu kau?"

Aku berpaling ke Lucy yang dengan bingung, secara tiba-tiba suaranya lebih feminim dan sifatnya berubah seketika, terlebih lagi dia terbata-bata saat bicara layaknya gadis pemalu.

"Um... k-kenapa kamu di atas?" tanya Lucy.

Aku hanya diam tak bersuara.

Ya, aku tersadar bahwa Lucy sedang bersandiwara. Ia menunjukkan sifat feminimnya untuk menutupi dirinya dari orang lain. Luar biasa, semua terlihat sangat natural, menurutku semua lelaki akan luluh dengan sifat itu. Tapi, Keanu sama sekali tidak bergerak dari tempatnya, ia juga mengabaikan Lucy.

"Apa yang kau lakukan disini?". aku mencoba membantu Lucy yang mencoba berbicara dengan Keanu.

"..."

Dia hanya membalikkan badan, ia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku. Tapi setelah aku melihat wajahnya, entah kenapa aku ingin menyampaikan sesuatu kepadanya. Aku merasakan pandanganku kabur dan nyeri di dada setelah melihat wajahnya, tak hanya itu, bahkan air mataku perlahan-lahan mengalir entah kenapa.

"Aaa... ada apa?"

Keanu bertanya kepada ku sambil melepas benda yang terpasang di telinganya. Kurasa dia tidak mendengarku tadi, itu cukup menjelaskan kenapa ia tenang dalam situasi ini.

"Kamu menangis?"

"T-tidak!, k-kelilipan, ya kelilipan, ini hanya kelilipan."

Setelah mengatakan itu, aku langsung pergi meninggalkan Keanu dan Lucy. Benar juga, jika mengingat beberapa hari yang lalu, dia orang yang kutemui di depan gerbang sekolah. Saat itu dia juga terlambat.