webnovel

Prolog

Di sebuah pemakaman terlihat tiga pemuda yang menatap kosong pada dua gundukan tanah basah itu, mereka tak percaya kedua orang tuanya pergi meninggalkan mereka tanpa kejelasan apapun.

"Kita pulang." Ajak Anak tertua pada kedua adiknya.

"Gue masih mau disini." Ucap lirih anak yang paling muda.

Yang tertua menolehkan kepalanya pada yang paling muda, "kita pulang, kapan-kapan kita kesini lagi." Ajaknya lagi, dengan melembutkan suaranya.

"Iya, ayo kita pulang, sebentar lagi hujan turun, Lo gak bisa kena hujan nanti Lo bisa demam." Ujar si anak tengah, menambahkan.

"Hujan?" Gumamnya lirih, lalu ia mendongak menatap awan hitam yang sebentar lagi menurunkan rintikan air hujan, setelahnya ia kembali menatap kedua gundukan tanah itu dengan tatapan sendu, bahkan kedua matanya kembali berkaca-kaca.

"Pasti mama papa bakal kedinginan. Arza gak mau pulang Aru, mau nemenin mama sama papa aja." Si bungsu berujar dengan isakan yang kembali terdengar.

Ketiganya adalah saudara kembar, namun tak memiliki rupa yang sama. Adik bungsu mereka adalah anak yang paling di manja oleh kedua orang tua mereka, wajar jika ia tak bisa berhenti menangis.

Namun bukan berarti keduanya tak bersedih atas kepergian orang tua mereka. Mereka juga merasa kehilangan, keduanya pun sering bermanja pada mama papa nya saat kedua orang tuanya masih ada di dunia, namun tak semanja adik bungsu mereka. Mereka juga harus terlihat tegar di depan adik mereka, agar tak membuat adik mereka semakin larut dalam kesedihannya.

Dengan mengusap Surai lembut adik nya, pemuda yang di panggil Aru itu tersenyum lembut, "Kita pulang dulu ya? Besok kita masih bisa kesini lagi, Arza jangan buat mama sama papa sedih, karena anak bungsu mereka kehujanan. Nanti Arza juga bisa sakit." Jelas Aru, atau Arhusein Kenzie Yunsik Sovelynd. Biasa di sapa Kenzie.

"Iya, kita pulang yuk? Lain kali kita kesini lagi." Tambah si sulung, Lexius Kenzia Zodu Sovelynd, Biasa di sapa Lexius.

Si bungsu menatap kedua gundukan tanah itu sekali lagi dengan lekat, lalu menatap kedua Abang kembarnya, setelah menatap keduanya ia pun mengangguk lalu berdiri.

"Ayo." Ucap Arza, Arzayyan Kenziyan Sovelynd, Biasa di sapa Iyan.

Mendengar ajakan Arza atau Iyan keduanya pun ikut berdiri dan menyusul Iyan yang telah berjalan lebih dulu.

°

° Sovely_nd

°

Di sisi lain, masih di pemakaman yang sama. Ada ketiga pemuda yang sedang menatap kosong pada gundukan tanah basah itu.

Ketiganya menghadiri pemakaman sahabat mereka yang katanya meninggal karena bunuh diri, awalnya ketiganya tak percaya, karena mereka tau bahwa sahabat mereka tak mungkin bunuh diri, mereka tau bahwa sahabat mereka yang satu ini adalah sosok yang ceria dan selalu tersenyum. Mereka juga telah kenal baik dengan sahabatnya ini, karena mereka bersahabat semenjak mereka memasuki taman kanak-kanak. Jelas mereka merasa kehilangan.

"Kita harus selidikin kematian Vera, gue gak percaya kalo dia bunuh diri." Ujar pemuda dengan rambut hitam legamnya. Shaquille Sing Mackenzie, atau biasa di sapa Sing.

"Tapi kita gak punya jejak atau bukti kejanggalan dalam kematian Vera." Sahut Pemuda tinggi, Davineo Devandra Ghebian, atau Davin.

"Kita pergi ke rumahnya aja kalo gitu, izin buat nyelidiki kasus kematian Vera sama keluarga dia." Kata Pemuda dengan bentuk wajah yang kecil, ia juga yang termuda di antara kedua sahabatnya. Leozandra Arlabid Ouyin Vraelo atau Leo.

"Kalo gitu ayo kita ke rumah keluarga Vera." Sahut cepat Sing, dan di angguki keduanya.

"Ver, Lo yang tenang di sana ya? Kita bakal selidikin kasus Lo, kita percaya Lo gak bakalan lakuin lah kek gitu." Davin berujar. "Kita pamit." lanjut Davin.

"Kita pergi dulu Ver, kapan-kapan kita kesini lagi." Ucap Sing.

"Bay Ver, gue pamit." Lanjut Leo.

Setelahnya mereka pun pergi menuju rumah keluarga Vera berada.

°

° Sovely_nd

°

Malam Hari

Berbeda situasi dengan keenam pemuda yang sedang berduaka, ketiga pemuda yang katanya selama di bilang mirip tapi bukan kembar itu sedang berkumpul di ruang keluarga bersama orang tua mereka.

1. Prince Arbagas Baim Bragaska

Papa : Bragaska Irwan Bramantyo

Ibu : Princessya Arbie Nugraha

2. Panglima Arwain Sehun Briwana

Ayah : Briwana Iwansyah Bramanto

Bunda : Ratusya Irbie Nugraha

3. Satria Gibran Gyu Bruwanka

Papi : Bruwanka Arwana Bramanta

Mami : Queensya Albie Nugraha

Ketiga pemuda itu adalah, Baim, Sehun, dan Gyu. Ayah mereka adalah saudara kembar begitu pula dengan ibu mereka, sebab itu mereka juga terkadang disebut mirip.

"Pi, Tia mau nanya deh." Ucap Gyu, pada sang papi, dengan wajah dibuat serius.

"Nanya apa?" Tanya sang papi.

"Kan papi mami, papa mama, ayah bunda terlahir kembar nih, masa salah satu dari kita gak terlahir kembar juga?" Tanya Gyu.

"Ohh iya, bener. Kenapa ya?" Sahut Baim.

"Jangan-jangan sebenarnya kita itu kembar?" Tambah Sehun.

"Wah? Serius? Emang bener pa?" Tanya Baim tak sabaran.

"Wah pantes aja ikatan batin kita tuh kayak kehubung gitu, ternyata kita kembar." Ucap Gyu manggut-manggut, seolah membenarkan pemikiran ngawur Sehun.

"Wahh, Daebak." Sahut Sehun, lalu ketiganya bertos, dan tertawa

Sedangkan para orang tua menegang, mendengar pertanyaan mereka, bahkan mereka melamun beberapa saat, jika tak tersadarkan kembali karena tawa anak mereka.

"Apa sih kalian nih ngaco, mana ada kalian punya kembaran." Kata mama, berucap dengan cepat.

"Iya jangan ngawur deh, kalian gak kembaran apalagi punya kembaran." Sambung Bunda.

"Udah, jangan bahas masalah ini lagi, papi sama mami duluan ke kamar." Ucap sang papi lalu mengajak istrinya itu ke kamar.

Melihat kepergian keduanya, Papa dan mama pun menyusul, "mama sama papa juga duluan." lalu keduanya pergi tanpa sepatah kata pun.

"Udah kalian gak perlu pikirin lagi masalah ini, Aya sama bunda juga duluan ke kamar, kalian jangan begadang terlalu malam." Ucap Ayah, lalu ayah dan bunda pun pergi meninggalkan mereka dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Mereka hanya bercanda, tapi mengapa orang tuanya menganggap pertanyaan mereka dengan serius? Apa para orang tuanya menutupi sesuatu dari mereka?

..

Tbc