webnovel

one-satu

Di bagian barat, tepatnya di negara Luchdonia, terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Ariel Culgachiyo, mempunyai ratu sekaligus istri yang cantik yang bernama Sena Luinfy, sepasang raja dan ratu ini mempunyai dua orang anak laki-laki, anak pertama mereka diberi nama Arvano Meulzin, dan anak kedua mereka diberi nama Reymond Ceulzin.

Kerajaan yang damai dan makmur ini dipimpin oleh raja Ariel dan ratu Sena, dan Putra Mahkota Arvano, dan Pangeran Reymond, selama 14 tahun.

Raja yang sekarang mempunyai sifat yang tegas dan berwibawa, sang ratu mempunyai sifat yang lembut dan juga sangat anggun. Serta dua orang pangeran yang mempunyai sifat yang berbeda, pangeran pertama berumur 16 tahun, mempunyai sifat yang pendiam, pintar dalam menangani masalah yang namanya 'debat', dan bisa membaca situasi, mempunyai wajah yang tegas dan tampan, pintar dalam bermain senjata salah satunya pedang, pedang adalah senjata favorit pangeran pertama, mempunyai jiwa kepemimpinan yang tegas dan berwibawa, sama seperti raja. Beda halnya dengan pangeran kedua, mempunyai sifat yang murah senyum, ramah, dan pintar dalam melakukan percobaan, berumur 15 tahun, mempunyai wajah yang tampan, dan lebih pendek dari kakaknya, senjata favorit nya adalah tombak.

***

*Reymond's POV*

Saat ini Reymond sedang mencari kakaknya ia ingin memberitahukan sesuatu yang mengganggunya.

"Kakak, apa yang akan kau lakukan jika suatu saat nanti kerajaan ini akan hancur?" Tanya pangeran kedua yang bernama Reymond.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Balas pangeran pertama yang bernama Arvano.

"Aku juga tidak tau kenapa, kak. Tapi, aku selalu merasa gelisah dan bermimpi buruk bahwa kerajaan ini akan hancur, dan aku juga bermimpi melihat ayah dan ibu tiada di depan mataku, aku juga melihatmu yang terbujur kaku dengan pedang yang tertancap di tubuhmu, aku.. sangat takut, melihat itu, walaupun itu hanya mimpi." Reymond berkata sambil menahan tangisnya, tidak lucu jika pangeran menangis, itulah yang dipikirkan Reymond sekarang.

"Jangan menjadi bodoh hanya karena mimpi, kita adalah orang-orang yang kuat, dan kerajaan kita juga berisikan orang-orang kuat, kita tidak mungkin hancur. Jika itu terjadi, maka akulah orang yang akan menghancurkan orang itu, siapapun itu orangnya akan aku hancurkan. Apa itu cukup?" Setelah mendengarkan ucapan kakaknya akhirnya Reymond bisa tenang, walaupun sedikit rasa gelisah masih ada.

"Yeah.. cukup, cukup mengerikan." Reymond mengeluarkan balasan candaan dengan wajah yang dibuat ngeri, tapi disalah artikan oleh Arvano yang menurutnya serius.

"Benarkah?" Tanya Arvano yang wajahnya menatap serius kearah Reymond.

"Hm.. tidak, bercanda." Balas Reymond, dengan wajah masam. fix.. kakaknya ini tidak bisa diajak bercanda.

*Reymond's POV end*

Setelah berbincang dengan sang kakak, akhirnya Reymond dan Arvano berpisah. Mereka berjalan menuju kamar masing-masing.

***

Raja yang saat ini duduk di singgasana bersama sang ratu. Tak lama kemudian masuklah seorang prajurit, tepat dihadapan raja dan ratu, berlutut sambil berkata, "Yang mulia, maaf jika saya mengganggu, saya mendapatkan laporan bahwa ada sekelompok pemberontak yang ingin menguasai seluruh daerah kerajaan Banvorx. Dan mereka bekerjasama dengan para pembunuh bayaran yang paling terkenal akan kebengisannya, Vandroz. Yang mulia, apa yang akan kita lakukan untuk sekarang?" Tanya prajurit itu.

"Kita akan melawan mereka, dan menyelamatkan seluruh daerah kerajaan Banvorx, maupun orang-orangnya. Aku juga yang akan menghentikan mereka, sebagai seorang raja akulah yang akan melindungi keluargaku serta rakyatku. Kapan mereka akan menyerang?" Raja berkata sekaligus bertanya pada prajurit itu.

"Lapor yang mulia kemungkinan malam ini juga." Kata prajurit itu.

"Rajaku, apa yang akan kita lakukan sekarang? Menyerang diwaktu yang sedekat ini mungkin akan ada sedikit keberhasilan." Ucap ratu Sena, yang wajahnya kini terlihat raut khawatir.

"Ratuku kau tidak perlu khawatir akulah yang akan melindungimu serta anak-anak kita, dan juga rakyat kita." Balas sang raja yang raut wajahnya menunjukkan keberanian.

"Siapkan para prajurit lainnya, kita akan menghentikan mereka malam ini juga, dan sisakan beberapa prajurit untuk mengevakuasi warga secepatnya, sebelum perang dimulai." Raja memberi perintah pada prajurit itu.

"Laksanakan, yang mulia." Balas prajurit itu sambil bangun dari posisi berlutut nya.