webnovel

Harga Diri yang Jatuh

Warnanya merah muda menggemaskan, berbahan satin dan dilengkapi pita panjang yang mulus berkilauan yang belum dipasang. Gadis mana pun pasti pernah satu kali setidaknya mendambakan satu kali pointe shoes.

Bukan, itu bukan untuk pria dewasa bertubuh jakung itu. batin Adam memberontak dengan hebat. Dia tidak mungkin mengenakannya dan berjoget manis di depan orang-orang sambil meliukkan badan untuk mendapatkan sebuah tepuk tangan. Itu begitu mengerikan. Tidak pernah terbayang di dalam benaknya bahkan satu kali pun.

"Apa yang kau lakukan di sana? Kemarilah, dan segera pasang semua aksessoris itu!" bentak perempuan dengan lipstick berwarna merah menyala itu.

Adam bernyali ciut. Dia tidak berani membantah bahkan satu kata pun. Ini begitu memalukan.

Sekali lagi, Adam melihat benda itu. berharap jika baju yang ada di depannya itu bisa disulap olehnya menjadi kemeja atau jas kantor. Atau, paling rendah penilaian dirinya adalah bisa mengubah baju itu menjadi baju tidur yang longgar. Itu lebih baik menurutnya untuk disebut 'layak' dipakai.

"Hei! Pria sialan! Apa kau tak mendengar apa yang aku ucapkan?" sentak wanita itu tatkala melihat mata Adam yang terpejam.

"Maaf Nyonya," ujar Adam dengan penuh kerendahan. Harga dirinya kali ini benar-benar jatuh.

Dia mengambil benda itu. wanita yang bernama Miss Marry telah bergabung dengan anak-anak yang usianya diperkirakan oleh Adam sekitar tujuh sampai lima belas tahunan. Sedangkan dirinya? Ahh, dia bahkan mendengar sebuah tawa kecil dari anak-anak itu saat pelatihnya memarinya tadi.

Ketika mengambil baju berwarna merah muda itu, tanpa disadari, ada sebuah baju yang lain. Itu tidak berenda, dan tidak memiliki pita sama sekali. Begitu polos seperti baju renang. Sayangnya, baju itu tidak diambil oleh Adam. Dan tergeletak begitu saja di sana.

Di tempat pergantian baju, Adam berulang kali meyakinkan dirinya sendiri. Menjadi gelandangan di kota yang padat lalu lintas seperti New York adalah musibah yang paling buruk. Dia tidak akan hidup lagi menantang udara dingin yang akan melanda khir bulan Desember nanti. Adam tidak terbiasa hidup di jalanan, makan makanan yang berasal dari sampah? Seminggu lalu ia harus terbujur lemah tak berdaya.

Pikiran buruk itu menghantuinya. Merasuki hingga keningnya berkedut nyeri. Bagaimana pun ia harus tetap dalam pekerjaan ini.

Sembari melihat penuh percaya diri di depan cermin itu, Adam mencoba menegakkan badannya, mengambil napas yang ada di dalam paru-parunya dengan penuh, lalu dihembuskan dengan pelan kemudian.

Ada tersenyum dan mencoba menari layaknya ballet yang dulu hanya dilihat di televisi. Kali ini dirinya benar-benar menjalani profesi yang umum dilakukan oleh perempuan.

Dua perempuan di belakang mereka ternyata mengetahui apa yang dilakukan oleh Adam. Laki-laki yang sedang menari di toilet perempuan. Itu sungguh membuat geli siapa saja yang melihat.

Dua gadis itu pun melanjutkan perjalannya dengan berbisik satu dengan yang lain, terdengar tawa mereka yang ditahan. Adam hanya bisa diam tidak banyak berbicara. Dia tahu siapa dirinya di sini. Tak lain seorang murid baru.

Dengan langkah malu-malu dan diam menyelinap di balik tembok Adam keluar dari toilet. Rok yang tidak bisa menutupi kemaluannya sama sekali. Itu sangat buruk, mengingat memang rok itu hanya melingkar di bagian pinggangnya. Tidak menutupi sama sekali bagian bokong dan area terlarang miliknya itu.

Dia begitu malu.

Sesampainya di tempat latihan anak-anak itu. Betapa terkejutnya Adam saat anak-anak kecil itu tertawa dengan keras. Sangat keras. Hingga bunyi dan sorakan itu hampir membuat gendang telinga Adam pecah. Ruangan yang kedap suara menjadikan suara siapa pun yang keluar dari ruangan ini terdengar menggema.

"Dia begitu lucu dengan roknya!"

"Apa dia benar-benar seorang laki-laki?"

"Aku baru tahu ayahku memakai pakaian seperti itu untuk pertama kalinya. Ohh, aku lupa, dia bukan ayahku yang pasti. Hahaha!"

"Dia seperti seorang putri manis. Hahaha!"

Perasaan amarah ingin diledakkan begitu saja oleh Adam ketika mendengar sahut-sahutan anak-anak yang tidak tahu diri itu. Dia sangat malu sekarang.

Sosok perempuan bernama Miss Merry itu pun dengan gerakan slow motion, membalikkan badannya. Melihat dengan lebih nyata laki-laki yang tadi baru dipungut di jalan itu. setelah melihat apa yang digunakan di cermin besar di depannya.

Dengan langkah cepatnya, Miss Merry datang dan mendekati Adam. Adam tersenyum malas. Menutup matanya dan menahan rasa malu dari anak-anak yang menghancurkan harga dirinya.

"Apa seperti ini yang Nyonya inginkan?" tanya Adam dengan senyum yang dipaksakan.

Miss Merry tidak bisa percaya. Dia hanya memandang dengan pasrah laki-laki yang ada di depannya itu. Sembari memijat keningnya yang nyeri secara bersamaan.

"Terima kasih. Terima kasih telah membuat harga diri saya jatuh," lanjut Adam dengan senyumnya yang masih tertinggal di sudut bibirnya.

Adam dengan sikap kecewanya merasa ini tidak akan bisa terjadi padanya. Berdandan layaknya perempuan bagi dirinya adalah hal yang sulit. Tidak akan disangka kehidupan begitu berat baginya.

Secara tiba-tiba, dirinya membuat sebuah keputusan. Keputusan yang menurutnya tidak akan disesali olehnya seumur hidup. Menjadi gelandangan setidaknya tidak akan pernah dipermalukan. Namun kalau seperti ini, dan membayangkan memakai rok mini seumur hidupnya, tentu saja ini adalah hal yang memalukan seumur hidupnya.

"Maaf, tapi aku harus mengundurkan diri untuk ini. Terima kasih atas penawarannya. Semoga kau bisa mendapatkan penari ballet yang lebih anggun dari padaku," ujar Adam dengan nadanya yang tegas.

Miss Merry hanya menunduk dan mengulum bibirnya. dirinya tidak bisa mencegah sebuah keputusan seseorang. Pada akhirnya dirinya harus merelakan seseorang yang kekar itu pergi menjauh.

Namun, tiba-tiba seorang wanita dengan tubuhnya yang gemuk menabarak Adam. Membuat laki-laki itu hampir terjatuh. Ohh, Adam memang lelaki kuat, namun dia hanya memakan satu lembar roti pemberian Miss Marry, itu sangat kurang.

"Ohh my Goooood!" pekik wanita itu dengan suaranya yang begitu kencang. Adam sampai menutup telinganya.

"Hei, laki-laki asing. Mengapa kau pakai baju ballet ku itu. Kurang ajar sekali kau ini! berdirilah, dan gantilah baju itu! lima menit lagi aku akan mengikuti latihan!" sergah perempuan gendut itu kembali.

Adam melihat kea rah Miss Marry. Wanita yang berdiri tidak jauh darinya itu hanya bisa memandang dengan anggukan tipis namun beritme pelan.

"Pakailah ini. Ini adalah pakaianmu yang sebenarnya!" ujar Miss Marry dengan melemparkan sebuah pakain yang lebih layak. Itu adalah pakaian yang digunakan khusus untuk penari pria.

Seketika itu, Adam merasa bahwa mungkin ini jalannya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

"Siapa dia Miss. Mengapa dia dengan tanpa izin memakai pakaian milikku?" tanya wanita gemuk itu.

"Ballerino. The Next Ballerino Assoluta."