1 Part 1: The Little Thing

Suara Jarum jam berdetak menggema seakan mengisi kekosongan kebisingan di kelas yang sedang saya tempati. Aku mendonga menatap jam dinding yang berbentuk lingkaran berwarna putih berada tepat di atas papan tulis, jarum jam nya menunjukan pukul 17.49 Sore

Kondisi kelas berantakan kursi berserakan di mana mana tidak selayaknya ruang perkuliahan yang kursi nya tersusun rapi berbaris, papan tulis di hadapanku pun masih menyisahkan coretan tinta spidol hitam belum di hapus sebab setengah jam yang lalu kelas ini habis ada jam perkuliahan.

Sedang kan dari luar ruangan ini nampaak hanya segelintir mahasiwa yg hilir mudik menyusuri jalan di koridor kampus, jika sore hari seperti saat ini hanya ada mahasiswa yang aktif organisasi saja yang biasan nya mau menghabiskan waktu di lingkungan kampus ketika sore hari.

keadaaan langit sore yang biasanya berwarna jingga kini tidak nampak yang ada hanya gumpalan awan hitam sudah mulai menampakan diri pertanda akan turun hujan angina pun mulai berhembus membuat daun daun yang bertengger di pohon jatuh berguguran.

Sambil memutarkan-mutarkan pulpen di tangan jari tanganku kemudian sekarang berpindah dari tangan sekarang ke atas bibir sambil memajukan bibirku agar pulpenku tetap seimbangn kini bibirku malah terlihat seperti pantatnya ayam yang hendak betelur. Entahlah faedah nya apa aku melakukan hal tersebut.

Tatapan ku menatap lurus ke luar jendela pikiran ku mendadak melayang memikirkan sesuatu hal.

"kira-kiraa kalau kucing di Indonesia sama kucing luar negeri bahasanya sama apa beda yak, apa logat nya berbedaa, apa jangan-jangan memiliki gramer yang berbedaa hmmm nambah lagi bebann pikiran aing" gerutu aku dalam pemikirian yang absurb.

Tiba-tiba saja lamunan ku di buyarkan oleh suara seseorang

"REEEENDDDDIIIII" suara yang menggelegar membuat aku terkaget hingga pulpen yang berada di atas bibir ku mendadak kaget juga aku dan pulpen pun kaget berjama'ah.

Seketika mataku langsung menuju asal suara tersebut yang berasal dari arah pintu, suara yang tidak asing bagi telingaku dengan nada suara seorang wanita. Seseorang wanita tengah berdiri di tengah pintu sambil tertawa dia adalah iren salah satu teman ku lebih tepatnya teman terbaik yang aku punya dia juga salah satu orang yang paling dekat denganku kami seangkatan cuma beda kelas, aku kelas A dia kelas B .

Entah dari mana dia dan sejak kapan dia berdiri di pintu kelas, perasaan tadi gak ada siapa-siapa deh. Anak itu bener-bener dah suka tiba-tiba muncul aku mulai curiga jangan-jangan dia keturunan bangsa jin dan jun yang suka ngilang terus datang tiba-tiba, udah kaya mantan aja nying yang udah lama gak ada kabar tau-tau nonggol chat di whatspp, malah basa-basi pula chatnya, mmmoooddusss.

"astaga bener bener dah lu ren bikinn kagett ajaaa"ia masih tetap tertawa terbahak-bahak "kalau gue mendadak jantungan gimana coba" ucap aku sambil memegang dada aku yang hampir copot terjun ke lantai karna suara teriakannya.

"hahaha kamu bisa kaget juga ya ren" dia berbicara sambil tertawa puas karna melihat muka gue yang kaget udah mirip ikan buntal yang di angkat dari aquarium kekurangan oksigen.

Ia melangkah masuk ke dalam ruangan menuju kearah tempat aku duduk.

"renn gue masih spesies makhluk hidup yang punya jantung bukan dari spesies umbi umbian" mata ku matap tajam kepada nya aku kesel karna habis di kagetin.

"hahaha ngakak gue ren liat muka lu" dia masih saja menertawakan aku

Kini ia sudah berada didekatku mengambil salah satu kursi duduk berhadapan denganku.

"sorri ya rendiii yang gantenngg dan imut karna sudah bikin kamu kagett" iren berbicara dengan nada ngeledek sambil mengacak ngacak rambut ku dengan di akhiri tawanya di ujung kalimatnya "sudah lama kah di sini" sambungnya

Aku langsung menangkis tangan dia dari rambutku karna dia mengacak ngacak rambut ku.

"baru setengah jam yang lalu ren, cabutt yok" aku berdiri dari kursi yang aku dudukin

"lahh, mau kemanaaa, aku kan baru duduk ren" renggek iren.

"tadi siang yang nelpon minta di temenin ke gramett belii braa baruuu siapaaa ha" sambil nyubit pipi dia karna kesel, dia hanya meringgis kesakitan karena cubitan ku kini dia memukul mukul bahu ku karna kesakitan berharap cubitanku terlepas dari pipi nya, karena kasian padanya akhir nya aku melepas cubitan ku pada pipi nya. Kini pipi nya menjadi merah seketika. Aku memandang nya sambil tertawa.

"aduuuhh-aduuhh sakitt, ishh sejakkk kapan gramett jual bra malihh ngawuuurr,orang mau beli buku juga" iren berbicara sambil mengelus pipi nya

"lahh sekarang sudah jual buku toh, ya udah buru gih keburu hujan loh ini" aku langsung berdiri sambil menarik lengan nya tanpa perlawanan beranjak dari tempat duduknya ngikutin langkahku.

Terlihat wajah iren cemberut mungkin baru duduk sebentar untuk istirahat tapi sudah aku paksa, biar saja anggap saja ini lagi gladik resik penyiksaan zaman koloni belanda.

langkahku menuju tempat parkir motor di ikutin juga oleh iren di belakang ku jaraknya tidak begitu jauh hanya saja dari kelasku ke tempat parkir perlu melalui jalan yang berbelok belok maklum saja kampus ku semua gedungnya tidak ada yang bertingkat bangunan nya percis seperti model rumah sakit zaman dulu banyak bangunan nya.

Sebenarnya kampus ku merupakan kampus terbesar yang ada di kalimantan timur lokasi gedung kampus pun terbagi menjadi 4 bagian sebut saja kampus A merupakan kampus pusat sedangkan kampus ku merupakan kampus B yang terpisah dari kampus utama yang jarak nya tidak begitu jauh jika menggunakan kendaraan tapi terasa begitu jauh dan melelahkan jika menuju ke sana dengan berjalan kaki dan

Sedangkan gedung kampus ku ini. terletak di tengah pemukiman penduduk, kampus ku memiliki luas bangunan yang tidak begitu besar mungkin besarnya hanya sekitar 1 hektar entah lah bener apa gak soalnya ketika pembangunan kampus ini aku gak ikut mengukur.

Kampusku begitu asri karena di dalam kampusku masih ada hutan mini jadi ketika pagi hari banyak sekali burung yang terbang hinggap dari pohon 1 ke pohon lain dan berkicau jadi menambah kesan naturalnya, entah lah itu burung apa yang berkicau mungkin aja buwung puyuhh kali.

Ketika masuk dari gerbang kampus ku kalian akan di suguhkn pohon-pohon cemara yang tersusun rapi di pinggir kiri dan kanan jalan. Tidak jauh dari gerbang di sebelah kanan terdapat masjid kampus di bagian sisi kiri dan kanan masjid terdapat taman bunga sehingga makin menambah kesan keindahan, di pinggir taman di sediakan juga beberapa gazebo sehingga banyak mahasiwa yang duduk di gazebo untuk beristirahat atau hanya sekedar berfoto foto untuk kebutuhan instastory terus di tambah caption yang di ambil hasil screenshot di galeri hp yang sudah berjumlah ribuan caption, tau sendiri kan anak zaman sekarang no instastory no life jadi kudu dan wajib kifayah hukumnya untuk instastory.

Iren berada di belakang mengikuti setiap langkahku tanpa terasa sepanjang perjalanan menuju parkiran motor aku malah menggegam erat tangan iren tapa aku melepaskan.

sepanjang perjalanan iren tampak diam tanpa berkata apa-apa, entah apa yang ada di pikirkan iren

aku merasa iren di balik genggaman tanganku ia menggenggam balik tanganku genggamannya begitu erat hangat seolah tidak ingin melepaskanya genggaman ku.

Sesekali aku melirik ke belakang untuk melihat iren. Ini juga ku lakukan untuk memastikan yang aku gandeng manusia atau bukan soalnya di kampus ku ini banyak mitos kalau sudah menjelang sore seperti sekarang ini banyak kejadian aneh dan mistis sering terjadi dan aku gak mau dong udah ku gandengan sepanjang perjalanan ternyata yang aku gandeng bukan manusia melainkan sepupunya nyi loro kidul, sereeemmm malahh akuu pakaii baju warna hijauuu pula.

Di tengah perjalanan menuju tempat parkiran aku bertemu dengan sohibku di koridor kampus dia anak organisasi pengurus masjid di kampus, wildan namanya tapi aku sering manggil dengan sebutan ustad entah aku asal saja menyematkan julukan kepadanya karena setiap hari dia selalu saja menasehati siapa saja yang ia temui dengan dakwah-dakwahnya.

terakhir aku liat dia sedang dakwah fatwah haram nya merokok kepada dosen yang sedang ngerokok di sekitaran kampus gilaa nyalinya, untung aja semua dosen tau kalau dia anak nya rektorat di kampusku jadi dosen dosen pada memakluminya coba kalau bukan anak nya rektorat hemmmm mungkin nama nya udh di tangan malaikat izrail kali.

Dia berpakaian rapi dengan baju kokoh lengkap dengan bawahan sarung, sajadah yang melingkar di lehernya tidak lupa juga peci di kepalanya, ciri khas nya banget adalah ia selalu memakai sendal bakiaknya ketika hendak pergi ke mushola kampus, bahkan dari jauh kalau dia sedang berjalan langkah kaki nya sudah kedengeran bunyi nya klutak klutuk klutak klutuk

"astagfirulahh hal'azimm ini lagi sore-sore bukan nya pulangg malahh gandengan tangann udah kaya mau nyebrang jalan aja" protes wildan kepada kami berdua

"astagfirulahhh ustaddd ane lupaa, khilaff" seketika aku melepas genggaman tangan iren dan aku langsung sungkem tanganya wildan lengkap dengan kedua tanganku mencium punggung tanganya bak anak yang mau pulang ngaji lagi sungkem sma guru ngaji

"ini udahh pada sholat asharr belum" tanyanya.

Karna lagi buru-buru kami meninggalkan ia seorang diri kami mempercepat langkah meninggalkan wildan sehingga menjawab pertanyaan dari wildan sambil teriak dari kejauhan.

"udaahhh ustaddd jamakk dari subuhhh"

Mendengar jawaban ku barusan tentu saja wildan terlihat mamandang kami dengan tatapan bête nya hampir aja aku di lempar tasbih yang dia pegang.

Sesampainya di parkiran motot mata ku sibuk mencari keberadaan motorku yang siang tadi ku parkir di bawa pohon rindang

benar saja tepat di bawa pohon rindang berada, aku merogoh kantung celana jeans ku untuk mencari kunci motorku. Setelah aku dapat kunci motor aku membuka jok motor aku mengambil helm yang aku cantolin di jok motor.

maklumm saja di kampus ku rawan kehilangan helm jadi biar aman helm di simpan di jok motor atau biar lebihhh amann lagii bawa masuk ke kelas.

jadi kalian kalau mau hilangin ingatan mantan kalian, cantolin aja tuh mantan kalian di sepion motor tunggu sejam mantan anda akan hilang bersama motor anda sekalian.

Aku sengaja bawa 2 helm ke kampus karna sore ini udah janjian sama iren untuk nemenin dia ke toko buku nyari buku kuliah. Sebenarnya helm yang aku bawa merupakan helm iren juga soalnya terkahir dia sempat ke kost ku numpang ngeprint tugas kuliah karna buru-buru jadi dia terlupa helm nya.

Aku mengambil helm iren kemudian menyerahkan helmnya ke dia

"nih helm mu pakai gih"

Dia sengaja tidak mengambil helmnya dan malah sedikit membungkukan badannya menunjuk kepalanya memberikan kode untuk aku memakaikannya

Tanpa berkomentar aku pun memakainya di kepalanya.

"hehehe tengkyuu" dia tersenyum padaku tanpa sadar senyuman nya yang mekar di bibirnya kini berpindah mekar di bibirku, entah lah iren ini punya mantra apa ketika dia tersenyum seolah dunia akan terhipnotis akan senyuman nya.

Angin mulai meniup cukup kencang bahkan terasa dingin jika terkena kulit, sedangkan di langit awan kumulonibus mulai merapatkan barisnya pertanda sebentar lagi akan turun hujan.

aku melirik iren dari gelagat dia sepertinya lagi kedinginan tubuhnya begetar terkena terpaan angina sambil seseali ia menggusap lengannya. Wajar saja ia kedinginan ia memakai baju kemeja berwarna putih polos lengan pendek serta bawahan celana jeans berwarna biru serta sepatu sneakers berwarna putih di bahu nya ada totbag berwarna hitam yang isi nya buku buku kuliah dan alat tulis.

aku melepas jaket bomber hitamku "pakai nih jaket ku" aku langsung menyerahkan jaket ku kepada nya

ia menatap jaketku kemudian berganti menatapku "kalau aku yang pakai terus kamu pakai apa ini dingin loh"

"udahh pake aja semalam aku habis belajar ilmu kanuragan jadi aku keball sama yang namanya dingin" balasku sambil aku menaruh jaketku di lenganya yang sedang melingkar.

"hahaha ngawur, beneran nihh aku yang pake" iren memastikan lagi dan langsung memakai jaketku di tubuh nya "wangi parfum mu, aku sampai hapal" sambil mencium lengan jaketku

"itu belum di cuci 2 minggu ren" celetuk aku

Seketika dia langsung berhenti mencium jaket ku dengan posisi terdiam sejenak mata terbelalak sampai mau copot

"hahahah candaa-candaa ren, itu kemarin baru aku cuci kok" aku pun tertawa melihat ekpresi dia

"awas luu yakk kalau aku sampai aku gatal-gatal" ancam iren.

Tanpa memperdulikan ancamanya aku pun memakai helmku kemudian menyalakan motor, memberikan kode untuk iren naik ke motor, dia pun langsung naik motor kemudian kita pun langsung berangkat.

Belum sampai beberapa meter motorku melaju tiba-tiba saja dia memanggilku, aku pun menoleh ke arah kaca sepion, iren sudah memperhatikanku sejak dari tadi.

"makasih ya rendi karna jaketmu aku jadi gak kedinginan, padahal cuma jaket dari kamu, tapi aku sudah seneng banget" dia berbicara dengan lembut.

"hahaha santai aja ren ,kalau kamu mau kamu boleh pake jaket ku terus biar kamu gak kedinginan" balasku

Iren hanya menggelengkan kepala kemudian merebahkan kepalanya tepat di pundakku.

"dingin yah ren, nih biar kamu tetap hangat" Kemudian iren melingkarkan lengannya di pinggangku.

avataravatar
Next chapter