2 BAB I : CHAPTER 2 : gadis dengan rambut merah

HAPPY READING AND HAPPY WRITING

"Madeleine!"

Suara berat yang berasal dari seorang pria paruh baya bertubuh gendut dengan perut buncit memanggil seorang wanita muda cantik pemilik rambut merah panjang yang terurai dengan indah.

"Iya tuan!"

"Permisi tuan-tuan."

Wanita bernama Madeleine ini beralih pada tamu yang baru saja ia beri minuman untuk berpamitan. Ia meninggalkan segerombolan pria tersebut dengan tatapan wajah tak enaknya yang kentara.

"Jangan lupa kembali lagi dan layani kami Madeleine!" seru salah seorang tamunya pada Madeleine yang ia jawab dengan kedipan mata genit. Lebih tepatnya pada seorang pria berkulit tan.

"Lihat tubuhnya Oars! bukankah sangat menggairahkan?" tanya salah satu teman dari Oars sembari memperhatikan langkah Madeleine yang baru saja meninggalkan mereka.

Madeleine melangkah meninggalkan gerombolan pria tadi untuk segera menghampiri pria yang menjadi bossnya selama beberapa bulan belakangan ini. Langkahnya yang anggun membuat para pria itu enggan melepaskan tatapan matanya pada Madeleine.

"Apa ada yang bisa aku bantu boss?"

Madeleine bertanya setelah berdiri di sisi pria paruh baya gendut itu dengan senyuman manis di bibirnya.

"Layani dia dengan service terbaikmu sayang..." perintah bossnya dengan senyum lebar penuh harapan pada Madeleine.

Madeleine beralih menatap tamunya yang akan ia layani. Ia membungkukan sedikit tubuhnya untuk menyapa tamunya.

"Perkenalkan, nama saya Madeleine, tuan.. tampan?" Madeleine menatap mata bangsawan di depannya saat mengatakan kalimat akhirnya.

"Cukup panggil aku Ares nona cantik." Pria di depannya tersenyum simpul mendengar gurauan wanita cantik di depannya.

"Kau boleh ikuti aku," ucapnya lagi kemudian melangkah mendahului untuk memimpin jalan.

Oars memperhatikan interaksi keduanya dari jauh, sejak tadi matanya tak dapat lepas dari wanita bernama Madeleine itu Wanita cantik tersebut tampak sangat cocok untuk dijadikan sebagai penggoda untuk pesta kekaisaran nanti. Senyumnya mengembang membentuk sebuah seringaian.

kilas balik beberapa jam yang lalu

"Apa yang kau inginkan sebagai imbalanmu Oars?" tanya kaisar Lurie menatap jendral di depannya.

"Merupakan sebuah kehormatan bisa menerima hadiah dari yang mulia secara langsung, saya sangat berterima kasih atas kemurahan hati anda yang mulia."

Oars membungkukan tubuhnya pada yang mulia kaisar.

"Jadi?" tanya sang kaisar lagi enggan berbasa-basi. 

"Saya hanya ingin hadiah yang juga bisa menguntungkan kekaisaran kita juga yang mulia."

Kaisar yang kini tengah menebak nebak apa yang akan diminta oleh Oars sebagai hadiah semakin dibuat menyerngitkan dahinya.

"Apa itu ksatria Oars?"

"Sebuah pesta yang meriah.."

Perkataan yang diucapkannya bernada tenang dengan senyuman yang menghiasi wajah tampan pria berkulit tan ini, tak sebanding dengan hatinya yang kini tengah menanti jawaban apa yang akan dilontarkan kaisarnya ini. Kini, Oars lah yang tengah menebak nebak, jawaban apa yang akan dikeluarkan oleh kaisar yang sangat membenci pesta ini.

"Itu tidak termasuk dalam pilihan," jawab sang kaisar menyanggah permintaan Oars.

Kekaisaran ini memang terkenal karena kesuramannya dan reputasinya yang buruk di mata rakyat membuat negara tetangga enggan untuk membuat hubungan diplomasi.

Bukan hal aneh jika di istana ini tak ada pesta, tak ada kesenangan, tak ada minuman, tak ada ketentraman, dan tak ada kebahagiaan. Hanya karena keegoisan keluarga kekaisaran yang membenci keramaian dan pesta.

"Bukankah ini juga bisa kita manfaat?"

Sudah dirinya duga, jika penolakan yang akan keluar dari mulut sang kaisar. Maka dari itu, ia memilih jalan pemaksaan dengan mengatas namankan negosiasi.

"Kita umumkan di pesta besar ini penangkapan otak dari pemberontakan mereka agar sisa dari pemberontak itu bisa menyingkir dengan sendirinya setelah mendengar ini, bukankah itu ide yang bagus?"

Tatapan mata yang mulia begitu dingin dan tak terbaca hendak mengeluarkan kalimat apa membuat pikiran Oars dipenuhi dengan alasan apa yang akan ia berikan jika seandainya penolakan kembali ia dengar. Oars tidak berniat untuk menyerah karena pesta ini begitu penting dan harus terjadi.

"Ksatria Chaiden."

"Ya yang mulia, anda memanggil saya?"

Chaiden masuk kedalam ruangan begitu namanya keluar dari mulut yang mulia kaisar. Pria itu membungkukan tubuhnya sedikit ketika di hadapan kaisarnya.

"Persiapkan pesta mewah dan segera sebarkan undangan pada seluruh Bangsawan dan rakyat Lurie."

Sang kaisar bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan throne room dengan langkah kakinya dingin dan tegas.

"Baik yang mulia"

----------

Fajar sudah menampakan dirinya, seorang wanita mengerjapkan matanya berusaha menyesuaikan cahaya temaram di ruangan ini.

"Kau akan segera pergi?"

Madeleine otomatis bertanya pertanyaan retoris itu ketika melihat punggung Oars yang sudah berpakaian lengkap tengah memakai bootsnya kembali.

"Maafkan aku karena harus meninggalkanmu lagi di pagi buta seperti ini sayang." Oars membalikan punggungnya dan mengusap sayang surai merah Madeleine yang sedikit lepek.

"Aku mengerti... pergilah" Madeleine tersenyum lembut pada Oars agar menenangkan pria itu yang menamapilkan raut wajah penuh rasa bersalah.

"Akan ada pesta di istana, mungkin aku akan jarang menemuimu karena sibuk mengurusnya." Ucapan Oars memang membuat Madeleine tak dapat menyembunyikan kerutan di dahinya karena merasa aneh.

"Tak biasanya..." Oars mengangkat bahunya seolah tak tahu.

"Bisakah aku meminta tolong padamu?" tanya Oars mulai berwajah serius.

"Apa?" tanya Madeleine yang mulai tertarik dengan kemana arah pembicaraan ini.

"Saat di pesta nanti, aku ingin kau menggoda kaisar."

Madeleine diam sebentar karena semakin dibuat heran oleh prianya ini, ralat, pada sang kaisarnya ini.

"Bukankah orang orang memang akan minum di pesta? jika tidak, apalagi kegiatan yang biasanya orang lakukan di pesta."

"Kau akan tau nanti, saat pesta itu tiba aku akan memberikan jalannya padamu."

"Apa kau berencana melakukan sesuatu?" tanya Madeleine.

Oars diam seolah enggan untuk menjawab pertanyaan itu. Madeleine juga turut diam untuk menunggu apa yang akan dikatakan pria di depannya.

"Jangan khawatir dan jangan terlalu dipikirkan sayang,"

"aku pergi dulu, jaga dirimu." Madeleine masih diam sembari menatapnya. Bukan ini yang ia inginkan, tetapi jawaban Oars. Apa dirinya tak penting karena tidak boleh mengetahui urusannya?

"Aku mencintaimu Madeleine."

Bibir Oars yang menyentuh dahinya membuat kesadarannya kembali. Madeleine menghela nafas kasar setelah kepergian Oars. Ia mengusap perut datarnya masih dengan tatapan mengarah ke pintu gubuknya yang baru saja ditinggalkan oleh Oars. Ia sudah terlalu berpikir jauh.

Wanita cantik itu tanpa membuang waktu lagi segera memakai pakaiannya dan bersiap untuk kembali menjalani rutinitasnya bekerja.

Setelah dirasa penampilannya rapi, ia melangkah keluar dari tempat ia berteduh selama ini dari dunia luar yang kejam dan keras.

Dunia yang kejam ini tak akan membiarkan satu orangpun mendapat makanan hanya dengan bermalas malasan. Pekerjaan apapun, Madeleine lakukan untuk bisa bertahan hidup menghadapi kerasnya dunia. Termasuk menjadi seorang wanita malam.

"Selamat pagi Madeliene, kau terlihat lebih senang dari biasanya pagi ini?"

Garreta salah seorang teman satu pekerjaannya. Ralat, saingannya, datang di waktu yang tak tepat.

"Apa kau sudah menghabiskan malam yang menyenangkan?" Wanita ini masih gigih untuk menghancurkan mood Madeleine yang sudah hancur.

"Jangan merusak suasana hatiku pagi ini Garret," ucap Madeleine datar menatap wanita di depannya yang masih pagi sudah menghadang jalannya.

"Dasar wanita sombong!"

"Aku pastas sombong karena memiliki sesuatu untuk disombongkan, sedangkan kau? lihatlah dirimu Garret," ucap Madeleine tajam membuat emosi Garret semakin naik.

"Kecantikan? tubuh indahmu? kau pikir kau siapa? putri kaisar? itu memang modal untuk pekerjaan ini bodoh!"

"Bercerminlah Garret, kau bahkan tidak dapat menyaingiku disini."

Madeleine tak mau memperpanjang perdebatan ini, jadi ia memutuskan untuk menjauhi saja wanita berisik itu yang hanya bisa iri pada dirinya. Kata kata itu tak ingin ia keluarkan, tapi karena Garreta yang membuatnya semakin parah, kata kata itu keluar begitu saja.

Garret mengepalkan tangannya dan menatap tajam langkah Madeleine yang melewatinya begitu saja. Baru saja ia akan membalas ucapan Madeleine, suara lantang seseorang mengurungkan niatnya.

"Cepat bereskan bar, wanita wanita bodoh!" teriak boss mereka yang baru saja datang dari arah lantai atas bar.

Madeleine segera memakai apronnya dan memulai pekerjaan paginya.

-

-

-

SEE U AND THANK U

avataravatar
Next chapter