1 BAB I : CHAPTER 1 : penangkap pemberontak

Jauh sebelum dunia masih berperang memperebutkan satu daerah kecil hingga mampu membinasakan banyak manusia. Jauh sebelum dunia masuk ke peradaban modern, dimana teknologi canggih semakin berkembang dan populasi manusia semakin banyak, semakin rusak pula bumi dan ekosistem keseimbangannya.

Tercipta peradaban makhluk yang kini mungkin di masa depan kehadirannya hanyalah dianggap sebagai mitos belaka. Kerajaan terbesar yang menampung hampir seluruh makhluk penghuni bumi jauh sebelum peradaban manusia ada. Kerajaan bernama Moors. Meskipun berbagai makhluk bercampur menjadi satu di bawah kerajaan ini, tak ada sedikitpun perang ataupun pertikaian antar mahluk. Semua makhluk hidup dengan damai dan tentram.

Namun, tentu saja dibalik kerajaan yang makmur, dan aman tersebut, hiduplah satu makhluk yang menguasai kerajaan besar ini. Makhluk yang menjadi penguasa kerajaan besar ini yang menjadi alasan dibalik kehidupan tentram mereka yang selama ini menjaga keharmonisan kerajaan. Raja dari segala makhluk yang menguasai kerajaan Moors yang namanya sangat disegani dan sakral untuk disebutkan. Makhluk kuat yang hanya akan menjadi legenda di masa depan. 

Tahun 330, kalender kekaisaran 

Kekaisaran pertama terbesar di dunia yang kini dipimpin oleh kaisar yang ditaktor, sombong, dan serakah. Kekaisaran Lurie yang dipimpin oleh kaisar Lurie Karl Marx III yang merupakan anak dari kaisar terdahulu raja Lurie Karl Marx II.

Kekaisaran besar ini terletak di benua yang paling subur diantara lainnya. Memiliki segala kebutuhan yang dibutuhkan penduduknya, dimulai dari tanah yang subur, air yang jernih, tempat yang strategis dikelilingi lautan dan pegunungan, udara dan iklim yang hanya memiliki dua musim yang sangat menguntungkan daerah ini.

Namun, karena ketidak-piawaian dari pemimpinnya membuat kekaisaran ini menjadi kekaisaran yang sulit untuk maju bahkan menjadi negara paling sengsara. Ladang pertanian rusak akibat cuaca yang buruk kala itu sehingga tak menghasilkan hasil panen maksimal, ditambah pajak yang ditetapkan perdana mentri yang semakin tinggi setiap bulannya membuat para petani kewalahan untuk membayarnya sehingga banyak petani yang menjual ladang mereka dan buruh tani yang kehilangan pekerjaan.

Harga makanan pokok yang semakin meningkat, dan air bersih yang semakin jarang ditemui akibat pencemaran limbah istana yang mengotori sungai. Ibu kota kekaisaran yang berawal sangat indah dan asri berubah menjadi tempat suram yang berasal dari pembuatan senjata-senjata yang akan digunakan militer. 

Hingga berdampak pada penduduk yang mati satu persatu akibat kelaparan atau keracunan. Tingginya pengangguran yang beralih profesi menjadi penjahat sehingga mengakibatkan tingkat kejahatan yang semakin rawan akibat dari orang-orang terpaksa yang harus mencuri demi mencari secuil roti busuk hanya untuk mengisi perut mereka yang tak henti hentinya berbunyi. Sementara di istana kekaisaran, kaisar mereka menikmati indahnya hidup di atas tanah yang sudah mereka kotori dan memakan makanan hasil dari pemerasan rakyatnya sendiri.

"Yang Mulia..."

Seorang ajudan bertubuh besar dan berkepala pelontos masuk ke dalam kamar seseorang di depannya yang membelakangi dirinya yang tak lain dan tak bukan adalah kaisar dari kekaisaran Lurie. Beliau yang mengahadap sang kaisar adalah wakil ketua jendral pasukan kekaisaran Lurie.

Kaisar tersebut membalikan tubuhnya menghadap sang ajudan yang berdiri dengan tegak dan gagah berani menghadap dirinya.

"Apa yang ksatria Chaiden bawa padaku?" tanya sang kaisar. 

"Salah satu dari komplotan pemberontak ada di penjara bawah tanah yang mulia." senyum sang kaisar tak dapat ia sembunyikan lagi begitu mendengar informasi dari salah satu bawahan kepercayaannya.

"Bawa dia padaku!" perintah kaisar Lurie dengan nada yang arogan.

"Baik, yang mulia," jawab sang ajudan yang kemudian menunduk hormat lantas pergi meninggalkan ruangan untuk membawa sang tahanan.

Kaisar duduk di singgasananya sembari menopang dagu dengan tangan kanannya menatap wakil jendral Chaiden menyeret seorang pemuda lusuh yang adalah salah satu anggota dari komplotan yang belakangan ini membuat sang kaisar resah.

"Siapa yang menangkapnya?" Netra kaisar menatap lekat pada tahanan yang dibawa. 

"Ksatria Oars yang mulia," jawab ajudan tersebut. Kaisar menganggukan kepalanya sekali.

Tangannya mengibas di udara memberikan kode pada ajudannya untuk pergi meninggalkan mereka berdua sendiri.

Chaiden menunduk hormat lantas pergi dari ruang singgasana istana yang sunyi meninggalkan kaisarnya untuk berbicara empat mata.

"Panggil ksatria Oars kesini," perintah kaisar Lurie sebelum ajudannya benar benar keluar dari ruangan.

Pintu ruangan ditutup dan sang pemuda bergerak dengan beringas untuk segera kabur dari ruangan itu secepat mungkin.

"Gesit seperti biasanya.. Kapten jendral Oars. Untung kau cepat datang kemar sebelum dia benar benar kabur," ujar kaisar Lurie pada seseorang yang baru saja datang itu.

Seorang pria berambut ikal panjang yang diikat menjadi satu, berkulit tan, dengan tinggi tubuh di perkirakan 200 cm datang dan langsung menangkap tahanan mereka yang berusaha kabur.

Pria itu mengikat kuat-kuat tahanan tersebut dan memaksa tubuhnya untuk berlutut pada sang kaisar. Kaisar dan Oras memiliki perbedaan usia yang tak terpaut jauh.

Oars terkekeh pelan mendengar pujian dari kaisarnya yang selalu menyanjungnya setiap kali mereka bertemu.

"Anda selalu berlebihan yang mulia, anda lebih kuat dan lebih gagah berani dari pada saya," ucapnya.

"Menjadi ksatria istana di usia 17 tahun, dengan cepat menaiki puncak karir dengan menjadi ketua jendral pasukan besar kekaisaran Lurie di usiamu yang ke 25 tahun, menurutku pujian itu tak berlebihan sama sekali untukmu." Sekali lagi Oars terkekeh mendengar hal itu untuk yang ke- entah untuk yang keberapa kali.

"Yang mulia, ini sudah dua tahun sejak kaisar pendahulu mengangkatku menjadi jendral kekaisaran Lurie, sebuah kehormatan bagiku bisa sampai sejauh ini berkatmu." Oars membungkuk hormat.

"Ngomong ngomong, dimana kau bisa menangkapnya? dan kenapa jendral hanya bisa menangkap tikus kecil ini saja? Apa jendralku sudah terlalu tua?"

Perkataan dan tatapannya begitu tajam menatap jendral di depannya yang seolah meremehkan kedudukannya. Oars tertawa dengan kencang menanggapi sang kaisar yang kemarahannya mulai memuncak akibat dari tawa yang dikeluarkan jendralnya itu.

Untuk ukuran seorang jendral, Oars memang terlalu santai, tapi dalam urusan pekerjaan, pria ini memang bisa di andalkan. Pasti pria ini memiliki sesuatu yang ia sembunyikan hingga membuat ia terlalu tenang dalam menanggapi.

"Ksatria Oars.. kuharap kau punya jawaban bagus untuk memuaskanku,"

ujar kaisar Lurie penuh penekanan.

Tatapannya tak terlalu tajam menatap Oars. Namun, nada intonasi bicaranya masih belum berubah. Sang kaisar kini tengah menekan kesabarannya.

"Apa yang mulia meragukan pandangan yang mulia sendiri terhadap penilaianmu padaku?" tanya Oars setelah tawanya terhenti.

"Apa maksud perkataanmu Oars?!" Emosi sang kaisar sudah menguak ke permukaan hingga membuat angin kencang muncul entah darimana datangnya membuat Oars menahan mati matian tubuhnya dan tubuh tahananya agar tak terhempas.

"Aku sedikit kecewa karena kau terlalu cepat kecewa padaku yang mulia," ucap Oars dengan susah payah ditengah terpaan angin dengan tatapan mata dalam menatap kaisar di depannya serius.

Angin kencang yang tadi berhembus berhenti seketika. Alisnya terangkat mendengar perkataan sang jendral, lantas tersenyum miring setelah menyadari kemana jendralnya ini akan membawanya.

"Jadi siapa pemuda ini?" tanya sang kaisar beralih pada tahanannya yang sejak tadi diam mendengar interaksi keduanya.

"Dia tabib utama mereka sekaligus peramal, dia mengetahui semua yang ingin anda ketahui." Jawab Oars.

"Tangkapan yang bagus ksatria Oars!" Nada bicaranya berubah seketika menjadi semangat yang membara setelah mendengar apa yang dikatakan Oars.

"Aku tidak perlu khawatir dengan para pemberontak hina itu yang ingin menggulingkanku, karena aku sudah mengambil otak mereka!"

seru kaisar Lurie yang kini terlihat sangat senang itu.

"Mereka tidak akan bisa apapun tanpamu kan? hei peramal?" tanya sang kaisar diikuti oleh tawanya yang mengejek.

"Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui!" tawanya masih terdengar memenuhi ruangan yang sunyi dan senyap ini.

"Aku kecewa padamu yang mulia karena kau terlalu cepat kecewa padaku, dan sedikit kecewa untuk diriku karena tidak bisa menangkap pimpinan mereka." Ucap Oars dengan raut wajah yang menyiratkan kekecewaan yang mendalam, membuat tawa sang kaisar berhenti.

"Apa yang kau inginkan Oars?"

Kaisar beralih bertanya pada imbalan yang diinginkan oleh Oars daripada melanjutkan pembicaraannya. Ahh... Ini yang ditunggu oleh Oars, sebuah hadiah.

Jendralnya harus mendapatkan hadiah yang besar karena sudah menyenangkan hati kaisarnya.

Karena sebentar lagi, kekaisarannya akan menjadi kekaisaran terbesar dan akan menjadi kekaisaran yang menguasai seluruh penjuru dunia. Sekali lagi, ia akan membawa kebangkitan Moors atas nama Lurie.

-

-

-

SEE U AND THANK U

avataravatar
Next chapter