1 Chapter 1

Raja Arthur adalah Raja keturunan Dewa Langit, yang menjadi Raja selama lebih dari 20 tahun. Dia dipilih langsung oleh Dewa Langit, yang merupakan Ayahnya.

Mempersunting Ratu Margaretha, adik dari Dewa Awan ke II, dan dikaruniai 3 anak, 2 putra dan 1 putri.

Pangeran Alaska, Pangeran Angkasa, dan Putri Jessica. Mereka sangat tampan dan cantik, Pangeran Alaska dan Pangeran Angkasa sudah sering dilatih oleh Panglima kerajaan, dan sering ikut kelas memanah dengan petir, mengumpulkan awan, memangkas cahaya Matahari, sedangkan Putri Jessica disembunyikan dibalik ruangan rahasia, karena dia sering dicari para Raja Luar Angkasa.

Putri Jessica genap berumur 17 tahun, tubuh tingginya, wajah cantiknya yang selalu terlihat dingin, sifatnya yang terlihat kuat. Dia selalu menjadi pembicaraan semua kerajaan di setiap elemen.

"Panggil putri Jessica menghadapku!" Ucap Raja Arthur.

Tuan Barlin bergegas keluar menuju ruangan rahasia, tempat tinggal Putri Jessica selama ini, dilihatnya Putri sedang membaca buku, wajah cantiknya terpantul cahaya matahari.

"Putri, Anda diminta untuk menghadap Baginda Raja."

Putri langsung menutup bukunya, memasukkan kakinya kesepatu kulit dan melangkah keluar dari ruangannya, gadis dengan gaun mewah berbalut renda tipis dengan rajutan bentuk Kelopak mawar yang dibuat dari serat akar dengan tambahan penutup wajahnya, dan jepitan kupu-kupu dirambutnya terlihat sangat cocok untuknya.

Dia masuk ke ruangan Ayahnya, dilihatnya seorang Raja yang menghadap jendela. Kedua tangannya menyilang kebelakang.

"Saya sudah di sini Ayahanda."

Raja Arthur menoleh, dan menyuruh Tuan Barlin keluar, lalu mendekati putri kesayangannya. Mengelus pipinya.

"Kamu sehat, Tuan Putri?"

Putri mengangguk, dan memeluk sebentar pemilk tubuh yang sering dia rindukan tiap malam, sudah lama tidak dipeluknya, karna Ayahnya yang sangat sibuk.

"Aku ingin meminta kemurahan hatimu, Nak."

Putri terdiam, dahinya mengkerut, tidak faham dengan apa yang "diminta" dari Ayahnya. Pandangannya menatap wajah sang Raja yang terlihat sangat gelisah.

"Apa yang bisa saya berikan Ayah?"

"Aku ingin mengirimmu ke bumi."

Glek. Rasanya seperti terpukul tepat di bagian dada, apa maksud perkataan Ayahnya? Bukankah bumi sangat jauh jangkauannya? Mengapa tugas ini bukan diserahkan untuk kakak-kakaknya yang lebih dewasa darinya.

"Maksud Ayah?"

Raja Arthur menceritakan kejadian di mana pelayan baru yang masuk istana beberapa minggu yang lalu ternyata kiriman salah satu musuh, dan pelayan itu adalah penyihir tua yang menyamar, Ratu dalam keadaan lemah tak berdaya, tubuhnya tidak bergerak sama sekali setelah meminum ramuan yang disajikan pelayan palsu itu, ini adalah kecerobohan kepala pusat pelayanan yang asal memberikan izin pelayan baru untuk melayani ratu.

Obat penawar itu sangat susah dicari, dan Tabib istana sudah mencari ke seluruh Langit dari langit 7 sampai turun ke langit ke 1, dan obat nya hanya ada dibumi. Ditanam oleh penyihir itu sendiri, dia sudah kabur ke bumi entah menyamar sebagai apa.

Putri mulai mengerti arah pembicaraan ini, dia berfikir sebentar, hidupnya hanya belajar di ruangan dengan guru-guru pilihan Raja, dan terkadang Kakak-kakaknya datang berkunjung, dia hanya ditemani Bibi Helena, Prajurit wanita yang sudah tidak diragukan lagi kemampuan bertarungnya.

Dia meminta izin untuk berfikir setidaknya sampai malam ini. Raja mengangguk, dia faham perasaan putrinya yang masih kaget dengan keputusannya.

Putri undur diri, keluar dari ruangan Raja, bahkan tidak sempat menjenguk Sang Bunda yang tengah berbaring. Putri kembali keruangannya, memikirkan permintaan sang Raja.

Sampai pukul 9 malam, Putri masih menatap arah jendela. Melihat banyak pengawal yang mondar-mandir, sesekali terlihat Raja keluar dan berbicara dengan para Pengawalnya.

"Nona, saya diperintahkan Raja untuk memberikan ini."

Bibi Helena menyodorkan surat yang dilipat dengan tali. Dibukanya perlahan, nafasnya naik turun, sepertinya dia harus berkorban untuk kesehatan Bundanya.

"Sampaikan kepada Raja, aku bersedia." ucapnya pasrah.

Bibi Helena segera keluar dari ruangan itu, dia tahu sang putri terlihat sangat cemas. Putri Jessica sudah sangat kesepian dari kecil, dan harus menerima keputusan yang tidak mudah.

***

Keesokan harinya, Putri duduk terdiam melihat ruangan pribadinya, hanya beberapa orang saja yang mengetahui jalan ruangan ini. Dia melihat Bibi Helena yang masih tidur, dari semalam dia kesulitan untuk tidur, memikirkan apa yang akan terjadi dengannya jika dia turun di bumi.

Bibi Helena bergerak sedikit, matanya terbuka dan tersenyum ke arah Putri.

"Selamat pagi, putri."

Putri tersenyum, dan bersandar di dinding batu yang dingin. Dengan buku di genggamannya.

"Bi, apakah bumi itu seindah yang ada cerita di Buku"?

"Tentu saja! Bibi mengenal keturunan langsung dari bumi saat penyerahan tahta dan penyambutan pangeran Angkasa dan Alaska, putra Raja Arthur, kakak-kakakmu, 5 tahun yang lalu."

"Bumi penuh dengan tanaman yang sangat banyak, tidak ada raja di sana, banyak makanan yang akan kita temui untuk pertama kali, dan cara pakaian di bumi lebih mudah daripada di langit putri."

Putri tersenyum, penjelasan Bibi Helena terdengar menarik, putri sering mengeluh tentang pakaian yang super duper berat. Belum lagi, untuk merawat kulit mulusnya, putri harus melakukan banyak ritual, mandi susu, madu, sari bunga, dan masih banyak lagi.

Putri akan turun ke bumi 2 hari lagi, melalui pintu penghubung antara Bumi dan Langit. Putri akan muncul lewat lingkaran yang sering jadi penghubung portal.

Barang-barangnya sudah dipersiapkan, berlian-berlian, permata, obat-obatan sudah dirapikan. Bibi Helena akan ikut bersama Putri, dan menyamar menjadi ibunya.

Paman Nicholas menjelaskan beberapa peraturan yang harus dipatuhi putri, salah satunya jangan menggunakan kekuatan kecuali untuk hal genting.

Putri memiliki keturunan garis murni dari buyutnya yang merupakan Dewi Tanah, dia bisa membuat tanaman membaik dan tumbuh kembali, dan bisa menenangkan hanya dengan sentuhan.

Paman Nicholas adalah orang yang sudah pensiun, dulu dia adalah penghubung 4 elemen dan pernah beberapa tahun tinggal di bumi.

"Anda akan sangat senang di sana."

"Aku di sana bukan untuk bersenang-senang." jawab Putri dengan ketus.

Bibi Helena tersenyum melihat ekspresi Putri, karena sebenarnya putri sangat penasaran dengan kehidupan di bumi. Bahkan dia membawa banyak parfum dan sabun kecantikannya dalam ransel kesayangannya.

***

2 hari berlalu, Putri terlihat cantik dengan balutan dress yang sudah didesain dengan kehidupan yang cocok di bumi nantinya.

Kakak-kakaknya menatapnya iba, tidak rela adik cantiknya harus berhadapan dengan dunia lain yang sangat jauh.

Pangeran Angkasa memeluk putri Jessica, dan memberikan kalung liontin dengan permata berbentuk petir, sedangkan pangeran Alaska memegang tangan putri dan memakaikan cincin permata yang sangat indah.

Baginda Raja berada di dekat Tuan Barlin, menatap dari kejauhan 3 anaknya yang akan saling berpisah. Hatinya runtuh, tapi semua demi keselamatan Istrinya.

Putri menjenguk sebentar keadaan Bundanya yang masih memejamkan mata, tangannya begitu dingin. Tak terasa mata nya berkeringat, bulir-bulir air mata jatuh di kulit tangan Sang Ratu.

"Aku akan membawa obat penawar itu Bunda," lirihnya dalam hati.

Putri berdiri, mengecup kening Sang bunda dan bergegas keluar dari kamar Bundanya.

Bibi Helena menghampiri Putri yang terlihat sedih, Paman Nicholas mendekati mereka, dan mengatakan waktu nya untuk berangkat.

Mereka diantarkan ke Ruangan putri, dan paman nicholas mengeluarkan cahaya hitam membentuk lingkaran. Melambaikan tangan pada Raja, Pangeran Alaska dan Angkasa juga Tuan Barlin.

Plop. Mereka terbawa arus gumpalan hitam yang membuat badan mereka terhuyung-huyung. Bahkan, bibi Helena terpental, tapi tameng Paman Nicholas sangat kuat.

Mereka sampai di rumah kayu yang baru pertama kali putri dan bibi Helena lihat, di istana hanya beberapa barang yang terbuat dari kayu.

Paman Nicholas menyebutkan sebuah nama. Dan muncul wanita yang berusia sekitar 50 tahun yang masuk keruangan ini.

"Halo Tuan Putri, sebuah kehormatan bisa bertemu denganmu."

avataravatar
Next chapter