webnovel

The Max Level Hunter: Rahasia Dibalik Kabut

Hunter. Belakangan ini hal itu menjadi topik pembicaraan hangat. Sebuah pekerjaan yang sangat berbahaya, namun sangat menguntungkan. Di mata publik mereka adalah seorang pahlawan, seorang idol. Yama Kalana, seorang hunter dengan kondisi khusus yang membuatnya tidak bisa menaikkan levelnya membuatnya menjadi hunter terlemah. Tidak sedikit yang memintanya untuk berhenti saja, Tapi dia tetap melangkah dijalan itu. Tidak banyak yang dia harapkan, ia hanya ingin mendapatkan uang dan kembali dengan selamat tapi bahkan untuk memperoleh keinginan kecilnua itu dia harus berhadapan dengan maut. Dia bukan tidak ingin berhenti, tapi hanya ini satu-satunya cara dia mendapatkan uang dalam jumlah besar untuk melunasi hutang keluarganya. bukan sekali-dua kali dia harus menghadapi situasi hidup dan mati. Namun kali ini berbeda. ia tidak melihat adanya harapan ketika monster itu dengan mudah membantai sebagian besar hunter yang berburu bersamanya. Memancarkan teror ditiap langkahnya. Yama bisa saja kabur seperti biasanya, tapi dia tidak melakukannya kali ini. Ia memilih mengorbankan dirinya, melompat diantara seorang gadis dan monster itu. Berpikir kalau dia harus membalas budinya setidaknya sekali. "YAMA!" Suara melengking dari gadis itu memecah keheningan disana. Air matanya tak berhenti menetes ketika melihat lengan monster itu menembus tubuh Yama. 'Jadi inilah akhirnya?' Begitulah pikirnya, namun sesaat sebelum ia kehilangan kesadarannya ia mendengar suara asing yang mengatakan kalau semua persyaratan untuk membuka skill unique yang selama ini terkunci sudah terpenuhi. Apa maksud dari semua ini?

Nana_4ja · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

Skill Unique

"Itu... Levelku..."

"Levelmu?"

"Maksimal."

"Ka-kamu bercanda kan?" Mei benar-benar berharap kalau Yama hanya bercanda. Tapi dia sadar kalau Yama sedang tidak bergurau.

"Biar kuperjelas. Hunter terhebat yang kukenal adalah ketua asosiasi hunter Indonesia. Seingatku, level beliau itu 117. Bahkan di seluruh dunia tidak ada satupun hunter yang mencapai level maksimal. Tidak-tidak! Bahkan tidak ada yang tau batas level itu sendiri. Dan kamu bilang kamu memiliki level itu?" Yama membenarkannya, meninggalkan Mei dalam diam.

Meski sulit untuknya percaya, tapi Mei tidak bisa membantah ataupun memastikannya dengan kedua matanya. Terlebih Mei pernah secara tidak sengaja melihat kekuatan Yama yang terpendam, meski Yama sendiri tidak bisa mengingatnya. Meski begitu, Maksimal Level? Itu benar benar sangat liar. Siapapun pasti tidak akan menduganya.

Tidak cukup hanya dengan itu semua, ponsel Mei ikut berbunyi menambah beban pikirannya. "Baiklah, aku akan segera ke sana." Jawabnya pada seseorang yang berada di sambungan telepon itu. "Kamu.... Kamu diam disini! Oke? Ada banyak yang mau pastikan, jadi jangan kemana-mana. Dan jangan mencoba kabur!" Yama mengangguk mengerti.

"Awas aja kalau kamu meminta pulang tanpa persetujuanku!" Mei memastikan mengangkat tinjunya diakhir kalimatnya, berusaha mengancam laki-laki itu. Dia berusaha menahan Yama di sana sebisa mungkin, jika saja dia tidak mendapat panggilan itu bisa saja gadis itu akan duduk seharian di rumah sakit.

Usahanya memang patut diapresiasi. Tapi apa Yama akan mengikutinya begitu saja? Tentu saja tidak! Yama adalah seorang laki-laki yang masih dalam fase pemberontak! Ia menginginkan ketegangan! Darahnya mendidih menginginkan adrenaline! Dan disinilah dia, tidak sampai setengah jam dari Mei meninggalkannya sendiri dan sekarang Yama sudah di dalam lantai dasar menara pelatihan.

Ya, itu bisa dimaklumi. Hunter manapun pasti akan bersemangat kalau berada di posisi Yama. Berbeda dengan hunter lain, selama empat setengah tahun terakhir status miliknya tidak pernah berubah dan saat ini status itu untuk pertama kalinya berubah. Mana mungkin dia bisa duduk diam di rumah sakit. Salah kalau Mei mengira bisa menahan perasaan menggebu Yama dengan peringatan seperti itu.

"Jadi, skill unik apa yang kudapatkan setelah semua ini?"

[Skill]

<Pasif >

(Regeneration) Lv.5

(Master Of All Kind) Lv.1

[Unique skill]

<Pasif >

(Soul asimilation) Lv.1,

(Soul energy manipulation) Lv.1

(???) Lv.Max

<Active >

(Soul siphon) Lv.Max

(Soul drain) Lv.Max

"Kemana perginya Skill mana manipulation dan weaponaryku?" Gumamnya, meski begitu ia tetap terlihat senang dengan semua skill itu. Perlahan ia mulai membuka satu persatu jendela diskripsi dari skill-skill miliknya.

<Pasif: Master Of All Kind Lv.1>

Merupakan tingkat akhir dari cabang kemampuan weaponary.

- Meningkatkan proficiency sebesar 15% dalam menggunakan segala macam senjata.

- meningkatkan status senjata sebesar 15%

- Memberikan kemampuan untuk menilai kualitas dan kemampuan sebuah senjata.

<Unique Pasif: Soul Asimilation Lv.1>

Memberikan pengguna kemampuan untuk berasimilasi dengan dunia orang mati. Memungkinkan pengguna melihat inti dan esensi pembentuk jiwa, kemampuan untuk memberikan perintah pada jiwa dalam radius 1m, juga kemampuan untuk mengakses Soul-Energy namun menutup kemampuan untuk menggunakan mana secara utuh. Soul-Energy merupakan sumber energi unik yang jauh lebih destruktif dan sulit dikendalikan dari energi mana.

<Unique Pasif: Soul Energy Manipulation Lv.1>

Merupakan kemampuan untuk mengendalikan Soul-energy, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan tempur pengguna.

<Unique Active: Soul Siphon Lv.Max>

(Kalimat perintah: Belum ditentukan.)

Setelah mengucapkan kalimat perintah, membantu para jiwa yang sudah mati untuk melepaskan sebagian ingatan dan pengalaman semasa hidupnya dengan mengambil kabut yang menyelimutinya lalu mengirim jiwa yang sudah bersih kembali lautan jiwa.

-Penyesalan dari ingatan-ingatan itu menciptakan kabut pekat yang dapat membuat para jiwa tersesat dan tidak bisa menemukan jalan menuju lautan jiwa.

<Unique Active: Soul Drain Lv.Max>

(Kalimat perintah: Belum ditentukan.)

Setelah mengucapkan kalimat perintah, membantu para jiwa untuk melepaskan sisa energi magis yang tertinggal pada jiwa mereka, menjadi rantai yang mengikat mereka. Dengan menghisap api itu, membantu para jiwa terbebas dari dunia dan mereka dapat kembali ke lautan jiwa.

-Api itu pada dasarnya adalah sisa-sisa energi sihir milik mereka. Setelah mereka meninggalkan tubuhnya, itu justru menjadi rantai yang mengikat mereka. selama api itu menyala mereka tidak akan bisa pergi ke pemberhentian selanjutnya.

"Apa aku sedang membaca puisi atau semacamnya?" Tanyanya saat membaca deskripsi skill barunya. Meski tidak memiliki banyak skill, tapi dia tau setidaknya skill-skill tadi benar benar berbeda dengan skill yang dia tau.

Setidaknya setelah membaca deskripsi skill, kita akan tau apa kegunaan skill tersebut. Jangankan menjelaskan apa skill tersebut, Yama justru merasa sedang membaca puisi klise saat membaca deskripsinya terutama dua skill terakhir. Membuatnya bertanya-tanya apa maksud dari itu semua. Tapi ada satu hal yang pasti, selain skill pasif "master of all kind" dan "soul-energy manipulation", skill lainnya bukanlah skill untuk bertarung.

Namun ada satu hal yang menjanggal pikirannya. "Stats windows."

[STATS]

<HP: 250>

<S-E: 100>

<STR: 10>

<AGI: 10>

<VIT: 10>

<INT: 10>

<SENSE: 5>

"Apa-apaan dengan stats ini?!" Semua rasa gembira itu hancur seketika ketika melihat statsnya yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Bagaimana bisa seseorang mencapai level maksimal dengan status seperti itu?

Meski begitu Yama tidak merasa begitu kecewa, karena dia sudah terbiasa dengan stats tersebut. Yama terus memperharikan statusnya dengan sesama dan menyadari kalau stats mana miliknya menghilang dan sekarang sudah diganti dengan stats S-E.

"Apa itu maskudnya Soul-Energy?" Gumamnya. Itulah hal pertama yang ada dipikirannya, terutama karena stats itu beberapa kali disebutkan dalam deskripsi skill miliknya.

"Biarpun tidak ada skill bertarung, setidaknya aku harus melihat performa skill yang sudah ditingkatkan, kan?" Gumamnya. Berbekal rasa penasaran itu, Yama mulai berkeliling mencari seekor monster yang bisa dia jadikan lawan tanding. Meski sedang bersemangat, Yama masih harus memilih lawan tandingnya karena mau bagaimanapun statnya tetaplah sama.

Setelah berkeliling cukup lama, Yama akhirnya menemukan Slime yang terpisah dari kelompoknya. Setelah memastikan tidak ada Slime lain yang akan datang membantunya, ia pun menerjang monster lucu itu.

Berbekal sebuah belati, ia mulai melayangkan serangannya pada slime itu. Seperti yang diperkirakan Yama, tekstur tubuh slime yang kenyal meski serangan Yama mengenai slime itu tapi karena daya serangnya yang buruk serangannya cuma melewati slime itu tanpa memberikan kerusakan yang berarti. Tentu saja serangannya tidak berhenti disana. Yama kembali melayangkan serangannya, namun kali ini tepat sesaat setelah belatinya mengenai tubuh slime ia mengalirkan energi sihir miliknya. Namun tak disangka energi barunya begitu sulit dikendalikan memaksanya melepaskan energi itu begitu saja.

Yama menganga saat melihat tubuh slime itu hancur berkeping keping dengan satu serangan itu. Ia ingat dengan jelas saat menggunakan Mana ia butuh beberapa serangan untuk mengalahkan Slime, namun kali ini satu serangan yang bahkan tidak bisa ia kendalikan tidak hanya meledakkan slime itu menjadi berkeping keping itu juga menciptakan bekas goresan yang melobangi tanah dan memotong pohon dijalurnya. Tangan Yama pun turut gemetaran akibat serangan itu. Ia bisa saja mematahkan lengannya jika tidak secepatnya melepaskan energi tadi. Bahkan belati yang ia pakai sudah mencapai batasnya hanya dengan satu serangan tadi.

Kekuatan energi itu persis seperti deskripsinya. Destruktif dan liar. Tapi Yama tidak pernah menyangka akan sedestruktif itu. Penasaran sebanyak apa energi yang ia gunakan untuk serangan itu, Yama membuka jendela status miliknya.

<HP: 250>

<S-E: 65 100>

"Bahkan tidak sampai setengahnya?" Yama terkesan. Jika itu adalah energi sihirnya yang dulu-Mana, bahkan setelah menggunakan lebih dari setengah energi miliknya dampak yang dihasilkan tidak sampai sekuat ini. Meski terkesan, Yama juga cukup khawatir karena tubuhnya tidak bisa mengatasi energi barunya yang sangat destruktif terlebih karena ia belum bisa mengendalikan energi ini dengan benar. Yama bisa saja melukai dirinya sendiri ketika mencoba menggunakannya dalam Raid. Itu bisa saja terjadi, serangan barusan ia bahkan belum mencoba menahan energi itu cukup lama dan tubuhnya sudah gemetaran hebat. Ia harus memikirkan cara untuk mengendalikan energi itu secepatnya, setidaknya sampai ia bisa mengendalikan besarnya energi menyamai batas toleransi tubuhnya.

"Jadi itu bola jiwa, ya?" Yama menyadari sesuatu ketika ia memeriksa jendela statusnya.

Sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya muncul di atas sisa-sisa tubuh slime yang meledak. itu setidaknya tercipta dari empat element yang berbeda, sebuah titik cahaya menjadi inti dari bola jiwa tersebut. Cahaya cukup terang bahkan ketika ia dilapisi oleh bayangan hitam pekat cahayanya masih mampu menembus keluar, membuatnya tampak layaknya bulan di malam hari. Sementara api biru yang menyala terang, berkobar membakar bayangan hitam yang seakan menelan cahayan itu berusaha menyelamatkannya dari kegelapan tersebut. Sebuah kabut pekat memaksa keluar dari balik bayangan itu, membalut sang api agar tidak membakar segalanya. Semuanya bekerjasama memastikan tidak ada yang mendominasi, menciptakan bola jiwa yang begitu indah.

"Lalu apa yang harus kulakukan dengan ini?" Yama benar-benar dibuat bingung dengan semua hal baru ini. Ia kembali membaca skill miliknya dengan seksama berharap mendapatkan jawaban.

"Kalimat perintah belum ditentukan, ya? Terus gimana caraku menentukannya?"

Yama mencoba beberapa cara namun tidak ada yang berhasil. "Soul drain?" Gumamnya ragu.

*Ting

[Tentukan Kalimat perintah untuk menggunakan soul drain.]

"Kalimat perintah, ya? Karena aku memintanya melepaskan sisa energi kehidupanya..." Gumamnya. "Rest."

*Ting

[Kalimat perintah untuk soul drain ditentukan.]

[Untuk selanjutnya gunakan kalimat perintah untuk menggunakan soul drain.]

sedetik setelah jendela itu keluar api biru pada bola jiwa itu mulai membesar dan melahap baik bayangan maupun kabut pada bola jiwa ituz menyisakan setitik cahaya disana. Tiap percikan api biru yang menjauh dari bola jiwa itu berubah menjadi kupu-kupu dengan sayap api biru, terbang menuju Yama. Mengelilinginya sebelum tubuh Yama menyerap mereka.

Yama terjatuh diatas lututnya. Dadanya sesak seolah olah sedang ditusuk, napasnya memberat. Sensasi yang dingin nan asing yang sangat mencekam muncul entah darimana seolah ada sesuatu yang amat menakutkan telah tiba, membuat seluruh bulu kudupnya berdiri. Namun di detik berikutnya ia merasakan sebuah ketenangan dan kehangatan. Semua perasaan yang berbeda beda terus berdatangan entah darimana, tanpa ia sadari semua itu membuatnya meneteskan air mata. Ia sendiri juga tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, ia seperti merasakan emosi yang bukan miliknya. Namun satu yang pasti sesaat setelah seluruh api biru itu menghilang hanya tertinggal setitik cahaya disana sebelum akhirnya cahaya itu berbang dan bergabung dengan bintang.

"Apa itu sebenarnya?" Tanyanya penuh kebingungan. Namun sebuah sederhana menjawab semua pertanyaannya.

*Ting

[Soul drain digunakan.]

10 energi jiwa dipulihkan.

Yama dengan cepat membukan jendela statusnya.

<HP: 250>

<S-E: 75 100>

"Itu memulihkan energiku? Tapi apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyanya kebingungan. Ada banyak hal yang masih belum ia mengerti. Karena itu ia kembali mencari slime yang terpisah dari kelompoknya dan menyerangnya, setelah melakukannya lagi sebanyak tiga kali, tubuhnya sudah benar benar tidak bisa menahan energi jiwa yang ia keluarkan. Kedua tangannya juga sudah mati rasa, terutama saat dua percobaan terakhir dia hanya menggunakan tangan kosong untuk mengalirkan energi tadi.

"Aku belum mencoba skill yang satunya kan?" Ia teringat kalau belum mencoba satu skill lagi. Tapi mengingat kalau soul drain yang hanya memulihkan energi memberikan tekanan sebesar itu. Yama bahkan sempat mengeluarkan isi perutnya saat menggunakan "souls drain" yang ketiga kali. Karena itu Yama harus bersiap untuk situasi terburuk terlebih karena tubuhnya tidak sebaik sebelumnya.

"Soul Siphon." Suaranya lirih.

*Ting

[Tentukan Kalimat perintah untuk menggunakan soul siphon.]

Yama perlahan memejamkan matanya, menarik napas dengan dalam mempersiapkan dirinya menerima apapun yang akan ia hadapi setelah ini. "Let go."

*Ting

[Kalimat perintah untuk soul siphon ditentukan.]

[Untuk selanjutnya gunakan kalimat perintah untuk menggunakan soul siphon.]

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini kabut yang memebuhi bola arwah itu merembes keluar, tiap saatnya jumlahnya membesar hingga berhasil menelan baik bayangan maupun api biru yang semula membantu mencipkan bola arwah menyisakan titik cahaya yang sama seperti sebelumnya. Tiap kabut yang keluar dari bola arwah itu terhisap ke dalam tubuh Yama.

Tiap kali tubuh Yama mengisap kabut, sebuah terputar sebuah kenangan kecil di kepalanya layaknya klip-klip video pendek. Perlahan itu semakin banyak dan mulai tak terkendali. Penyesalan, dendam, tangis, kenangan, dan cinta. Semua memori itu bukanlah kenangan yang ia alami sendiri, meski begitu semua itu memenuhi kepalanya.

Yama menggeram karena tak mampu memproses semuanya. Kedua tangannya memegangi kepalanya seolah olah itu akan meledak. Dengan cepat yama jatuh di atas lututnya. Setelah semua itu berakhir, sama seperti sebelumnya hanya tersisa setitik cahaya sebelum akhirnya itu juga terbang dan bersatu dengan bintang bintang.

Napas Yama tidak beraturan, tubuhnya gemetaran, pikirannya kosong. Meski dia tau itu semua bukan ingatan miliknya, tapi ia merasakan semua hal itu seolah dia sendiri yang melakukannya. Yama sampai linglung dibuatnya. Jika saja itu tidak muncul Yama pasti melupakan siapa dirinya.

*Ting

[Soul siphon digunakan.]

Mendapatkan 1 point VIT

Sebuah senyum terukir di bibirnya. Meski napasnya memburu, ia mengumpulkan sisa tenaganya. "Status windows." Suaranya gemetaran.

HP: 30/110

Soul energy: 25/100

STR: 10

AGI: 10

VIT : 11

INT: 10

SENSE: 5

"Akhirnya... Aku bisa jadi lebih kuat...." Ia berhasil menyelesaikan kalimatnya sebelum akhirnya tumbang.

***

"Tuan, Hunter Melinda sudah datang." Suara lembut dari balik pintu itu memecah keheningan disana.

"Biarkan dia masuk." Balas pria paruh baya itu. Detik berikutnya Mei masuk ke ruangan kerja itu, dengan wajahnya yang cukup kesal. "Selamat datang di kantorku, Hunter Melinda. Ah, maafkan pria tua ini. Saya lupa kalau anda secara pribadi meminta untuk tidak memanggil anda dengan nama asli anda. Bukankah begitu, Hunter Mei?" Sambut pria paruh baya itu selagi mempersilahkan Mei untuk duduk di sofa yang ada di sana.

"Jadi, apa yang membuat Hunter sehebat anda memanggilku secara personal?" Mei memberanikan dirinya untuk mengatakan itu, agar ia tidak dipandang rendah oleh lawan bicaranya. Tapi usahanya sia-sia. Pria itu berhadil membuat mei tertekan bahkan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Hampir membuat Mei jatuh diatas lututnya ketika ia melepaskan aura keberadaannya yang begitu kuat.

Pria itu tak perlu memperkenalkan dirinya, semua hunter di negeri ini pasti pernah mendengar namanya. Ketua Asosiasi Hunter Indonesia; Agung Giri Maheswara. Pria itulah yang saat ini sedang duduk di hadapan Mei.

***

Hunter Profile

Nama: Mei // Melinda Susilo Putri

Umur: 26 Tahun

Level: 79

Class: Healer // Druid

Rank: SR Rank (505 point stats)

HP : 71,300/71,300

Mana : 24,650/24,650

STR : 23

AGI : 22

VIT : 176

INT : 271

SENSE : 13

*Karena alasan pribadi ia mengajukan formulir resmi pada asosiasi hunter untuk mendaftarkan dirinya dan memanggilnya secara resmi dengan nama Mei. Namun beberapa hunter yang sudah mengenalnya sebelum ia menjadi hunter tetap memanggilnya dengan nama Melinda, membuatnya cukup kesal. Meski ia sudah sering mengoreksi mereka yang memangilnya dengan nama itu, tapi beberapa dari mereka lebih nyaman dengan memanggilnya begitu.