32 Luis' Boutique Sevintera

Tyra membulatkan mulutnya tak percaya begitu menyadari dimana dirinya berada saat ini. Tempat yang tak asing, cenderung familiar, karena memang pernah dikunjungi meski hanya sebentar. Rumah-rumah tradisional di pinggir danau tenang yang memisahkan mereka dari hutan lebat perbukitan itu Tyra hafal benar, tak perlu lama untuk mengingat kapan dan dengan siapa gadis itu pergi kesana.

Itu adalah penginapan yang disewa Gerald saat mereka berlibur beberapa waktu lalu di daerah pedesaan Perancis. Sekarang Tyra tak mengerti, apakah teleportasi bisa sejauh ini dilakukan?

"Jelaskan, apa lagi ini?" tuntutnya pada Noah yang nampaknya masih mengamati sekitar tempatnya berada. "Kau mengatakan Kita akan melintasi portal itu dan pergi ke Lyminael, tapi kenapa Kita malah berakhir disi ..."

"Bisakah Kau diam? Aku sedang berpikir!" sergah Noah, memang tak suka siapapun mengganggu aktivitas berpikirnya. Tyra hanya menaikkan sebelah bibirnya, "Kau yang membawaku kesini, Bodoh!"

"Bukan Aku! Tapi Kau!"

"Kau sendiri yang membuka portal dan menarik Kita masuk ke dalamnya dan terlempar kesini!" bantah Noah. Sepasang mata beriris biru itu membulat memarahi Tyra, membuat gadis itu sedikit ciut, "B-bagaimana bisa Aku melakukannya?"

"Aku bahkan tak tahu apa-apa soal portal-portal aneh yang Kau maksud itu!" bantah Tyra tak terima, meski sebenarnya merasakan lonjakan 'energi' dari tubuhnya sendiri begitu cahaya diantara dua pohon oak itu muncul.

Lonjakan dan sensasi energi yang sangat aneh, tak biasa, dan membuatnya lemas seketika. Energi tubuh Tyra seolah terkuras, sesuatu terasa mengalir deras dari ujung pembuluh darah di kaki menuju jari-jari dan telapak tangannya.

Noah menghembuskan nafasnya hingga mengembun menjadi asap panjang di udara, "Aku pun tak mengerti kenapa Kau bisa melakukannya. Tapi yang jelas, Aku tak melakukan apapun ..."

Noah menatap Tyra lamat-lamat, "Energi yang Kau miliki ... bahkan melebihi energiku, Elleanor. Tak mudah membuka portal itu, pun tak sembarangan yang bisa," lanjutnya.

"Energi? Apakah Aku bisa mempercayai hal-hal seperti itu? M-metafisika?" pekiknya tak percaya. Noah hanya mengangguk, "Ya, mulai sekarang silakan Kau yakini potensimu."

Tyra memutar matanya malas, "Lalu apa setelahnya? Apa yang akan Kau lakukan untuk mengembalikan Kita ke apartemenku? Besok Aku harus kembali bekerja, dan Kau malah membuatku berada di Perancis?"

"Sepertinya bukan tanpa alasan Kita terlempar kesini alih-alih ke Lyminael ..." ujar Noah, menunjuk tanah tertutup rerumputan di tepi danau, mengundang Tyra melirik arah telunjuknya itu, "Ada apa disana?"

"Apa Kau sungguh lupa? Itu adalah titik pertama Kita bertemu."

"Ah ..." Tyra akhirnya ingat, "Kau memang pria aneh yang hanya bisa berkata 'just meet' itu, bukan?"

Noah mengerutkan dahinya, "Kenapa Kau masih membahasnya?"

"Kenapa memangnya? Kau memang aneh bahkan sejak pertama Aku melihatmu yang seperti hantu muncul di kamera milikku, Noah Clodio."

"Ya, Aku memang aneh, dan itu ... karena energiku masih tak cukup untuk muncul dalam wujud baik nan utuh sempurna seperti ini di hadapanmu," ujarnya.

Tyra menghembuskan nafasnya, mengusap wajah kasar seraya tertawa sarkas, "Narasi dongeng apa lagi ini, Ya Tuhan ..." keluhnya, masih dapat didengar baik oleh Noah. "Apa Kau ingin melanjutkan perjalanan ini?"

Tyra menggeleng, "Tidak perlu, lebih baik Kita berteleportasi kembali ke Jakarta. Sekarang, Aku ingin melanjutkan tidur."

Noah mengangguk, bermaksud menuruti saja keinginan Tyra. Namun tubuhnya seketika membatu di tempat begitu mendengar suara-suara halus tak asing dari sebelah kiri. Suara-suara yang sedikit tak nyaman itu dikenalnya, dan perlahan terdengar semakin jelas.

Tidak hanya telinga, namun seluruh tubuhnya turut merespon. Seperti saat Ia yang melintasi dua dimensi berbeda, sisi kiri tubuhnya yang sejalur sumber suara aneh itu seolah tertarik.

"Hey ..."

"Maaf, Elleanor, sepertinya Kau tidak bisa pulang malam ini."

****

SSAK!

Hahhh!

Dalam waktu singkat nan tak sempat terhitung, Tyra merasakan tubuhnya terhempas begitu saja. Tidak ada peristiwa yang Ia ingat selain Noah yang menarik tangannya tiba-tiba di tepi danau pedesaan Perancis tadi itu. Sekarang dimana lagi mereka?

Tyra menilai tempatnya berdiri saat ini adalah sebuah rumah, atau tepatnya rumah sekaligus toko. Matanya memicing begitu melihat sebuah mesin jahit kuno di ujung ruangan. Mesin berpedal itu nampak sudah usang, karatnya terlihat dari jarak sekian langkah, bersyukur masih terselamatkan dari debu dan udara lembap berkat sebuah mantel yang sengaja disampirkan menutupinya.

Menariknya, mesin seperti itu tidak hanya ada satu, tapi berderet beberapa di sudut ruangan yang lain, "Apakah ini toko pakaian? Butik?" tebaknya. "Hey Noah, Dimana ini? Lyminael?" lanjutnya.

Noah tak kunjung menjawab, pria itu sama sepertinya tadi, mengamati sekitar tempat mereka berada. Bangunan tua itu nampak tak berpenghuni, pun telah rusak di beberapa bagian.

"Aku rasa Kita ..."

NEEIGH!

NEEIGH!

HYA!

Noah berlari cepat, menarik Elleanor bersembunyi di balik tembok, menjauh dari pintu, jendela, atau apapun yang membuat mereka terlihat dari luar. Noah paham sekali, bahwa suara-suara kuda berpadu dengan sentakan sang pemacu yang barusan terdengar itu menandakan kawasan ini telah dikuasai oleh si bangsa serakah; Sleushus.

"Eumm ..."

"Diam." Noah membungkam mulut Tyra yang Ia himpit di tembok bata merah itu dengan tangan besarnya. Tyra membulatkan matanya seketika, lantaran Noah yang benar-benar dekat dengannya tanpa jarak barang satu sentimeter. Entah apa tujuannya, padahal masih banyak pijakan tersedia luas dibelakangnya.

HYAH!

HYAH!

Suara tapal kuda menghentak tanah itu masih terdengar. Noah tebak, mereka datang bergerombol, entah untuk tujuan apa, yang jelas hanya mengusik. Perlahan, suara itu memudar dan hilang, lalu Noah melepaskan tangannya, pun mundur dua langkah.

"Hahh!" Tyra menghembuskan nafasnya lelah, "Kenapa banyak kuda disana?"

Noah kembali memeriksa sekitar, kali ini lebih luas target pemeriksaan pria itu, menyusuri satu per satu ruangan di bangunan tua dengan tulisan 'Luis' Boutique Sevintera' yang terpampang dimana-mana.

Tyra hanya mengekor. Dalam kebingungan akan dimana Ia berada sekarang, diam-diam gadis itu takjub akan perintilan rumah tangga kuno khas abad pertengahan di rumah itu. Barang-barang itu bernilai seni tinggi menurutnya.

DUKK!

"Ah maaf!" pekik Tyra refleks, usai tak sengaja menabrak punggung luas Noah yang berhenti tiba-tiba di depannya.

"Tempat ini termasuk yang dihancurkan ..." ujar Noah pelan.

Tyra mengerutkan dahinya, "Dihancurkan? Kenapa ... ah, Aku ingat, ini maksud ucapannya bahwa ... negaramu tengah dalam ... peperangan?" tebaknya lagi. "Kuda-kuda itu, adalah kuda perang?"

"Berhenti menjadi cerewet, Elleanor," jawab Noah ketus. Namun nada bicara itu sejatinya lebih terdengar dingin nan sendu, sebabnya Tyra tak bisa lagi banyak bicara. Mungkin tebakannya itu benar, dan menjadi sensitif bagi Noah untuk mendengarnya.

"Luis ..."

Kembali Noah bergumam pelan, seraya matanya hanya menatap kosong ke atas meja dengan banyak pakaian tertumpuk. Satu lagi mesin jahit lengkap dengan jarum, benang, dan pengukur lingkar pinggang ada disana. Tyra simpulkan, tempat ini memang butik atau toko baju.

"Luis itu siapa? Kenalanmu?"

Noah mengangguk, "Lebih dari sekedar kenalan, dia adalah guruku ..."

Tyra hanya ber-oh ria, mengangguk-ngangguk seadanya, hingga Ia terkejut ketika Noah menarik bahunya, berhadap-hadapan langsung dengan pria itu, "Dengar, Aku tidak bisa menunjukkan bukti lebih jauh, tapi sampai sini Kau seharusnya sudah semakin percaya, bahwa Lyminael itu ada dan tengah menghadapi kehancuran ..."

"Ly-lyminael? Apakah Kita berada di Lyminael?"

Noah mengangguk, "Saat ini Kita berada di Dramiz Plaza, Sevintera. Negara bagian Kestrea, negara bagian asalku dan juga Ayahmu ..."

Tyra membulatkan matanya kembali, "A-ayahku juga ... berasal dari sini? Kes ... Kestrea?"

"Ya, dan seluruh negara bagian ini telah dikuasai oleh negar bagian lain yang sangat ambisius dan kotor."

"Aku tak mengerti ..."

Noah mengangguk, "Ya, Kau memang bodoh. Lebih baik Kau kembali ke Jakarta, ke apartemenmu sekarang juga. Aku akan mengantarmu ke depan portal. Setelahnya ... kembalilah sendiri."

"Bagaimana denganmu? Aku bahkan tak tahu jalan pulangnya!"

"Aku tidak bisa meninggalkan tempat ini lagi. Aku harus melakukan sesuatu, dan terima kasih padamu, karena jika bukan karena kekuatan energimu, Aku tak akan sampai disini ..."

"Sialan, Kau hanya memanfaatkanku rupanya?"

"Bukan begitu, Elleanor Bodoh Tyra. Kau memang tidak akan bisa tinggal disini, terlalu berbahaya. Kembalilah, Aku pastikan Kau akan sampai ke rumahmu dengan aman tanpa kurang apapun, dan ..." Noah meneguk salivanya sendiri, "Tolong tunggu Aku kembali ..."

avataravatar
Next chapter