webnovel

Chapter 28

Malam berbalut gemerlapan bintang telah membuat suasana semakin romantis. Ditambah lagi dengan iringan saksofon semakin menambah sisi keromantisannya.

Pilihan Mama memang tidak pernah salah. View di restaurant ini memang sangat bagus. Wajar kalau Mama jatuh cinta dengan suasananya yang benar - benar ... uh, romantis. Dan seandainya saja kau ada di sini, sayang. Kita pasti melewatkan makan malam ini dengan penuh keromantisan dibawah lampu temaram. Batin Calvino dengan kedua mata memejam rapat.

Sekilas terlintas bayang akan Kiara. Bersamaan dengan itu manik coklat terbuka sempurna.

Frustasi, itulah yang dia rasakan ketika bayang akan Kiara kembali menyergap. Oh, Kia ... kenapa bayang mu selalu saja datang menyergapku. Siapakah kau ini sebenarnya, Nona Kia?

Wajah Calvino tampak gusar dan hal itu pun tak pernah lepas dari pengamatan kedua orang tuanya sehingga memaksa keduanya saling melemparkan pandang. Meskipun begitu tidak ingin bertanya banyak hal. Kedua orang tua Calvino tak pernah ingin mencampuri urusan pribadi sang putra.

Namun, tidak dengan yang terlihat saat ini ketika tatapan Calvino tampak mengunci ke satu sisi.

"Vin, lihat apa sih?" Tanya Dreena.

Calvino tidak juga menjawab. Wajahnya kian menegang berpadukan dengan tatapan yang masih saja mengunci ke arah tersebut sehingga memaksa Dreena - Bram melemparkan tatapan ke arah yang sama. "Sepertinya itu Lenata, Pa."

"Kau betul sekali, Ma. Itu memang, Lenata. Apa yang dia lakukan ditempat ini? Dan yang disebelahnya itu bukankah, Kenan?"

Kebingungan masih saja menyelimuti wajah keduanya hingga melayangkan pertanyaan kepada putra tercinta. Belum juga Calvino menjawab. Keduanya sudah sangat dikejutkan dengan kehadiran Lenata yang menyapa Bram - Dreena.

"Selamat malam juga, Nona Lenata." Jawab keduanya secara bersamaan berpadukan dengan seulas senyum hangat.

"Bukankah seharusnya kau di London? Apa yang kau lakukan di tempat ini?" Tanya Dreena dengan tatapan memicing.

Yang ditanya tampak mengulas senyum hangat sehangat pelukan sang kekasih. Setelahnya, ekor matanya tampak melirik ke arah Calvino. "Kedatangan saya ke restaurant ini memenuhi undangan kekasih saya, Mrs. Kafeel."

"Oh, iya." Berpadukan dengan menelisik ke sekeliling. "Mana kekasih mu?"

Lenata tidak menjawab. Dia memilih diam dengan menutup rapat bibirnya. Sementara itu, ekor matanya melirik tajam ke arah Calvino. Sialnya, yang di lirik seperti tidak merespon. Calvino terlihat memanjakan siluet coklatnya pada layar ponsel.

"Sembari menunggu kekasih mu datang. Lebih baik duduk saja di sini. Dari pada di sana sendirian."

Huh, Mama ini apa - apaan sih. Ngapain juga meminta Lena untuk duduk di sini. Kesal Calvino.

Belum juga reda rasa kesal. Calvino semakin dibuat kesal ketika Bram juga melakukan hal yang sama.

Tanpa dapat tertepis. Rahang tegas mengeras, wajah mengetat, sorot mata berubah nyalang. Bahkan kedua tangan tampak mengepal erat hingga buku - buku jari memutih. Kalau sudah seperti ini ingin rasanya meninjukan tangannya ke dinding berulang kali sebagai luapan dari amarahnya saat ini.

"Vin, tidak apa - apa kan kalau Nona Lenata bergabung dengan kita selama menunggu kekasihnya datang?"

Seketika itu juga bibir kokoh mengulas senyum berpadukan dengan tatapan menghangat. "Tentu saja, Ma."

Setelah itu ditatapnya Lenata dengan tatapan tajam mematikan. "Silahkan duduk, Nona Lenata."

"Terima kasih, Mr. Calvino."

Dapat Calvino tangkap manik hitam menyirat kebahagiaan berbalut kesedihan. Dan inilah naluri sebagai kekasih sehingga sebelah tangan merentang pada sandaran sofa. Sialnya, Lenata langsung merespon dengan sangat posesif. Dengan mengulas senyum penuh cinta dia pun mendudukkan bokongnya disisi kekasih tercinta.

Tak ayal tatapan Dreena - Bram membeliak sempurna. Tak mau diserang dengan berbagai pertanyaan. Ditatapnya Lenata dengan tatapan penuh arti. "Lebih baik Anda pindah tempat duduk, Nona Lenata. Bagaimana kalau Anda duduk disebelah sana?"

Ekor mata Lenata melirik pada arah pandang Calvino. Seketika itu juga memberengut kesal. Tak sepantasnya dia diperlakukan dengan cara seperti ini. Dia ini kekasih Calvino, calon istri Putra Kafeel, dan pastinya sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga ini. Namun, malam ini dia pun diperlakukan layaknya orang asing.

"Saya tidak mau kekasih Anda salah paham melihat Anda duduk disebelah saya, Nona Lenata."

Kekasih ku itu ya kau, Vin. Bagaimana bisa kau bersandiwara didepan orang tua mu seperti ini. Benar - benar menyedihkan. Dasar laki - laki tidak bertanggung jawab. Umpat Lenata.

"Yang dikatakan oleh Calvin memang ada benarnya, Nona Lenata." Dreena menambahkan dan tentu saja hal tersebut membuat Lenata semakin disergap rasa kesal luar biasa.

Ingin rasanya langsung memberitahu bahwa Putra Kafeel lah kekasihnya. Namun, dia tidak mau merusak malam yang sangat indah ini menjadi berantakan karena keegoisannya. Tetapi dia juga tidak tahan diperlakukan dengan tidak hormat.

Akhirnya Lenata msmutuskan untuk mengungkap kenyataan sebenarnya. Dan bersamaan dengan itu bibir Lenata terbuka hendak mengatakan sesuatu. Sialnya, Lenata harus berbesar hati merelakan keinginannya tersebut ketika sang manager datang dengan diekori oleh para pelayan.

"Selamat malam, Mr & Mrs. Kafeel. Mohon maaf mengganggu waktunya. Ijinkan kami menata hidangan ini ke-"

"Silahkan!" Potong Bram cepat kemudian ditatapnya istri tercinta. "Tuh, Ma makanan kesukaan Mama datang. Kau tentu sudah tak sabar untuk memanjakan lidah kan?"

Tidak ada jawaban dari bibir Dreena selain seulas senyum sebagai jawaban dari pertanyaan suami tercinta.

Para pelayan tampak cekatan menata hidangan ke atas meja sehingga tak butuh waktu lama semua hidangan sudah tersaji, terlihat sangat menggoda seolah memanggil - manggil untuk segera disentuh. Tanpa dapat dipungkiri Dreena pun dibuat berulang kali menelan kasar saliva.

"Semua sudah sesuai dengan pesanan Anda, Sir. Silahkan dinikmati. Saya permisi," ucap sang manajer dengan setengah membungkukkan badan. Namun, sang manager tak pernah benar-benar pergi dari sana. Dia terlihat berdiri tak jauh dari posisi para tamu spesial malam ini. Sementara itu, didekat mereka para pelayan tampak berjejer rapi untuk melayani apapun yang mereka butuhkan.

Saat ini keluarga Kafeel melewatkan acara makan malam tanpa sepatah kata pun yang mengiringi pergerakan bibir kecuali decap kenikmatan dari hidangan terbaik yang telah di eksekusi oleh chef professional.

Pilihan Mama memang tidak pernah salah. Menu masakan di restaurant ini benar - benar sangat lezat. Pastinya Calvin akan sering - sering berkunjung dan tentunya dengan kau, sayangku. Batin Calvino.

Seketika itu juga bayang Kiara kembali melintas. Entah kenapa setiap kali membayangkan sesuatu yang sangat romantis. Pasti bayang Kiara lah yang datang menghampiri.

Oh, ada apakah ini? Batin Calvino beriringan dengan sileut coklat yang memejam sejenak coba meredam detak jantung setiap kali mengingat akan satu wanita bernama, Kiara Larasati.

Uh, Nona Kia. Bayang Anda kembali datang menyergap, menyiksa bahkan terasa merasuk ke setiap aliran darah. Meskipun kita belum pernah bertemu, akan tetapi jiwa kita sudah menyatu, saling melengkapi hingga tak lagi ku rasakan kekosongan. Batin Calvino.

Ini gila. Benar - benar gila. Sudah ada kekasih tercinta disisi, akan tetapi sang billionaire malah membayangkan wanita lain yang bahkan belum pernah dia jumpai secara nyata.

🍁🍁🍁

Next chapter ...

Hai, guys!! Terima kasih ya masih setia menunggu kelanjutan dari cerita Calvino. Dukung selalu dengan memberikan power stone atau komentar, karena itu sangat berarti untuk kelanjutan dari cerita ini. Peluk cium for all my readers. HAPPY READING !!

Yezta_Auroracreators' thoughts
Next chapter