webnovel

02. KENAPA BISA TAHU?

Satu kabar yang saat ini terdengar ricuh di area sekolahnya itu membuat Claire tidak bisa berbuat lebih. Entah kenapa dirinya merasa sangat bersalah telah membiarkan mereka pergi, padahal dia tahu sendiri bahwa pastinya mereka semua tidak akan pernah mau untuk mendengar ucapannya kemarin.

"Kasihan mereka semua berakhir di rumah sakit."

Claire hanya bisa mendengar berbagai cerita yang murid di sana lontarkan. Tidak berniat bertanya apalagi ingin tahu lebih banyak lagi mengenai hal tersebut. Namun sepertinya dia harus menjenguk siswi yang kemarin Claire tegur itu di rumah sakit. Semoga saja niat baiknya itu di terima oleh mereka semua tanpa berpikir hal buruk tentangnya.

Walau belum mengenal betul murid di sana, Claire ingin melihat keadaan mereka semua. Sikapnya memang dingin, tatapannya memang tajam, namun tidak menjadikan sikap baiknya ikut menghilang setelah dunia lamanya lenyap seolah terbawa angin dengan sekejap.

Tidak peduli dengan cibiran mereka nanti jika Claire menampakkan diri di hadapan para siswi itu.

"Claire."

Langkahnya terhenti ketika Claire mendengar suara panggilan untuknya. Dia melirik melewati ekor matanya. "Ada apa, Vero?" balas Claire tetap dengan raut dingin.

Lelaki yang saat ini tepat berada di hadapan Claire mengulas senyuman. "Lo mau kemana?" tanyanya.

Claire menghela napas. "Kelas." ucapnya singkat.

Vero meringis pelan. Padahal dia ingin sekali mengajaknya ke kantin setelah kemarin Claire menolak ajakannya pulang bersama sebagai permintaan maafnya. Vero jadi canggung harus mengucapkan apa lagi jika nanti Claire kembali menolak tawarannya.

"Kalau mau ke kantin, silahkan saja." sahut Claire melihat gelagat cowok di depannya.

Vero terkejut, mulutnya sedikit terbuka. Kenapa cewek itu bisa tahu apa yang ada dalam pikirannya? Padahal Vero belum mengucapkan kata ajakan, tetapi kenapa langsung saja di sambar?

"Ga perlu kaget. Aku bisa baca pikiran kalian." Claire melongos pergi setelah mengakatan hal itu.

Vero menatap kepergiannya. "Masa iya bisa baca pikiran gue? Atau dia cuma gertak karena ga suka gue deketin, ya?" bukannya dia tidak mempercayainya, namun entah kenapa Vero memang ragu jika Claire bisa mengetahui apa yang sedang dia pikirkan.

Bisa saja hanya kebetulan karena masih waktunya istirahat. Claire hanya menebaknya dengan sangat tepat, Vero menggeleng pelan merasa tidak ada yang harus di khawatirkan mengenai itu. Lain waktu pasti dia bisa mengajaknya berbincang lebih.

Claire tidak pernah secuil pun memperlihatkan senyuman, tatapannya yang tajam. Tidak hanya teman satu kelasnya yang menganggap Claire terlihat begitu kaku, namun juga mereka semua acuh dengan kehadiran murid baru seperti Claire ini. Mungkin hanya Vero satu-satunya orang yang sudah dua kali memanggil Claire mengucapkan namanya. Walau baru bertemu saat hari pertama Claire masuk sekolah di sana, Vero adalah orang pertama yang berani berbicang bahkan pernah mengajaknya untuk mengantarkan pulang.

Hanya cowok itu yang tidak menganggap Claire aneh seperti murid lain yang melihat Claire sebagai sosok yang … misterius.

Vero berbeda dari yang lainnya. Walau sesekali dia berpikir bahwa Claire itu masih marah karena kejadiannya yang tidak sengaja menabrak bahu cewek itu. Vero belum juga menyadari bahwa sikap ketus dan jutek dari Claire memang lah sudah seperti itu. Bukan karena alasan Claire marah atau sampai tidak menyukai Vero.

Tetapi memang itu lah sikap asli dari dunia barunya yang menyerap hingga saat ini.

Claire duduk di bangkunya tanpa melirik ke arah manapun. Dia berusaha untuk menghiraukan sesosok makhluk yang juga duduk di pojok dengan suara nyanyiannya. Ada rasa sesal karena keadaan kelasnya begitu sepi, hanya ada tiga orang yang berada di sana di tambah Claire yang kurang nyaman dengan nyanyian dari sosok tersebut.

Claire lebih sering berpura-pura tidak melihatnya jika tidak ingin kembali di cap aneh oleh para murid di sekolahan barunya. Lebih baik memang Claire seperti itu daripada kejadian di rumahnya kembali terulang. Kakaknya akan lebih menaruh curiga padanya jika ketahuan Claire berbicara sendirian tanpa ada lawan bicaranya.

Jika itu terjadi apa Kakak nya akan menganggapnya aneh juga?

Claire masih merahasiakan apa yang saat ini terjadi padanya. Mungkin suatu saat nanti satu-satunya orang yang Claire sayangi itu akan tahu juga dengan masalah yang di hadapinya. Entah harus bagaimana lagi jika ada bayangan tentang masa yang akan terjadi pada orang sekitarnya.

Claire ingin normal seperti dulu. Dunia barunya terlalu seram dan mengerikan untuknya. Claire ingin hidup tenang tanpa ada bayangan serta pikiran buruk dari orang. Apa mungkin kemampuannya bisa di sirnakan? Claire lebih memilih hidup seperti biasanya tanpa merasa ada beban karena kemampuannya tersebut.

"Eh, Za. Pulang dari sini lo mau kemana?"

Claire melirik melalui ekor mata ketika tiga orang cowok yang berada sedikit jauh dari tempatnya duduk itu sedang berbicang. Lebih tepatnya sesosok yang masih saja mengumandangkan nyanyiannya di pojokkan yang paling dekat dengan para siswa di sana tengah menatap para cowok itu dengan sinis.

"Nongkrong kayak biasa. Emangnya lo kaga pada kangen ama temen kita yang pulang dari luar kota?" Reza, salah satu cowok di kelasnya yang paling nakal. Claire dapat merasakan sisi negatif dari cowok itu.

Teman satunya menyahut, "Widih, gue ikut lo lah."

"Boleh aja, sih. Lagian dia juga undang lo pada buat nongki bareng." balas Reza dengan santai.

Satu temannya mendecak kecil. "Gue ga bisa, Za."

"Emang lo mau kemana, Ki?" tanya satu temannya yang bernama Azis.

Iki tersenyum. "Cewek gue minta makan siang di luar. Sori pokonya ga bisa ikut lo pada ngumpul." ucapnya sedikit tak enak.

Reza tersenyum simpul. "Santai aja kali, Ki. Kita mana pernah maksa temen sendiri buat ikut gabung."

Claire masih mengamat sekitarnya. Sesosok dengan bibir robek hingga mendekati pelipisnya itu menghentikan suara nyanyiannya ketika para siswa yang asyik mengobrol di tempatnya itu seolah ada sesuatu hal yang akan di lakukannya. Claire tidak akan diam.

Suara para siswi mulai memasuki kelas satu persatu membuat kelasnya semakin ramai oleh gema dari mereka semua. Saat Claire menoleh sedikit, sesosok itu menghilang tanpa Claire ketahui dan rasakan. Namun itu lebih baik agar Claire bisa leluasa untuk memberitahukan hal apa yang akan terjadi pada cowok yang mengobrol tadi.

Keselamatan mereka sedang di pertaruhkan. Kemarin Claire gagal mencegah siswi yang saat ini sudah jelas celaka, kali ini dia harus bisa membuat cowok-cowok itu percaya padanya. Sekalipun akhirnya di kata aneh. Claire akan menanggung cibiran apapun itu asal mereka bisa di selamatkan oleh kemampuannya.

"Claire." salah satu siswi memanggil Claire dengan suara lembut, cewek itu menolehkan kepalanya sedikit.

"Lo kalau mau gabung sama kita sini aja."

Claire kembali menatap lurus ke depannya dan menjawab, "Tidak perlu."

Dalam hati siswi itu mendengus sambil mengerutu, murid baru saja sok jutek dan sok misterius.

"Kalau tidak suka kenapa mengajak aku bergabung?"

Creation is hard, cheer me up!

Carrellandeouscreators' thoughts
Next chapter