webnovel

01. SEKOLAH BARUNYA

Claire bangun pagi seperti biasa untuk berangkat ke sekolahannya, walau pasti tidak akan ada perubahan apapun untuk kehidupan barunya. Claire juga tidak merasa begitu hampa karena tidak bisa lagi sarapan bersama dengan kedua orang tuanya. Setidaknya Claire masih ada orang yang sangat peduli dan menyayanginya di saat semua orang justru menjauhinya dengan rasa takut.

"Kakak, antarkan kamu ke sekolahan baru, ya."

Sudah empat kali Claire berpindah sekolahan yang berbeda antar kota karena pekerjaan dari Kakak nya. Tidak mungkin juga Claire menolak sikap baik yang sudah dia dapat sedari kecil dari sang Kakak.

Kepalanya mengangguk. "Kak Leon, harus pulang sore." ucapnya seperti perintah.

Kakak nya mengulas senyuman. "Iya."

"Jangan pakai parfum yang biasa di pakai."

"Memangnya kenapa?"

Leon tidak pernah tahu apapun dari kelainan yang ada dalam diri Claire. Namun pernah suatu ketika dia mendengar suara Claire yang sedang mengobrol dengan seseorang tanpa ada suara dari lawan bicaranya. Keanehan yang Leon dapati tidak di jadikan masalah karena dia berpikir, mungkin adiknya sedang menerima telfon dari temannya. Lagi pula Leon hanya melewati kamar adiknya tanpa tahu kebenarannya.

"Kak."

Leon tertawa kecil sambil menjawab. "Iya, iya. Kakak, akan menurut. Walau pun … Kakak, belum mengerti apa maksud kamu yang selalu melarang setiap apa yang akan di gunakan."

"Claire, ingin semuanya baik."

Jawaban yang tetap sama. Leon sebagai anak tunggal serta berkewajiban untuk menjaga adik semata wayangnya itu akan memaklumi saja sekali pun dia memendam rasa ingin tahunya terhadap sikap Claire yang berubah semenjak peristiwa kecelakaan yang lalu.

"Sepertinya ini untuk terakhir kali kita berpindah tempat tinggal selain sekolah kamu. Perusahaan yang lama sudah di tangani oleh orang kepercayaan, Papa. Jadi kita bisa fokus dalam aktivitas masing-masing. Semoga kamu juga betah tinggal di sini, ya."

Claire kembali mengangguk. "Asalkan kita tetap bersama."

Selain sikapnya yang aneh juga perilaku Claire yang lama menghilang begitu saja seakan sosok di dekatnya ini bukan lah adiknya yang sebenarnya. Senyuman yang selalu terpancar seolah lenyap terganti oleh raut yang begitu dingin. Leon sama sekali tidak mengerti apa yang sudah terjadi pada adik satu-satunya itu.

Dokter yang menanganinya dulu bilang tidak ada luka yang serius, tapi entah kenapa Leon ragu untuk mempercayai ketika Claire memandangnya sinis saat adiknya bangun dari kritis.

Apa memang ada suatu hal yang membuat adiknya menjadi pendiam dengan raut dingin?

"Kak Leon." panggil Claire saat melihat Kakak nya melamun.

"Kita berangkat sekarang."

Mereka berdua akhirnya berangkat dengan mobil Leon yang sudah siap melesat pergi. Mungkin alangkah baiknya Leon diam sebelum adiknya berbicara jujur tentang keanehan yang terjadi dengan diri Claire sendiri.

"Kalau kamu pulang hubungi saja, Kakak."

Claire tidak menjawab apalagi melirik Leon. Tatapannya hanya lurus ke depan melihat jalanan yang membuatnya sedikit meringis.

"Claire, sebelumnya apa ada teman kamu yang bertanya mengenai kepindahan kamu ini?"

Claire menggeleng. "Setelah kecelakaan itu, temen-temen aku ga kelihatan lagi."

"Maksudnya mereka sudah tidak lagi menghubungi kamu?"

"Iya."

Leon mengernyit. Sekalipun bertanya mengenai orang yang pernah dekat. Biasanya Claire akan semangat dan sangat antusias jika mengenai para temannya yang dekat sekali dengan adiknya tersebut.

Apa mungkin para temannya menjauh karena sikap Claire yang berubah? Tidak mungkin mereka bisa jauh dari adiknya sedangkan sejak kecil Leon selalu melihat mereka berteman bersama tanpa ada masalah pertemanan.

"Kak Leon, jangan berpikir aneh tentang aku."

=====================

Claire sudah tebak jika di sana akan lebih suram di banding sebelumnya. Apa mungkin dia akan tenang sedangkan di sekitarannya banyak sekali aura yang membuatnya mual? Kakinya melangkah mantap berbelok ke arah selatan. Dengan cepat Claire menghalang langkah salah satu siswi yang sedang beradu candaan dengan teman di sampingnya.

"Sebaiknya kalian tunda acara malam nanti."

Siswi tersebut menautkan alis. "Lo siapa tiba-tiba halangi jalan kita pake nyuruh lagi. Nguping kita ngomong, ya?"

Claire berkedip. "Hindari jalan utara." setelah mengatakan hal itu dia melongos pergi. Sepertinya dia akan kembali di tatap aneh oleh penghuni sekolah barunya. Padahal niat dan maksud darinya itu baik agar mereka tidak mendapatkan kesialan yang akan terjadi nanti.

Namun Claire juga tidak bisa menyebutkan itu adalah kesialan atau takdir. Yang jelas dia hanya berniat memberitahukan apa yang dia lihat dari bayangan yang terlintas dari kemampuannya itu. Di dengar maupun tidak itu bukan masalah bagi Claire, hanya saja mungkin mereka akan menyesal setelahnya.

"Eh, sorry, sorry."

Bahu Claire tertabrak, namun rautnya sama sekali tidak berubah.

"Lo ga pa-pa, kan?" tanyanya.

Claire menggeleng. "Engga."

"Lo anak baru di sini, ya?"

Claire mengangguk kecil tanpa menjawab.

"Kenalin." tangannya terulur. "Gue, Vero."

"Claire." balasnya tanpa membalas uluran tangan dari orang yang sudah menabraknya.

Vero menarik lagi lengannya merasa tidak di respon. "Sorry, ya. Tadi gue ga hati-hati lari di koridor."

Claire bergeming merasa tidak ada lagi yang harus dia jawab, tubuhnya memutar dan kembali melangkah pergi meninggalkan Vero yang tidak enak hati sekali dengan kejadian tadi.

"Dia marah kali, ya?" gumam Vero mengusap kepala belakangnya.

Claire tidak pernah bermaksud untuk bersikap seperti itu. Hanya saja jika mereka semua mengetahui apa yang sedang dia sembunyikan, mungkin saja dia semakin di lihat aneh oleh semuanya. Cukup dengan orang sekolahan lama yang menganggapnya sampai seperti orang gila.

Claire memang menghindar dari penilaian orang walau sedikit pun tidak ada kata mereka yang di masukan dalam hatinya. Namun entah kenapa Claire ingin kembali menjadi orang biasa seperti dulu. Kalau saja dia tahu dan bisa membuang kemampuan anehnya itu, mungkin sudah dia buang sejak pertama kali dia melihat yang tidak orang lihat.

"Claire."

Kakinya berhenti melangkah ketika ada yang memanggilnya.

"Lo ga maapin gue, ya? Serius tadi itu gue ga sengaja nabrak lo."

Claire menghela napas halus. "Udah aku maapin."

"Nah, kalau jelas begini enak di dengernya." Vero tersenyum lega. Setidaknya dia bisa mendengar kata itu langsung dari orang yang baru pertama kali dia lihat di halaman sekolahnya.

"Gue kira tadi lo marah sama gue."

Claire hanya berkedip seolah menyimak ucapan dari lelaki yang baru saja di kenalnya. Dia lihat sepertinya Vero ini berbeda dari yang lainnya. Aura dari tubuh lelaki itu memang jauh dari kata keburukan. Hanya saja … Vero ini belum bisa Claire lihat seperti apa sikap yang sebenarnya.

"Aku ke kelas." Claire baru saja maju satu langkah namun lengan kanannya di tahan oleh Vero.

"Claire. Gimana sebagai permintaan maaf dari gue pulang sekolah nanti gue anterin lo ampe rumah?"

Creation is hard, cheer me up!

Carrellandeouscreators' thoughts
Next chapter