1 PROLOG

Ketika mengenalmu dulu, dunia terasa gelap karena hilangnya sang mentari. Karena titik cahayanya kalah dengan aura tajam dalam dirimu.

Dunia yang kejam, seakan semakin kejam. Terasa tidak adil karena merenggut kebahagian ku. Mata dan hati ku membenci sikap dingin mu.

Hingga pada akhirnya engkau datang dengan sikap yang persis seperti dulu. Cahaya kecil itu membuat ku takut, lebih takut jika keberadaan nya memang untuk membuat aku bergelut didalamnya.

Tapi sedinginnya kamu, kamu masih tetap suami ku. Laki-laki yang harus ku hormati, setelah almarhum Abi ku. Meski aku harus sering kali terluka karena sikap mu.

Sikap mu yang terlewat batas, sikap mu yang masih saja bermain dengan masa lalu mu.

Bertahan dengan kenangan yang sebenarnya tidak harus terjadi lagi, karena posisinya kini sudahlah berubah. Kamu sudah memiliki ku, istri mu. Meski kita menikah tanpa cinta, tetap saja aku berusah menjadi istri Sholehah. Dan aku ingin juga kamu berhenti dengan sikap itu, dan mencoba membuka hati mu untuk ku. Sebelum sabar yang ku tahan ini benar-benar habis.

Jangan salahkan aku jika nanti aku pergi begitu saja, dan tidak peduli lagi pada mu. Karena sabarnya aku ada batasnya.

_Alina Yasvia_

.....

"Bagaimana, Akmal?"

Suara yang parau itu milik Abi ku, seorang lelaki kuat dalam hidup ku dan umi.

Abi ku sudah tua kini dan keadaannya juga sudah tidak sesehat dulu lagi, contoh hari ini, Abi tengah memperjuangkan hidupnya melawan sakit jantung yang sudah 2 tahun ini menyerang tubuhnya.

Hati ku sakit ketika melihat Abi seperti itu. Ingin sekali aku menggantikan posisi Abi, tapi aku tidak bisa apapa. Hanya lewat doa saja aku bisa membantunya yang tak lain meminta kesembuhan abi.

"Maaf, Abi. Tapi saya tidak bisa."

Aku terus menunduk seakan tidak berani melihat orang yang baru saja menolak perjodohan dengan ku.

Laki-laki bernama Akmal Farriz serta akrab di panggil Akmal ini adalah teman Alina saat di SMA. Dan kini mereka bertemu kembali karena perihal perjodohan yang Abi Alina lakukan dengan almarhum ayahnya Akmal sendiri.

"Sudahlah bi, Abi tidak usah membahas masalah perjodohan ini dulu. Abi harus fokus dengan perawatan abi, ini demi kebaikan Abi"

Laki-laki yang berhadapan dengan Alina seketika melihat ke arahnya, alina mengabaikan tatapan tajamnya. Ia hanya terfokus pada Abi.

"Tidak bisa, nak, ini sudah menjadi perjanjian antara Abi dan Arman, ayahnya nak akmal. Abi harus menepati janji itu,"

"Abi peduli pada mu, Alina. Nak akmal ini laki-laki baik dan Abi yakin kalian cocok. Jika memang di antara kalian yang tidak menginginkan perjodohan ini, Abi mohon kalian harus bisa ikhlas. Ini mungkin suratan takdir yang Allah berikan kepada kalian lewat perjanjian Abi ini, Abi mo..."

Abi memegang dadanya, sesak. Nafasnya benar-benar sulit di atur. Aku menangis seketika,

"M-maaf Abi. Tapi Alina tidak bisa hidup dengan laki-laki yang tidak sama sekali mencintai Alina."

Abi yang sejak tadi hanya terbaring lemah di kasur meraih tangan Akmal yang duduk di sampingnya. "Abi yakin kamu bisa menjaga Alina, Abi mohon nikahilah anak Abi ini. Abi ingin melihatnya bahagia, Abi ingin menjadi wali nya, Abi ingin melihat anak Abi satu-satunya menikah dengan laki-laki pilihan Abi."

"Abi, tapi dia tidak mencintai alina. Bagaimana Alina akan bahagia dengan pilihan, Abi?"

Kini aku berada di titik tidak berdaya, karena tidak adanya pilihan kecuali menuruti keinginan Abi, menikah dengan pilihannya dan hidup karena perjodohan tanpa cinta.

"Maafi qolbu ghairullah..." Bisik hati Alina.

"Tiada di hati ku kecuali engkau Ya Allah .... Jika memang ini takdir-mu maka bantu hamba menjalaninya dengan ikhlas."

Dan dengan menyebut nama Allah, dengan keyakinan penuh atas kuasa-nya, Alina menirima takdir-nya.

Akmal Farriz, lelaki tampan pemilik netra tajam yang segera akan menjadi suaminya. Jika memang akan seperti ini, kenapa dulu saat SMA takdir tidak mempertemukan mereka dengan cinta? Takdir malah memilih Sandra sahabat alina untuk bersanding dengan Akmal. Tapi kini, takdir malah berbalik kepada Alina yang memang tidak mencintai Akmal, sebaliknya Akmal juga seperti itu.

Perlahan Alina mulai paham hal apa yang akhirnya membuat Akmal menyetujui pernikahan tersebut. Kontrak, satu hari setelah pernikahan terlaksana akmal memintanya menandatangani surat perjanjian. Sejak saat itu Alina mulia paham jika posisinya di mata laki-laki itu hanya sebatas istri yang sah dimata Abi, umi dan keluarganya. Tidak lebih. Sebab tercipta batasan antara dirinya dengan sang suami.

Mampukah Alina bertahan menghadapi sikap dingin suaminya, yang hanya menganggap istri sah dimata abi, umi dan keluarganya saja? Seberapa kuat dia bertahan?

Bersambung.....

avataravatar
Next chapter