webnovel

The Legend Of Pin Hwa

The Legend Of Pin Hwa Pin Hwa, adalah bunga terakhir yang sangat dijaga oleh keluarga Biu, yang dikenal sebagai keluarga dengan penuh kekejaman. Entah apa yang terjadi, sehingga bunga ungu dengan corak merah ini sangat dijaga dan di sembunyikan agar siapapun tidak menyentuh kelopaknya . Sebelum nya, Pada zaman Api ke-4 terjadilah peristiwa peperangan antara Biu dan Zhang. Zhang adalah kerajaan dengan dipenuhi pengendali ilmu Air, sedangkan Biu dipenuhi dengan ilmu Tanah. Peperangan sangat sengit sehingga Zhang melakukan sesuatu terhadap Biu. Di sisi lain, 3 utusan terakhir Zhang telah bersembunyi dan bertapa selama 200 tahun untuk bisa menciptakan Pin Hwa kedua, tentunya dengan 11 kelopak sempurnanya. Hal ini membuat dewa Zua Zua, sang pemusnah Pin Hwa turun ke Bumi dan mencari semua bunga yang tersisa. Zhang dan Biu akhirnya sepakat untuk melawan Zua Zua secara bersama, sebab mereka tak ingin Pin Hwa milik mereka disentuh oleh nya. Peperangan sengit pun terjadi, namun kerajaan Zhang harus mengalami sebuah kejadian tragis yang hampir melenyapkan semua keturunannya. Beberapa abad setelah kejadian perang tersebut, seorang lelaki yang datang dari keluarga kecil di pelosok desa, mencoba mencari tahu apa arti dari mimpi yang selama ini selalu menghantuinya. ia pamit pada Ibunya dan pergi menuju kota Gihun, yang ternyata merupakan kerajaan wilayah Zhang. Mengetahui anaknya selama 1 tahun tidak pulang dan ternyata berada di Zhang, ibu nya sangat khawatir dan segera mencari keberadaan Quan Xa, anak nya. Yuen Ywe, putri cantik dari kerajaan Ywe cukup terpukau dengan keahlian serta sifat Quan Xa yang rajin dan cekatan ketika ia sedang pergi ke kerajaan Zhang. Mereka secara diam-diam bersama mempelajari ilmu penguasaan air secara mendalam dibantu dengan seorang guru. kemudian..

YuanYue_ · Fantasy
Not enough ratings
1 Chs

Masa Kegaduhan Di Barat

Suasana diawali oleh kepanikan para pasukan berkuda Biu, yang merasa bahwa ada sesuatu yang sedang menghampiri negeri mereka. Oleh karena itu, Xu Xa selaku Panglima Kuda VII memerintahkan agar pasukannya segera siap membentuk formasi.

dan benar saja, terdengarlah suara gemuruh nan bising, yang semakin lama semakin mendekat ke Negeri Biu ini. Sesampailah pasukan musuh , mata para pasukan kuda seperti berkaca-kaca karena melihat musuh yang menunggangi ombak tsunami, yang kemudian menjadikan Negeri Biu gelap karena matahari terhalang oleh besarnya ombak yang mereka tunggangi.

"Xu Xa, untuk apa para pasukan Zhang kemari? bukan kah perjanjian Hwa telah selesai?" ucap pria di belakang Xu Xa, yang merupakan Panglima Kuda III.

Dengan penuh keberanian, Xu Xa memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerang, dan membiarkan dirinya turun dari kuda dan berjalan ke arah pasukan Zhang.

Melihat Sang Panglima Kuda menghampiri, kemudian satu per satu pasukan Zhang menghentikan sihir nya dan turun menghampiri nya. Langit pun berubah menjadi cerah namun suasana terus mencekam.

"Untuk apa kau kemari, Feng Ryu? bukan kah kita pernah berhasil mengalahkan Dewa Zua Zua bersama? dan bukan kah kita berdua berhasil melindung Pin Hwa milik masing masing?"

terlontar senyuman tipis dari Feng Ryu setelah mendengar perkataan Xu Xa, seperti ada janji yang terlupakan dan tak terucap dari mulut sang Panglima Kuda tersebut.

"Apa kau lupa? bahwa setiap satu kelopak Pin Hwa yang jatuh dari salah satu pihak, maka pihak lain juga harus menjatuhkan satu kelopaknya demi keadilan bersama" ucap Feng Ryu menatap tajam ke Panglima dengan Baju serba Hijau tersebut, yang kemudian dibalas oleh Xu Xa dengan amarah.

"Apakah semudah itu kami melepas satu kelopak saja dari Bunga Pin Hwa kami? bukan keputusan mudah bagi kami untuk ikut melepaskan satu Kelopak Bunga itu. Aku harap Kau bisa mengerti, dan Perjanjian kita tetap berlanjut sampai 3 Utusan Kai Zhu menciptakan Pin Hwa lagi."

Mendengar ucapan Xu Xa, Feng Ryu semakin murka. Mata nya membiru dan sangat menyilaukan pandangan semua Pasukan Biu, kemudian diikuti oleh air yang muncul di telapak kaki nya dan ia melompat menuju langit.

Semua Pasukan Biu terheran akan aksi yang dilakukan oleh Feng Ryu, Namun fokus kembali tertuju pada Panglima Mereka.

Xu Xa kemudian menghampiri The Great Cho yin, penjaga negeri Zhang yang juga merupakan

Anggota Kekaisaran. Ia meminta agar Pin Hwa milik Biu tidak satupun kelopak bunga nya yang di rusak.

Namun apadaya, The Great Cho Yin tidak bisa berbuat apa apa.

"Kau ingat, Kita adalah musuh sejati. Kita pernah saling menjatuhkan dan merebut Pin Hwa. Setelah semua perjanjian ini, kau terus melanggarnya. Apakah ini adil?" jawab The Great Cho Yin.

Zuuuuurrrr!!!!!

The Great Cho Yin melontarkan sihir air yang membuat Xu Xa terlempar jauh dan terduduk kembali tepat di Kuda nya yang ditungganginya.

Tanpa banyak pertimbangan, Pasukan Biu menyerang Pasukan Zhang. Peperangan terjadi begitu sengit dan mengundang perhatian Sang Raja Biu.

kemudian dari atas Langit, Feng Ryu merapal ilmu sihir hujan panah Air yang menghujani Pasukan Biu, yang dimana besarnya satu panah air tersebut setara dengan 10 baris pasukan.

Melihat Feng Ryu dari kejauhan, sang Raja Biu, Shen Fua Biu, berusaha melindungi pasukannya dengan memberikan sebuh kubah Tanah yang melindungi pasukannya dari hujaman sihir Air.

sang Raja Biu terus memberikan perlawanan dari jauh, sementara Feng Ryu terus berusaha melenyapkan pasukan Biu dari atas Langit.

The Great Cho Yin kemudian mengeluarkan singa air nya, yang kemudian aungan singa tersebut menggetarkan seluruh daratan Pion dan menghentikan peperangan.

Ia kemudian berkata bahwa alangkah baiknya peperangan ini dihentikan, karena tugas mereka seharusnya menjaga Negeri masing masing dan menjaga agar Dewa Zua Zua tidak kembali memakan Pin Hwa kita.

dipenuhi dengan dendam serta amarah di masa lalu, Raja Biu kemudian ber-teleportasi menuju ke tengah pasukan Zhang. Sontak pasukan Zhang terkejut dengan hal tersebut.

Raja Biu kemudian merapal sihir Pengunci, yang dimana semua pasukan Zhang akan di selimuti oleh tanah dan akan hancur remuk bersama tanah tersebut.

Dibantu oleh pasukan Biu, seluruh Pasukan Zhang habis terbantai namun kemenangan belum sepenuhnya milik mereka.

Terlihat The Great Cho Yin dan Feng Ryu, serta beberapa Pasukan Handalnya mencairkan diri nya dan air tersebut membentuk satu persatu anggota tubuh mereka dan kemudian bangkit kembali.

"mengapa engkau membuat kegaduhan di Pion Barat, bajingan!" sahut Raja Biu pada pasukan Zhang yang tersisa.

"bagaimana bisa, seorang bajingan yang munafik seperti kau masih bisa berkata bajingan? kau seharusnya malu dan seharusnya kau sudah mati." balas The Great Cho Yin.

"tak usah berlama lama, beritahu aku dimana keberadaan Pin Hwa milik kalian." jawab Raja Biu dengan sangat tenang, dan secara spontan berteleportasi ke belakang Feng Ryu dan menusuk rusuk nya secara perlahan, berharap agar dia segera jujur akan dimanakah keberadaan bunga itu.

"aahhhhhgg.. P-pin.. Pin H-hhwa.. ada di dalam Gu.."

DARRRRRR!!!!!!!!

The great Cho Yin melempar sihir nya yang meledakkan diri Feng Ryu, seketika mati di tempat.

Xu Xa terheran dengan aksi The Great Cho Yin, dan berkata bahwa seharusnya Feng Ryu bersaksi atas keberadaan Pin Hwa milik Zhang. The Great Cho yin bersama sisa pasukan handal secara mendadak mencairkan dirinya kembali dan masuk kedalam tanah. hal itu menunjukkan mundurnya pasukan Zhang di peperangan kali ini.

Beralih ke kediaman Kerajaan Biu, Hoa Mei sang Putri kecil Raja Biu mengintip peperangan tersebut dari kejauhan. tidak ada kecemasan serta rasa takut yang terlukis dalam bola mata Hoa Mei ketika ia mengamati peperangan yang baru saja terjadi.

dengan wajah polosnya, ia membalik badannya dan bertanya pada ibu nya yang juga ikut menyaksikan peristiwa tersebut.

"ibu, mengapa mereka berkelahi? mengapa mereka seperti itu, ibu?" tanya Hoa Mei dengan wajah lugu nya.

"yang perlu kau tahu, bahwa kau harus menjadi dewasa dahulu untuk mengerti semua hal ini, sayangku." jawab Ibunya dengan lembut.

"ajari aku dengan hal kebaikan, ibu. aku tak suka hal seperti yang aku lihat tadi."

tanpa membalas ucapan anaknya, sang ibu hanya memeluk nya dan tetap melihat ke arah luar dan melihat pasukan Biu yang bergerak mundur menuju kerajaan.

Raja Biu kemudian menghampiri Istri dan Anak nya.

Ia hanya termenung melihat keduanya yang sedang berpelukan. Ia sedang memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada mereka berdua.

"apakah kau baik-baik saja? kau terlihat sangat cemas, suami ku."

"aku hanya khawatir, aku tidak tahu sampai kapan aku sanggup menjaga mu." balas Raja Biu pada istrinya yang mengkhawatirkannya.

"ahaha, tidak perlu khawatir. selama Naron menjaga Pin Hwa kita, aku akan selalu aman dan akan selalu bersama mu." jawab Lian Tsi , istri Raja Biu.