webnovel

The Left Behind

Menceritakan tentang kisah perjalanan Kim Taehyung yang mencari keberadaan sang eomma hingga mengantarkannya ke ibukota Seoul dimana ia harus bertahan hidup sendirian tanpa ada seorangpun yang ia kenal. Akankah Taehyung berhasil menemukan sang eomma? Sanggup pulakah ia untuk bertahan?

Nocita_Maria · Celebrities
Not enough ratings
31 Chs

Ch.27: Found You!

Aloha, thx buat 13k views & votesnya.

Sebelum baca, jangan lupa untuk memvote, comment dan juga follow ya.😄

Happy Reading....

💃

💃

💃

💃

"Sst ... sst ... Tae!!" suara seseorang di belakang Taehyung yang tengah berusaha memanggil siempunya.

"Tae....!" panggil seseorang itu lagi, lantaran yang dipanggil tak kunjung menoleh.

"Apa?" balas Taehyung akhirnya, dan ikut pula berbisik.

"No 14 hingga 17, jawabannya apa?" tanya sipemanggil dan membuat Taehyung mengerutkan dahinya.

Omong-omong, mereka sedang ada ulangan bahasa Inggris dadakan. Sementara Namjoon sang pengawas sekaligus guru mata pelajaran tersebut, ia tengah keluar sebentar untuk menerima telephone.

"A, D, D, B...." bisik Taehyung setelah beberapa saat memeriksa jawabannya.

"Yakin? Kau tidak membohongiku kan?" sangsi sipenanya, yang tak lain adalah Sungjae .

"Ckk, iya. Tapi aku yakin apa itu benar atau tidak!" balas Taehyung, terlihat kesal.

"Ok thanks. Nanti aku akan bertanya lagi," kekeh Sungjae, membuat Taehyung geleng-geleng kepala atas perkataannya.

"Sst Tae, abaikan saja si Sungjae. Nanti dia terbiasa seperti itu!" bisik teman sebelah Taehyung, Jongin.

"Iya, aman Jong," respon Taehyung.

"Eh kutilang, jangan menghasut Taehyung begitu!" decih Sungjae di belakang, yang rupanya ikut mendengarkan tadi.

"Apa? Aku memang benarkan? Kau itu pemalas Sungjae!" sungut Jongin tak mau kalah.

Mau tak mau, ke duanya pun menjadi pusat perhatian teman sekelas mereka yang mulai risih.

"Ish ada apa dengan mereka berdua? Kita ini sedang ulangan, kenapa justru berisik dan menganggu konsentrasi orang lain saja!" omel seorang gadis tak jauh dari tempat Sungjae duduk.

"Eh Dae, tolong beritauku jawaban milikmu ya? Aku sama sekali tidak bisa mengerjakannya," terdengar suara keributan lainnya.

"Rin, kamu nggak boleh pelit gitu ah! Aku minta satu soal aja. Please ya?" suara yang lain lagi.

"Eh jangan berisik, Namjoon Ssaem akan segera ke mari!" kode seorang namja yang kebetulan duduk dekat dengan pintu masuk.

"Jong, Jae, sudah jangan sibuk berteman, eh berantem maksudnya!" tegur Taehyung pada kedua teman sekelasnya yang masih asik mempelototi satu sama lain.

"Dasar kutilang," ujar si Sungjae yang masih kesal dengan Jongin.

"Kau...."

"Sudah Jong, sana lihat ke depan. Pak Namjoon sudah akan masuk!" potong Taehyung yang mengingatkan sang teman.

"Mian anak-anak, karena Ssaem meninggalkan kalian cukup lama. Tadi adik Ssaem yang menelpon," beritau Namjoon pada murid-murid di kelasnya.

"Gwenchana Ssaem, tidak apa-apa. Ssaem lebih lama juga justru bagus!" celetuk Sungjae, dan langsung mendapat senggolan keras dari teman di sebelahnya.

"Eh Jae, kenapa malah memberitau Ssaem?" bisik temannya tersebut, namun hanya di lirik malas oleh siempunya.

"Hahaha. Sepertinya selama Ssaem pergi, kalian sempat mencontek ya?" kekeh Namjoon, namun cukup membuat murid sekelasnya seketika bungkam.

"Eh, saya tidak Ssaem. Sebagai pria tampan, mencontek adalah perbuatan yang tidak terpuji. Namun lain halnya jika itu menyangkut Sungjae!" tiba-tiba Jongin bersuara, membuat Sungjae yang disinggung seketika menendang bangkunya dari bawah kolong meja.

"Yakk!" marah Jongin, lantas membalikkan badannya pada Sungjae yang sibuk menjulurkan lidah.

"Ckk. Sudah jangan bertengkar. Sekarang kembali fokus dengan soal-soal kalian. Waktunya hanya tersisa 30 menit saja lagi. Nanti kita periksa sama-sama," lerai Namjoon.

"Astaga, kenapa cepat sekali Ssaem?" protes murid-murid Namjoon seketika.

"Keep quiet please. Just do your task!" peringat Namjoon kembali, dan akhirnya membuat seisi kelas menjadi tenang kembali.

.

.

.

.

"Jae oper ke arahku!" suara Daniel yang saat ini tengah bermain bola basket bersama teman sekelasnya.

"Tangkap!" seru Youngjae, lalu mengumpankan bolanya pada Daniel yang sigap menerima lantas mendriblenya langsung menuju ring.

"Daniel ... Daniel ... Daniel...." sorak sorai para siswi yang jadi penonton.

"Wah, sepertinya sangat ramai ya," kagum seorang siswa yang baru datang bersama teman sekelasnya yang lain.

"Eh, itu bukannya kelas si Youngjae, Daniel juga Joshua! Hmm, mereka juga ada kelas P.E hari ini rupanya," gumam Taehyung yang ternyata hari itu memiliki jadwal yang sama dengan sahabat-sahabatnya.

"Eh kalian semua, karena kita hanya bermain sepak bola, bagaimana jika kita bergabung dengan kelas mereka? Lumayan, jadi kita bisa berlatih tanding basket atau apa, selagi guru-guru masih rapat?!" saran seseorang dari kelas Taehyung, dan segera saja mendapat persetujuan dari yang lainnya.

Jadi hari ini semua kelas memang tengah belajar mandiri. Lantaran pengumuman kepala sekolah tadi yang tiba-tiba meminta semua guru untuk rapat tanpa terkecuali. Jadinya, kelas-kelas pun terpaksa ditinggalkan namun dengan sudah diberikan tugas masing-masing tentunya.

Kembali ke lapangan basket, tampak Daniel tengah dikerubungi oleh team sekelompoknya lantaran baru saja berhasil mencetak gol untuk kesekian kali.

"Niel?" seru Sungjae dan Jongin mengalihkan perhatian semua orang.

"Eh Jae, Jong!" balas Daniel, lantas menghampiri teman mantan sekelasnya dengan riang.

"Tae??" panggil Joshua dan Youngjae pula yang melihat sahabat mereka.

"Hehe, hai Josh, Young!" sapa Taehyung.

"Wahh, senangnya kita bisa berkumpul seperti ini," riang Youngjae.

"Oh ya, karena kalian sekarang sedang bermain basket, bagaimana jika bertanding dengan kelas kami?" saran Seungjae tiba-tiba, mengutarakan maksud teman sekelasnya.

"Hmm, ide bagus. Kalian bagaimana, setuju atau tidak?" tanya Daniel pada teman-teman sekelasnya.

"Oke, kita tidak keberatan Niel. Lagipula, biar tambah serukan!" sorak teman-temannya yang menyambut dengan senang hati.

"Kyaa, kita jadi bisa melihat banyak pria tampan bermain bersama!" heboh para siswi seketika.

Segera saja, kedua kelas itu pun membentuk tim masing-masing yang akan bermain.

Dari kelas Daniel, tentu saja ada si empunya, Joshua, Youngjae, Minhyun, dan Johny. Sementara dari kelas Sungjae, ada Taehyung, Jongin, Ren, Yuta, dan Seungjae sendiri tentunya.

"Kedua tim siap? Ingat, harus bermain dengan fair, okay?" peringat S.Coups yang bertindak sebagai wasit.

"Siap, 1, 2, 3, start!" seru S.Coups sembari melemparkan bola ke atas udara dan mulai diperebutkan oleh Daniel juga Seungjae sebagai kapten dari masing-masing team.

"Huft ... dapat!" seru Daniel yang berhasil, lantas segera menggiring bola tersebut di ikuti teman setimnya.

"Yut, ayo cepat block!" seru Seungjae pada Yuta yang posisinya sebagai Center.

Sementara yang dipanggil, tanpa banyak bicara pun segera menghadang Daniel yang mulai kesusahan.

"Hyun, catch!" seru Daniel sembari mengoper bola pada Minhyun yang bertugas sebagai Shooting guard.

Tak menunggu waktu lama, Minhyun bermaksud akan memasukkan bola bernilai 3 point shoot jika saja tak digagalkan oleh Jongin selaku power forward.

"Huftt, tidak secepat itu kawan!" kekeh Jongin, sembari segera merebut bola tersebut untuk dioperkannya pada Sungjae yang sudah siap menerima.

"Sungjae tangkap!" teriak Jongin.

"KYAA OPPA...." teriak para siswi dengan heboh.

Sementara kembali ke lapangan, Daniel tengah berusaha menghalangi Sungjae sebelum akhirnya si empu melempar bola tersebut pada Taehyung yang posisinya sama dengan Minhyun yaitu sebagai shooting guard.

"Taehyung masukkan!" teriak Sungjae memberi aba-aba.

Dengan sigap, Taehyung pun segera mengambil posisi di tempatnya.

Melihat sejenak pada ring lawan, Taehyung setelahnya dengan cepat segera memperhitungkan kira-kira sejauh mana lemparan yang akan ia lakukan.

"Okay. Pasti masuk!!" seru Taehyung kemudian dan melemparkan bolanya penuh percaya diri.

Prittt....

Terdengar suara peluit yang ditiup oleh S.Coups lantaran tim Sungjae baru saja berhasil mencetak gol buah dari lemparan Taehyung.

Yuhuuuuu!!

Teriak Sungjae dan lainnya riang, lantas segera mengerumuni Taehyung.

"Ckkk, kita di dahului," decak Johny merasa kesal.

"Tidak apa-apa John, kita baru saja memulainya," hibur Youngjae pada teman setimnya tersebut.

Sementara Joshua dan Daniel, ke duanya justru asyik tersenyum memperhatikan Taehyung yang masih sibuk dikerumuni oleh teman setimnya.

"Hahaha, hebat juga Taehyung. Ternyata cukup berbakat," puji Daniel yang memberikan komentarnya.

"Dulu Taehyung pernah cerita, katanya sewaktu dia SMA di tempatnya yang lama, dia juga sudah sering bermain basket. Kalau tidak salah, dia juga menjabat sebagai kapten seperti halnya dirimu Niel," cerita Joshua pada Daniel.

"Ahh, pantas saja...." respon Daniel yang seketika mengerti.

"Okay, sekarang kita lanjutkan permainannya!" seru S.Coups memanggil kedua team agar bersiap-siap.

.

.

.

.

.

30 menit kemudian, akhirnya permainan bola basket antar kedua team berakhir dengan seimbang. Sekarang, para pemainnya tengah beristirahat di pinggir lapangan sembari mendinginkan diri dengan meminum minuman dingin yang diberikan oleh para siswi.

"Hai, nama kamu Taekan ya? Kamu pasti haus setelah bertanding. Ini minuman dingin buat kamu," terdengar salah satu siswi tengah mengajak Taehyung bicara saat pria tersebut sedang mengipasi dirinya dengan kedua tangan.

"Eh, untukku?" sangsi Taehyung yang bingung.

"Iya. Oh sekalian, perkenalkan, aku Jung Ae-Ri, tapi kamu bisa panggil aku dengan Ae-ri saja," ujar si gadis memperkenalkan dirinya.

"Eh iya, Taehyung, Kim Taehyung," balas Taehyung, sedikit tersipu.

"Yahh, sepertinya seseorang telah berhasil merebut hati milik gadis pujaan sekolah kita. Taehyung benar-benar beruntung!" heboh teman sekelas Daniel yang melihat.

"Astaga, Taehyungkan teman sekelas kita, jangan mengambil dirinya juga!" gaduh siswi lainnya yang berasal dari kelas Taehyung.

"Taehyung benar-benar luar biasa. Belum lama di sini, tau-tau saja dia susah sangat terkenal seperti ini," komentar Johny, teman sekelas Daniel.

"Aku iri. Terlebih gadis yang menyukainya adalah gadis yang populer di sekolah kita," tambah Ren pula.

"Hahaha, dia dari awal masuk ke kelas memang sudah menjadi perbincangan, kawan. Sudah, terima saja nasib kalian yang terlahir sebagai orang biasa," tanggap Jongin yang terkekeh, membuat teman-temannya langsung melirik dengan tajam.

"Benar sekali. Jongin dan diriku saja telah tersingkirkan sejak lama, semenjak Taehyung berada di sini," tambah Sungjae pula, tapi tentu bukan dengan maksud apapun.

Lain halnya dengan Daniel, Youngjae, serta Joshua yang justru hanya tersenyum mendengarkan percakapan teman-temannya. Karena bagaimanapun, mereka jadi bahagia jika Taehyung dapat diterima dengan baik oleh teman sekelasnya.

Kembali ke Taehyung.

"Tae, tolong terima minuman dari kita ya?"

"Kamu kepanasan kan? Aku kipasin ya? Kebetulan aku juga bawa kipas angin portable."

"Kamu keringetan Tae. Ini, kamu boleh mengambil tissue punyaku," tambah yeoja-yeoja lainnya yang masih memperebutkan Taehyung.

"Hmm, Taehyung sepertinya butuh pertolongan!" tawa Youngjae yang melihat.

"Hahaha, menjadi tampan ternyata cukup merepotkan juga ya...." kekeh Joshua, yang tak sadar, bahwa sebenarnya, ia juga termasuk tampan.

"Kasihan Taehyung, nasibnya hampir sama seperti diriku!" ujar Daniel tiba-tiba, seketika mendapat lirikan malas dari teman-temannya.

"Hei, ada apa dengan kalian? Akukan berbicara fakta?" protes Daniel, merasa tak terima.

"Astaga, kenapa bisa ada manusia yang begitu percaya diri sepertinya?!" dengus S.Coups yang sedari tadi diam dan akhirnya buka suara.

"Ckk, bilang saja kalian iri!" balas Daniel tak terima.

.

.

.

.

.

Seminggu kemudian.

"Jiminnie ayo cepat. Kau tunggu apalagi saeng? Ini sudah hampir jam 07.20.," teriak Hoseok yang telah bersiap di ruang tamu, di kediamannya.

"Chamkkaman Hoseok Hyung. Aku akan segera selesai," sahut Jimin, lalu memunculkan dirinya yang sudah terlihat rapi dengan seragam sekolahnya yang baru.

Seminggu sejak pencarian mereka tak berbuah hasil mengenai di mana keberadaan Taehyung, mau tak mau Jimin pun harus memenuhi janjinya pada sang eomma untuk melanjutkan sekolahnya kembali.

Mengenai sekolah barunya, Hoseok juga mendapatkan rekomendasi dari kenalannya yang kebetulan mengajar di suatu tempat saat Hoseok secara tak sengaja menceritakan perihal adiknya yang tengah mencari tempat pindahan baru pada sahabatnya tersebut. Jadilah, temannya Hoseok itupun membantu Jimin hingga akhirnya anak itu diterima.

"Bagaimana Hoseok Hyung, cocok tidak?" tanya Jimin yang meminta pendapat.

"Fantastic. Kau terlihat keren Saeng," puji Hoseok sembari mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Hehe syukurlah...." kekeh Jimin senang. Namun tak lama, karena kemudian ia tiba-tiba menghembuskan nafasnya panjang.

"Kenapa Jiminnie, apa ada yang menganggu pikiranmu?" tanya Hoseok khawatir.

"Hyung, aku sebenarnya senang karena aku bisa sekolah lagi," ujar Jimin.

"Lalu, kenapa kau justru terlihat tak senang begitu?" tanggap Hoseok.

"Aku hanya mengkhawatirkan soal Taehyung, Hyung. Jika aku sekolah lagi seperti sekarang, bukankah waktu untuk mencari Taehyung jadi berkurang?" curhat Jimin pada sang kakak.

"Aigoo, jangan khawatirkan soal itu Saeng. Bukankah sudah banyak brosur yang kita tempelkan?" hibur Hoseok, sembari menepuk bahu Adiknya pelan.

"Tapi hingga saat ini satupun tak ada yang menelepon kita Hyung," protes Jimin.

"Sabar. Itu adalah kata kuncinya Jiminnie. Lagipula, bukan berarti dengan kau bersekolah lantas pencarian kita akan berakhir begitu saja bukan?

Kita masih bisa mencari Taehyung sepulang sekolah Saeng. Jangan khawatir...." tambah Hoseok.

"Hehe, Hoseok Hyung memang yang terbaik," puji Jimin, bangga dengan ide brilian sang Kakak.

"Tentu saja. Makanya kau itu beruntung sekali karena sudah menjadi Adiknya Hyung.

Kajja, kita berangkat sekarang!" ajak Hoseok setelahnya.

.

.

.

.

.

.

Di gerbang sekolah baru Jimin, kedua kakak beradik itupun telah sampai. Disambut oleh teman baiknya Hoseok, lekas saja siempunya menghampiri sang sahabat lantas saling berpelukan setelahnya.

"Hoseok-ah ... waaahhh, sudah lama sekali tak bertemu denganmu. Kau apa kabar?" sapa pria yang memeluk Hoseok, dan jika dilihat dari tampilannya memanglah tampak seperti seorang guru di sekolah tersebut.

"Hehe, aku sehat. Seperti yang kau lihat," sahut Hoseok sembari menepuk-nepuk bahu sang sahabat setelah usai mereka berpelukan.

"Wah lihatlah penampilanmu, kau benar-benar terlihat berbeda ya sekarang," puji Hoseok menilik penampilan sang sahabat yang berdiri menjulang di hadapnnya.

"Hahaha, kau juga sudah sangat berbeda Hoseok-ah. Aku senang sekali karena akhirnya kita bisa bertemu langsung seperti ini lagi. 1, 2, ah ... sudah hampir 2 tahun sepertinya ya sejak kita tamat dari kuliah," ujar teman Hoseok lagi.

"Kau benar. Wahhh, waktu benar-benar berlalu dengan cepat," tanggap Hoseok.

"Ehm ... ehm...." dehem Jimin yang merasa diabaikan, dan sontak mengalihkan perhatian sang kakak juga sahabatnya.

"Oh, apa dia Dongsaengmu, Jimin, Hoseok-ah?" tanya sahabat Hoseok, dan menilik wajah Jimin yang sedikit mirip dengan sang sahabat.

"Begitulah. Dongsaeng satu-satunya," sahut Hoseok, membenarkan.

"Anyyeong ... na nun Park Jimin imnida. Salam kenal!" sapa Jimin sopan dan sekaligus memperkenalkan dirinya.

"Ah ye, salam kenal Jimin-ah," balas si namja.

"Kajja, mari kuantarkan kalian ke kantor kepala sekolah. Beliau pasti sudah menunggu kalian," ajak pria itu setelahnya.

.

.

.

.

.

"Sekali lagi terimakasih karena sudah membantu kami Joonie. Sekolah ini besar, Jiminnie pasti akan nyaman mengenyam ilmu di sini," ujar Hoseok pada sahabatnya dengan tulus.

"Tidak usah berterimakasih Hoseok-ah. Itulah gunanya sahabat," tolak Namjoon seraya menepuk-nepuk bahu Hoseok.

"Kedepannya, aku tolong titip Jiminnie padamu ya? Kau jewer dan pukul saja dia jika dia berbuat macam-macam.

Anak itu biasanya keras kepala dan tidak mau mendengar omongan. Jadi perlakukan saja dia seperti adikmu sendiri. Jangan sungkan-sungkan," pesan Hoseok, dan seketika mendapat delikan tajam dari sang Adik.

"Yaa Hyung, aku tidak seperti itu!" protes Jimin tak terima.

"Hahaha, kau tenang saja Hoseok-ah. Jimin aman dalam pengawasanku. Lagipula, aku mana mungkin sanggup menjewer apalagi memukul murid-muridku. Seperti kita tidak nakal saja sewaktu sekolah," kekeh Namjoon, sembari melirik sekilas pada Jimin yang cemberut di tempatnya.

"Baiklah-baiklah, aku percaya," balas Hoseok.

"Oh ya omong-omong tentang adikmu, bagaimana kabarnya? Terakhir kali aku melihat, tak salah bocah itu masih duduk di bangku SD. Sekarang, dia pasti sudah besar kan?" tanya Hoseok, yang tiba-tiba teringat akan adik dari sahabatnya ini.

"Oh, kookie! Dia sehat Hoseokkie. Tapi ya begitu, manjanya semakin menjadi-jadi saja," kekeh Namjoon.

"Dia juga sudah SMP sekarang, kelas 3," lanjut Namjoon.

"Pftt, Kookie....! Seperti nama kue saja," tawa Jimin begitu mendengar nama adik Namjoon disebutkan. Tapi tentu saja ia mengatakannya dengan pelan, sebab mana berani dia mengatakannya kencang-kencang, jika tak mau berakhir dianggap sebagai murid tak sopan.

Kembali pada Hoseok.

"Waaa ... aku jadi ingin bertemu dengan adikmu secara langsung, Joon-ah," tanggap Hoseok begitu Namjoon selesai bicara.

"Tentu, kau harus melakukannya. Dia pasti akan senang sekali jika bisa bertemu denganmu lagi," setuju Namjoon, dan membuat Hoseok seketika antusias karenanya.

"Baiklah, kalau begitu kapan-kapan tolong kau atur ne pertemuan kita? Aku juga akan ajak Jiminnie nanti saat bertemu, biar mereka berdua bisa saling kenal," saran Hoseok.

Kenapa aku dibawa-bawa? batin Jimin.

"Ide bagus. Baiklah, pasti akan kuatur," janji Namjoon.

Lalu,

"Oh ya ampun, sudah waktunya aku berangkat kerja!" seru Hoseok tiba-tiba saat tak sengaja matanya melirik pada jam tangan yang ia gunakan.

"Oh benarkah? Padahal aku masih ingin bicara banyak padamu," ujar Namjoon. Tak sadar bahwa dirinya pun akan segera mengajar.

"Hehehe, mian ya Namjoon-ah." Kekeh Hoseok.

"Yepp, kwenchana. Lagipula kita masih bisa ketemu nanti," sahut Namjoon.

"Baiklah, kalau begitu sampai ketemu lagi!" lambai Hoseok.

"Ya, hati-hati di jalan," balas Namjoon pula.

"Dan kau Jiminnie, belajarlah dengan baik. Jangan lupa untuk bersikap ramah nanti dengan teman sekelasmu yang baru. Mengerti?" ujar Hoseok pada sang Adik.

"Ye ye, algesseumnida. Sana cepat pergi," sinis Jimin, yang ingin Hyung cerewetnya cepat berlalu.

"Okay-okay. Cha, sampai ketemu di rumah nanti Adikku," lambai Hoseok setelahnya, namun masih menyempatkan diri mengusap-ngusap kepala adiknya yang tak siap menghindar.

"Yak Hyung, rambutku!" protes Jimin.

"Jangan mengomel, kau jelek. Pai pai!" balas Hoseok yang masih sempat mengejek, lantas langsung melarikan diri setelahnya.

"Ckk, dasar Hyung pabbo. Awas saja nanti!" umpat Jimin yang kesal. Sementara Namjoon hanya tertawa melihat interaksi keduanya.

"Nah Jimin-ah, ayo ikut Saem ke kelas barumu?" ajak Namjoon setelahnya.

.

.

.

.

.

"Hei, kudengar hari ini akan ada anak baru. Di mana dia? Jam kedua sudah hampir dimulai. Apa dia tidak jadi masuk hari ini?" terdengar suara seorang siswi yang tengah menanyakan sesuatu pada teman sebangkunya.

"Kau benar. Dan yang kudengar anak barunya adalah seorang namja. Wahhh, apa dia juga akan tampan?" ujar temannya itu.

"Yak Yook Sungjae, mau lari ke mana kau hah? Berani-beraninya kau menyobek majalah edisi terbatasku. Akan kubotaki kepalamu," terdengar teriakan seorang siswa, Jongin pada sahabatnya Yook Sungjae yang sibuk menyelamatkan diri.

"Astaga, mereka berdua lagi!" decak kedua gadis yang bergosip tadi.

"Jae-ah, Jongin-ah, sudah jangan bertengkar. Ayo cepat kembali ke bangku kalian. Ini sudah hampir jamnya Namjoon ssaem masuk ke kelas!" peringat seorang namja pada ke dua temannya tersebut.

Menghiraukan panggilan si namja, Yook Sungjae juga Jongin masih sibuk berlari memutari kelas mereka. Hingga saat mulai tersudut, Sungjae yang posisinya terancampun bermaksud akan membuka pintu saat secara bersamaan pintu yang dimaksud telah terbuka dengan sosok Namjoon yang menyusul setelahnya.

"Ssaem awas!!" panik Sungjae, begitu menyadari ia tak bisa mengerem langkahnya.

"Eh....!!" ujar Namjoon pula yang kaget.

Waaaaaaaa!!

Terdengar teriakan panjang setelahnya, disusul dengan tubuh dua orang namja yang terjembap di depan pintu sementara dengan Namjoon yang berhasil menyelamatkan diri.

"Sungjae!!" panik Jongin dan Taehyung yang melihat.

.

.

.

.

.

"Sungjae-ah kau tak apa-apa?" tanya seorang namja, Taehyung yang tengah membantu teman sekelasnya.

"Dasar namja pabbo. Kau tidak gegar otakkan?" tanya Jongin pula, yang bersama dengan Taehyung tadi tengah membantu Sungjae untuk mendudukkan diri setelah baru saja menabrak orang lain.

"Aduduh ... awww, kepalaku sakit!" ringis Sungjae.

"Aduh, pasti tak sengaja terkena dagu miliknya!" lanjut Sungjae, sembari mengusap-ngusap kepalanya.

Sementara namja yang dimaksud, tampak anak tersebut juga tengah berusaha mendudukkan dirinya dibantu oleh Namjoon yang seketika bergerak dengan cepat setelah berhasil mengatasi rasa shocknya.

"Kau tak apa-apa? Apa kepalamu terantuk?" cemas Namjoon, dan meraba-raba kepala sang pemuda di hadapannya.

"Ouch, jangan sentuh kepalaku ssaem!! Duh duh, sepertinya bengkak," keluh anak tersebut, dan membuat Namjoon refleks menjauhkan tangannya.

Sementara itu Sungjae,

"Astaga Sungjae, kau ini ceroboh sekali sih. Makanya jangan mengerjaiku terus. Lihat, kau jadi kena karmakan?" omel Jongin pada Sungjae yang masih sibuk meringis.

"Berisik. Ini juga gara-gara kau pabbo. Siapa coba yang sedari tadi berlari mengejarku. Kaukan?" murka Sungjae pula, tak diterima dikatai bodoh oleh Jongin.

"Ckk, sudah cukup bertengkarnya kalian berdua!" tegur Taehyung pada sahabat-sahabatnya.

"Jae, coba sini kuperiksa. Biar kulihat dulu, kepalamu benjol atau tidak!" tawar Taehyung setelahnya.

"Ah nde. Tolong periksa Tae," pasrah Sungjae, lantas hanya diam saja begitu Taehyung mulai meraba-raba kepalanya.

"Tidak ada yang bengkak Jae. Sepertinya tak apa," ujar Taehyung, sesaat setelah ia selesai dengan pemeriksaannya.

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu," lega Sungjae, begitu mendapat anggukan dari Taehyung.

"Aduduh ssaem, sepertinya pinggangku lebam!" ringisan seseorang, yang segera mengalihkan perhatian ketiga orang tadi.

"Wah ssaem, dia benar. Lihat, pinggangnya sedikit membiru," ujar beberapa siswa siswi juga yang tengah melihat anak itu.

"Hei Jae, sana tanggung jawab!" kode Jongin pada Sungjae yang seketika berubah pucat pasi.

Lain halnya dengan Taehyung yang sedikit tersentak saat tak sengaja melihat siluet seseorang yang tampak familiar olehnya. Terlebih, ketika sosok itu perlahan mulai berdiri dibantu oleh Namjoon juga seorang siswa yang membuat dirinya semakin jelas di mata Taehyung.

"Ti-Tidak mungkin. Jim ... Jimin?" panggil Taehyung.

Sementara Jimin yang merasa dipanggil, segera saja anak tersebut pun mengangkat wajahnya untuk mencari orang yang telah memanggil dirinya. Hingga kemudian, kedua pasang netra beda warna itupun bertemu, lantas membola kaget setelahnya.

"Tae-Taehyung?" balas Jimin, terbata.

TBC

Yuhuu ... 🎺🎺🎺 mari kita rayakan pertemuan kedua soulmate kita chingudeul. 💃💃

Setelah sekian episode, akhirnya mereka berdua ketemu ya. wkwk

Hmm, berarti tinggal pertemuan si mphii sama ibu kandungnya lagi. ehe

Jangan lupa Vomentnya ya.

See you next chap. 🤗🤗