webnovel

Ch.12: A Decision

Sesuai janji, aku update setelah view nya 1500. 😁

Sebelum baca, jangan lupa vote dan comment ya. 😉

Enjoyed....

♡♡♡♡♡♡♡♡

♡♡♡♡♡♡

♡♡♡♡

♡♡

Di sebuah rumah mewah pagi ini, dengan sinar mentari yang perlahan mulai masuk dari gorden jendela kaca yang memang sudah di buka. Terlihat di suatu kamar bernuansa biru cerah, seorang namja kecil masih tampak terlelap di balik selimut tebalnya. Penuh dengan dekorasi salah satu tokoh favoritnya yaitu Iron-Man, anak itu sepertinya begitu sangat mencintai karakter tersebut.

Sementara di saat bersamaan dari daun pintunya yang tadi masih tertutup erat, perlahan pun mulai terbuka. Kemudian, disusul pula dengan sosok seorang yeoja cantik yang telah menyembulkan kepalanya dari daun pintu yang di bukanya tadi.

"Aigoo, belum bangun rupanya!!" gumam yeoja itu, seraya mulai melangkahkan kakinya untuk mendekati namja kecil tadi yang masih begitu pulas.

"Sayang!! Anak kesayangan eomma, bangun nak. Apa kau tidak mau kesekolah hari ini?" panggilnya kemudian, seraya sudah mendudukkan diri pada tepi ranjang sang anak dengan tangan yang menepuk-nepuk pipi si empu dengan lembut.

Sementara yang mendapat perlakuan dari yeoja tadi, anak itupun terlihat mulai menggeliat dalam tidurnya.

"Eomma!!" gumam sang anak, begitu berhasil membuka kelopak matanya dengan berat.

"Nde, ini memang eomma nak. Nah, sekarang anak eomma bangun eum!" ujar si wanita tersebut dengan sayang, sembari kali ini mengalihkan tangannya untuk mengusap-ngusap surai hitam milik anaknya dengan perlahan.

"Shirreo. Kookie masih mau tidur eomma. 5 menit lagi ne?" pinta  anak itu serak, khas bangun tidur dan kembali memejamkan matanya.

"Astaga Kookie anak kesayangannya eomma yang saaaangat tampan. Pokoknya tak ada 5 menit-5 menit lagi. Cepat bangun eum?" ujar wanita itu, dan kali ini telah menarik-narik pipi anaknya tersebut dengan gemas. Hingga mau tak mau, akhirnya si anakpun segera mendudukkan dirinya di atas ranjang.

"Haha ... akhirnya!!" kekeh wanita itu senang.

"Eomma jahat!! Kookie kan masih mau melanjutkan mimpi Kookie," rengek anaknya, dan sedikit mempoutkan bibirnya.

"Aigoo Kookie ... jika Kookie tidak mau sampai terlambat ke sekolah, Kookie mana boleh bermalas-malasan untuk bangun. Kan Kookie sudah besar sekarang!" tanggap sang eomma, dan membuat anaknya semakin mempoutkan bibirnya.

"Hmm, padahal eomma akan buatkan makanan kesukaan Kookie pagi ini lho! Aaa ... apa eomma batalkan saja ya," pancingnya, dan segera membuat anaknya tersebut menyipitkan matanya.

"Eee ... jinjja?" tanya si anak, yang begitu sangat antusias.

"Hmm, tentu saja. Tapi jika Kookie malas-malasan seperti ini, eomma tidak jadi masakin ah!!" sahut eommanya, dan segera dirangkul dengan manja oleh anaknya.

"Aigoo Kookie eomma yang cantik, sekarang Kookie sudah bangun. Jadi eomma masakin Kookie nasi goreng makanan kesukaan Kookie ya? Kookie langsung mandi deh!!" rayunya, dan berhasil membuat sang eomma tersenyum dengan penuh kemenangan.

"Call!!" sahut sang eommanya kemudian, dan setelahnya langsung mencubit hidung mancung su anak.

"Yee ... Kookie eomma memang paling is the best!! Saranghae eomma," riang anak tadi, dan sudah memberikan ciuman singkat pada ke dua pipi ibunya yang hanya mampu terkekeh dibuatnya.

Setelahnya, ia juga langsung ke kamar mandi dan meninggalkan eommanya yang mulai sibuk merapikan tempat tidurnya tadi.

"Aigoo anak itu benar-benar ya!!" gumam wanita itu sendiri, yang masih terkekeh karena ulah anaknya tadi.

20 menit kemudian di meja makan.

"Sayang, apa semuanya sudah selesai? Ada yang bisa kubantu tidak?" tanya seorang namja berkaca mata, yang baru saja menunjukkan wajahnya di dapur.

"Eum ... bisa tolong bantu aku menyiapkan piring-piring oppa! Aku sudah selesai dengan masak nasi gorengnya," sahut istrinya segera, dan diangguki oleh suaminya dengan senang hati.

"Pagi eomma, appa! Ada yang bisa aku bantu?" tanya seseorang lagi, yaitu anak pertama dari pasangan tadi yang ikut memunculkan dirinya.

"Aigoo Namjoonie, sudah ada appamu yang membantu eomma nak. Sekarang kau duduk saja nde," sahut sang eomma, dan membuat anak tadi menurut dengan patuh.

Lalu tak lama berselang, kini semua hidanganpun telah tersaji di atas meja.  Mulai dari nasi goreng yang begitu menggoda, sup rumput laut yang hangat, omelet, kimchi, dan lain-lain.

"Hmm, ada yang kurang!! Oh ya astaga, Kookie di mana?" tanya sang appa tiba-tiba, lantaran anaknya yang paling bontot belum juga keluar dari kamarnya.

"Eum sebentar, biar aku panggilkan saja appa!!" inisiatif anak tertuanya, dan segera beranjak dari tempatnya.

Sembari menunggu namja tadi menjemput adiknya, kini sepasang suami istri tadipun mulai asyik bercengkrama satu sama lainnya.

"Ne So Hee-ya, hari ini oppa akan melakukan banyak sekali operasi besar. Jadi oppa akan terlambat pulang nanti," mulai sang suami yang bernama lengkap Jeon Hyuk Jin pada sang istri didekatnya.

"Arrayo oppa. Tapi oppa jangan lupa untuk beristirahat nanti nde?" sahut So Hee, seraya menunjukkan wajah khawatirnya.

"Hmm, tentu saja So Hee-ya. Oppa juga akan menelepon mu nanti," sahut sang suami, dan membuat istrinya jadi tersenyum cerah.

"Pagi eomma, appa!" sapa seseorang tiba-tiba, yaitu yang tak lain anak bungsu pasangan tadi dan segera mengalihkan perhatian kedua orang tuanya.

"Aigoo Kookie, kenapa kau digendong seperti itu oleh hyungmu nak?" heran So Hee pada bungsunya yang sedang didukung oleh sang anak tertua.

Lain halnya dengan sang suami, yang justru hanya bisa tersenyum dibuatnya.

"Biasa eomma, adikku yang satu ini kan memang sangat malas!!" sahut si sulung yang justru menjawab.

"Ish ... terserah Kookie dong hyung!! Kan Kookie malas jalan! Capek," bantah sang adik, dan hanya mendapat gelengan kepala dari kedua orangtuanya.

"Nah karena sekarang sudah sampai, ayo cepat turun! Hyung pegal nih," ujar Namjoon kemudian.

Karena jujur saja, walapun adiknya ini berumur 15 tahun, tapi tubuhnya sangat bongsor dan justru lebih besar dari tubuh kakaknya yang terpaut 9 tahun dengannya.

"Shirreo. Dudukkan Kookie hyung!" pinta Jung Kook, dan semakin membuat Namjoon sebal dibuatnya.

"Astaga Kookie, kau itu hanya tinggal turun saja. Masa masih mau hyung sih?" omel Namjoon.

"Ayolah hyungie. Ya ya?" bujuk Jung Kook. Hingga mau tak mau, akhirnya Namjoon sang kakakpun tak bisa lagi menolak karenanya.

"Dasar kelinci manja!!" umpat Namjoon pelan, namun hanya mendapat cengiran saja dari si empu yang dikatainya.

Sementara berempat, akhirnya mereka semuapun sudah berkumpul di meja makan sekarang.

"Eum omma, appa, bisa kita mulai makan?" tanya si bungsu, yang rupanya sudah sangat kelaparan.

"Sebentar sayang, kita berdoa dulu," sahut sang ibu, dan membuat anak tadi jadi menepuk kepalanya sendiri dengan pelan.

"Hehe ... Kookie lupa eomma!!" cengirnya dengan lebar.

"Nah anak-anak, appa pimpin doa dulu sekarang nde!!" ujar sang appa, dan segera diikuti oleh yang lainnya.

2 menit berselang, kini merekapun sudah siap untuk memulai acara sarapan mereka.

"Selamat makan!!" teriak si bungsu kencang, dan membuat anggota keluarganya yang lain terkekeh.

Sementara itu di tempat lainnya.

"Yaa Taehyungie, kau yakin akan keputusanmu ini? Bagaimana kau akan bertahan hidup di sana nanti eoh," tanya seorang namja, yang begitu terlihat sangat khawatir saat ini.

"Jangan khawatir Youngmin-ah!! Aku tau ini begitu mendadak, tapi aku sudah tak tahan lagi tinggal di sini. Jadi aku akan tetap pergi ke Seoul, apapun itu resikonya!!" sahut namja yang bernama Taehyung itu dengan tegas.

"Yaa ... aku tau paman dan bibimu itu sering menyiksamu. Tapi ayolah sobat, kita bahkan masih kelas 2 SMA sekarang!" kata yang satunya pula, yaitu kembaran dari namja pertama tadi yang merasa tak yakin akan tekad sahabatnya ini.

"Arraso. Tapi bukan berarti aku selamanya akan diam jika diperlakukan seperti itukan? Ayolah Kwang, Young ... aku sudah lelah hidup terus-terusan dengan imoku. Lagipula aku bertekad ke Seoul, tak lain dan tak bukan juga bermaksud untuk mencari eommaku. Siapa tau aku bisa menemukannya di sana kan?" kata Taehyung lagi, dan berusaha menyakinkan kedua sahabatnya tersebut.

"Kau memang keras kepala Tae!! Lalu dengan siapa kau akan tinggal di sana eoh?" tanya Youngmin cemas.

"Ada alamat Jiminnie yang sudah lama aku simpan. Jadi setibanya di Seoul, aku akan ke tempatnya," jelas Taehyung, dan membuat ke dua orang tadi sedikit bernafas lega.

"Lalu apa yang akan kami katakan pada keluarga bibimu nanti eoh? Dia pasti akan menanyakanmu nanti," ujar Kwangmin khawatir.

"Bilang saja tak tau. Lagipula mereka tak akan mempermasalahkanku jika aku pergi," sahut Taehyung, dan membuat kedua sahabatnya tadi menjadi sedih.

"Yaa Taehyungie ... sebenarnya aku masih tak rela membiarkan kau pergi dengan tujuan yang belum jelas begini. Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu nanti eum?" cemas Youngmin, sembari menepuk pelan bahu sahabatnya.

Sementara Taehyung yang mendengarkan penuturan sahabatnya tersebut, sebenarnya jauh di dalam hatinya anak itu juga merasa sedikit cemas akan nasibnya nanti.

"Ne Taehyungie, kau batalkan saja niatmu ini eum? Ayolah ... tak usah pergi Taehyungie," bujuk Kwangmin pula.

Sementara bertiga, mereka sudah berada di stasiun kereta api dengan jurusan kereta menuju Seoul.

"Mm, mian kawan!! Aku tak bisa. Aku harus pergi, dan itu sudah keputusanku. Aku tak mau jika terus terjebak disini terus- menerus," putus Taehyung tegas, dan membuat ke dua sahabat kembarnya tadi langsung mendenguskan nafas mereka dengan berat.

"Perhatian-perhatian ... kepada para penumpang kereta dengan jurusan Seoul, sebentar lagi pintu akan ditutup. Kepada penumpang, diharapkan untuk segera masuk ke dalam kereta," terdengar bunyi speaker tiba-tiba, dan membuat ketiganya saling bertukar pandang karenanya.

"Nah, kurasa sudah waktunya aku pergi sekarang. Mian ne? Terimakasih sudah menjadi sahabat baikku selama ini," ujar Taehyung, sembari sudah merangkul salah satu sahabatnya.

"Apa yang kau maksud dengan perkataanmu itu eh? Memangnya persahabatan kita akan berhenti sampai di sini saja apa?" marah Youngmin yang didekap, namun tetap membalas pelukan sahabatnya itu.

"Arrayo Youngmin-ah. Kau ini sensitif sekali sih?" kekeh Taehyung.

Setelahnya, ia juga beralih pada Kwangmin di sebelahnya untuk ikut pula memberikan namja itu sebuah pelukan perpisahan.

"Aigoo Taehyungie, kita akan sangat merindukanmu nanti sobat!!" gumam Kwangmin yang terdengar serak, seraya menepuk-nepuk punggung Taehyung dengan pelan.

"Arraso. Karena aku juga akan sangat merindukan kalian nanti," balas Taehyung dan perlahan mulai melepaskan dekapannya.

"Perhatian-perhatian ... kepada para penumpang kereta dengan jurusan Seoul, sebentar lagi pintu akan ditutup. Kepada penumpang, diharapkan untuk segera masuk ke dalam kereta!" ulang pengeras suara tadi, dan membuat ketiganya mulai saling berpandangan karenanya.

"Eum sobat, kurasa aku harus benar-benar pergi sekarang. Sampai jumpa nde?" lambai Taehyung, dan mulai menjauh dari ke dua sahabatnya tadi dengan perlahan.

"Ne Kim Taehyung sobatku, kau jangan lupa untuk selalu jaga dirimu eum? Jangan sampai kau hidup terlantar di sana sobat!" seru Youngmin tiba-tiba, dan membuat Taehyung membalikkan badannya.

"Nde Youngmin-ah, akan ku usahakan!!" sahut Taehyung, dengan suara yang tak kalah serak.

"Jangan lupa juga kau temui Jimin sesegera mungkin setelah kau tiba di Seoul nanti, okay? Jangan sampai tersesat," pesan Kwangmin pula sembari mulai melambai-lambaikan tangannya.

"Arraso. Akan ku lakukan seperti pesanmu Kwang!!" balas Taehyung, dan kali ini sembari memberikan senyuman kotaknya pada kedua orang tadi.

"Jja ... sampai jumpa ne!" lambainya kemudian, dan perlahan mulai masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang mengantri untuk masuk ke dalam kereta.

Sementara Youngmin dan Kwangmin di belakangnya, kedua anak kembar itu pun terlihat begitu sangat kehilangan sekarang.

"Ne hyung, semoga Tae selamat sampai tujuan ya?" ujar Kwangmin, pada kembarannya yang tengah berdiri di sampingnya.

"Nde, semoga saja saeng!!" sahut Youngmin menanggapi.

TBC

See you in the next chap chingudeul. 👋👋

Update setelah View nya 2100.😉

Jangan lupa vote, comment & share, okay? 💜

Sedih saya. 🤧🤧 Yang baca lumayan, tp nggak sebanding sama yang ngevote.☹

Next chapter