1 Nasib Gue!

Kalian tahu dua pertanyaan horor setelah kalian lulus kuliah dan mendapatkan gelar sarjana? Sini gue kasih tau ya:

Pertama kalau kalian sudah punya kerja sebelum kalian lulus atau beberapa hari lulus langsung dapat kerja berarti kalian selamat.

Kedua jika kalian sudah menikah atau minimal sudah punya gandengan berarti kalian juga selamat. Atau paling enggaknya salah satu dari hal itu mungkin diri kalian gak akan sengenes gue yang udahlah jomblo, pengangguran pula. Sial emang nasib gue, gak ada bersyukurnya emang hidup gue.

Dari kalimat di atas kalian pasti tahu dua pertanyaan nan jahara itu! Kerja di mana dan kapan nikah. Horor banget kan ya? Merinding bulu-bulu dedek, eeh.

Oh iya butuhkah kalian tahu siapa manusia ngenes yang tidak lain dan tidak bukan adalah diri gue sendiri ini? Butuhlah ya takutnya nanti kalian cuma manggil gue si Fulan apalagi Mawar entar yang ada suara gue aneh lagi dan lagipula hello dedek masih punya nama yang kece topan karena badai sudah terlalu mainstream.

Nama gue * teeet* sensor, yang jelas kalian bisa manggil gue Tiah, pake H loh ya. Kalau nama panjang gue gak penting juga kalian tahu, buat apa coba?

Nasib ngenes gue ini sudah berjalan selama beberapa bulan setelah hari wisuda gue, eh dari sebelum wisuda juga kayaknya. Emak udah bawel tiap hari nanyain mana babang gue kok gak ada di bawa ke rumah? Wahai mami darling ku tersayang, dulu nge-doktrin gue supaya jangan pacaran dulu sampai menyelesaikan pendidikan lah sekarang langsung nanyain mana gandengan gue dikata nyari pacar kayak nyari tukang kacang rebus di Ancol sore-sore? Ancol yang di Jambi yak bukan yang di Jakardah.

Emak gue paling doyan banget bilang begini, "Tengok tuh adek kau bae sudah ado pacar e kau mano? ko dag ado mawak ke rumah," yah begitulah kira-kira yang kalau gue translate ke bahasa Indonesia kira-kira begini bunyinya, "Lihat itu adik kamu sudah punya pacar, kamu mana kok gak ada dibawa ke rumah?" ya salam horor banget kan? Gue lagi deket sama cowok aja kagak gimana ceritanya coba bisa punya pacar? Lagian yah adik gue mah nekatan dari SMA udah gonta-ganti pacar, kalau gue mah pantang jadi mantan. Maafkeun adikku tercinta.

Fyi, kalau mau tahu sih gue anak ke - empat dari lima bersaudara, satu anak laki-laki dan empat perempuan, banyak kan ye anak emak gue. Ayuk dan abang gue yang manteng di chart (jaelah chart) paling atas udah pada punya buntut, dan kakak yang di atas gue alias si nomor tiga sudah tunangan, adek gue udah punya calon. Lah gue? iya gue, apa kabar dikau wahai Tiah kenapa kejombloanmu ini belum juga berakhir.

Lupakan masalah gue yang jones lanjut ke pertanyaan horor modelan kedua yaitu "Kerja di mana?" mungkin kalau dikau habis jadi sarjana mau langsung mecah telor alias nikah gak akan jadi momok ini pertanyaan. Tapi bagi gue yang notabene pengacara alias pengangguran banyak acara, itu pertanyaan horor banget dan sebisanya gue menjauhi pembicaraan yang menjurus ke sana, mending gue mabur nongkrong di kamar, kunci pintu, buka laptop terus mengkhayal dah nyambung cerita onlen yang gue buat.

Nyari kerja itu ternyata gak mudah. Dulu semasa gue masih kuliah di kampus ungu, gue selalu mikir santai soal kerjaan, nyatanya nyari kerja itu nasib - nasiban. Untung temen akrab gue yang lulusnya bareng gue juga masih nganggur jadi gak lebih ngenes lagi hidup gue, haha ketawa jahara.

Gue udah masukin lamaran ke sana sini tapi nihil, cuma empat kali gue dipanggil buat wawancara. Dua panggilan abal-abal yang niatnya nipu buat jualan tiket travel yang satunya di tempat antah berantah dan satunya lagi ngomong seolah bakal di terima tapi nyatanya sampai sekarang gak dipanggil juga buat kerja, asem memang.

"Bul, jangan lari-lari." Gue menoleh ke arah suara.

Ah elaah gue baru ingat kalau status jones gue ini sudah sedikit berubah atau lebih tepatnya udah ganti semenjak gue kenal dan jadian dengan cowok jawa di seberang sana yang lagi keliyeran ngejar keponakan gue si Embul.

Orangnya tinggi sekirat 175 cm kali ya dengan kulit berwarna kecoklatan dan berwajah lempeng. Gak dia gak ganteng bingit kayak di novel - novel yang gue baca atau drama korea yang gue tonton. Dia biasa aja dengan kharismanya sendiri. Mungkin karena wajah lempengnya itu sampai dia kenal banyak cewek tapi nyantolnya malah sama gue yang notabene manusia antah barantah yang baru nongol dalam hidupnya.

Gue masih bengong aja ngelihat dia yang sudah mulai kewalahan mengikuti keponakan gue yang tenaganya strong banget kuat lari-larian ke sana ke mari mengejar bola yang dia lempar sendiri. Ya salam sekalian olahraga ya bang?

Gue berjalan mendekat, gue tahu dia sudah mulai kepayahan mengikuti gerakan lincah keponakan bontot gue ini.

"Kamu aja ya yang jagain, Abang capek ngikutinnya." Gue mencebikkan bibir mendengar ucapannya.

"Baru jagain bentar aja udah ngeluh," ejek gue.

"Gimana mau punya anak entar kalau jagain anak kecil aja gak kuat," sambung gue. menyambung ejekan.

Dia menghembuskan nafas pelan sebelum mengutarakan isi pikirannya.

"Kalau perkara anak sendiri beda. Lagian sebagai calon ayah, Abang kuat-kuat aja kok bikinnya." Dia mengedipkan sebelah matanya yang gue sambut dengan gerdikan geli. Dia mah kalau ngomong suka sekate-kate.

"Huuuuaaaah......" Kami kompak menoleh ke arah jeritan nan syahdu memekakan telinga. Embul sudah menangis sambil tertelungkup, hayo jangan kira dia kesandung terus jatuh ya. Nyatanya Embul nangis gara - gara kepentok bawah meja waktu dia merangkak mengambil bolanya yang nyelip di pojokan meja yang mentok ke dinding.

Kami langsung berlarian mendekati Embul yang menangis semakin heboh. Gue langsung mengangkat tubuh mungilnya dan mengusap rambut keritingnya mencoba membuat dia menghentikan tangisan dahsyatnya ini.

"Uuuuhh... cupcupcup. Mana yang sakit?," tanya gue masih terus mengelus kepalanya. Anak umur setahun delapan bulanan udah bisa ngertikan ya gue ngomong apa?

"Mana yang jahat? Mejanya jahat ya?" Gue lihat Embul melirik sedikit sambil mengucek matanya menoleh ke arah cowok gue yang sedang beradegan kekerasan. Kekerasan ngegebukin meja maksud gue. Dengan muka lempengnya dia memukul - mukul meja yang gue rasa gak salah apa-apa secara itu meja emang sudah di situ sejak dahulu kala.

"Embul mau bobok ya?" Gue lihat Embul masih mengucek matanya tanda dia mau menyelam sambil minum susu ke dalam alam mimpinya.

Gue melangkahkan kaki menuju kamar kedua orang tua Embul yang saat ini sedang melanglang buana mencari nafkah untuk masa depan anak berambut kriwilnya ini. Gue berjalan meninggalkan babang gue yang kayak orang gila mukulin meja yang tak berdosa. Gue kabur aja supaya gak ikut dikatain gila sama orang yang kebetulan lewat di depan rumah.

"Bang bikinin susu gih," perintah gue sedikit berteriak setelah membaringkan Embul di atas tempat tidur.

"Susu kamu kan ada?" katanya sembari menampakkan kepalanya dari balik tabir kamar. Gue melotot sangar berniat melempar bantal namun dia sudah berlalu ke dapur sembari cekikian sendiri.

Gue mengeluarkan benda pipih nan cangging made in china yang gue beli seharga gopek ribu ditambah gopek ribu kemudian memutar video Minion yang selalu sukses membuat Embul tertidur. Tenang gue selalu mengatur pencahayaan dan jarak agar tidak merusak matanya yang masih suci. Takut kena radiasi gituloh.

Gak sampai lima menit kemudian tu abang - abang sudah masuk ke kamar Embul, menyodorkan sebotol susu formula untuk gue jejelin ke mulut mungil Embul.

"Eh Abang mau ngapain?" tanya gue begitu melihat dia ikut berbaring di samping Embul. Wadoow apa kata orang kalau ngelihat kami berdua eh bertigaan sih sama Embul di dalam kamar? Alamat disidang bapak sendiri gue.

"Abang ngantuk," jawabnya singkat sembari melipat tangannya di bawah kepala.

"Keluar," ucap gue sangar sambil melotot. Dia melirik sedikit ke arah gue kemudian bangkit mengambil bantal dan berjalan keluar kamar.

Tangan gue udah pegel hampir setengah jam ini tangan melayang di udara menghadap ke arah Embul yang matanya tinggal beberapa watt. Gue bantu dengan sedikit elusan di atas keningnya agar dia beneran tidur dan nggak ngerusuhin gue lagi.

Gue melangkahkan kaki keluar kamar dan mata gue langsung tertuju ke arah sudut ruang tamu. Babang gue sedang menutup matanya, tertidur dengan wajah damai. Hari ini hari kamis, dia gak masuk kerja alias ambil cuti dan memilih datang ke rumah gue. sia-sia dah tuh jatah cuti yang cuma setahun dua belas kali. Sampai sekarang gue gak pernah nyangka ternyata ada juga yang mau sama gue. Tapi kasihan juga dia pasti capek, capek sama kelakuan gue.

avataravatar
Next chapter