webnovel

YOUR HIGHNESS' ORDER

23rd January Wednesday, 07.11 A.M.

Pagi ini, Darius mengantar Jennifer kembali ke London sebelum jennifer pergi bekerja. setelah berpamitan pada Erica, jennifer segera masuk ke mobil.

“Sudah berapa lama kau dan Arthur berteman? Setahu ayah dia baru pindah ke London awal tahun ini. apa kalian sudah saling mengenal sebelumnya?” tanya Darius di perjalanan.

Jennifer menoleh, menggelengkan kepalanya. “tidak. Kami baru saja kenal. Well, kuakui dia pria yang cukup menyenangkan, mungkin karena itu kami sudah terlihat cukup dekat.”

“Oh ya? terdengar bagus. Dia memang pria yang ramah dan perhatian. Ayah saja baru bertemu dengannya 2 kali tapi kami sudah akrab seperti ayah dan anak.” Ucap Darius, tertawa pelan.

Jennifer tertawa. “Kadang dia juga menyebalkan seperti kemarin. Tapi, itu memang dirinya.”

Darius tertawa menyetujuinya. Usai mengatakannya, jennifer giliran bertanya.

“Menurut Daddy, bagaimana dengan arthur?” tanya Jennifer yang terdengar ragu.

Darius mengernyitkan keningnya. “Bagaimana apanya?”

“Yah, tentang arthur.”

“Oooh. Sebagai sesama pria atau sebagai rekan kerja?” tanya Darius. Namun, ia kembali berkata. “seperti yang ayah katakan, dia ramah dan perhatian. Menurut ayah, dalam pekerjaan saja dia pria yang bertanggung jawab. Dan setelah melihatnya tadi siang, ayah semakin yakin jika dia termasuk ke dalam jajaran pria langka saat ini.”

Jennifer tertawa. “pria langka? Kenapa Daddy malah melebih-lebihkannya?”

“Daddy tidak sedang melebih-lebihkan seseorang yang sudah mempunya kelebihan seperti Arthur. Ayah menyukainya.” Kilah Darius. “tapi kenapa kau bertanya?” tanyanya kemudian.

Jennifer menoleh. “Oh? Tidak. Aku hanya bertanya.” Jawabnya asal, mengedikkan bahunya tak peduli.

“Lalu bagaimana pekerjaanmu sejauh ini? tentang mereka?” darius sempat melirik jennifer sekilas.

Terdengar helaan napas dari jennifer. Ia membuka kaca jendela mobil, merasakan semilir angin. “Seperti itulah.” Jawabnya –mengedikkan bahunya. “pekerjaanku baik-baik saja. Aku mendapat beberapa tawaran pekerjaan di beberapa brand pakaian. Dan tentang mereka, yah, aku sempat bertemu mereka lagi di club. Tapi, saat itu aku bersama arthur dan Brittany. So, everything was fine.” Lanjutnya, tersenyum dengan tenang.

Jennifer tidak akan bercerita tentang pesan-pesan sampah itu. ia takut aka membuat kedua orang tuanya khawatir. Cukup Arthur saja yang mengetahuinya.

*****

Arthur’s room –Campbell Enterprise, London, UK.

Arthur menggaruk telinganya yang terasa gatal di tengah pembicaraannya dengan Danzell.

“Telingaku gatal sekali. sepertinya ada yang membicarakanku di belakang.” Celetuk Arthur.

Danzell menggelengkan kepalanya. “Kau percaya hal seperti itu?”

Arthur menoleh, kemudian mengedikkan bahunya. “Siapa tahu memang benar.”

Danzell tertawa. “Semoga saja bukan tentang keburukanmu.” Sahut Danzell.

Seakan teringat sesuatu, danzell menutup kertas dokumennya, dan membuka ponselnya. Menuju aplikasi pesannya.

“Ah, iya. Dennis terus mengirimiku pesan. Dia terus mengingatkanku jika tanggal 30 nanti dia berulang tahun.” Kaat Danzell. Arthur mendongak, tertawa rendah.

“Tipikal Dennis.” Sahut Arthur.

“Dilihat dari kepribadiannya, aku bisa menebak jika ia pria yang kesepian, dalam artian yang lain. Memang dia akan mengadakan pesta?” tanyanya kemudian.

Arthur menyandarkan kepalanya pada kepala sofa. “entahlah. Dia selalu melakukan semuanya dengan mendadak. Bersiap-siap saja. Jika dia mengadakan pesta, dia mungkin akan menggeretku kembali ke paris.”

Danzell menganggukkan kepalanya menyetujui. “Tipikal Dennis.”

Begitu mengatakannya, danzell berdiri, dan mengambil beberapa dokumennya untuk dibawa menuju meja kerjanya. ia meninggalkan arthur yang sedang beristirahat di sofanya.

Ponsel Arthur berdering, tanda sebuah pesan yang masuk.

“Kami sudah melakukan seperti yang Tuan minta. ada 5 orang yang sudah mengawasi rumah Nona Jennifer. Mereka sudah mulai mengawasi pagi tadi. ada 2 orang juga yang mengawasi Nona Jennifer setiap pergi keluar.”

Begitulah yang dikatakan oleh si pengirim pesan. Arthur merasa sedikit lega. Setidaknya ada beberapa orangnya yang mengawasi keamanan Jennifer tanpa diketahui siapapun. Persetan dengan segala ancaman Robert. Semua yang dikatakan Robert akan ia anggap sebagai angin lalu. Karena saat ini, Robert adaalah satu-satunya orang yang ia curigai.

Sebenarnya, arthur sempat berpikir untuk bisa mengantar jemput jennifer setiap saat jennifer pergi ke luar. Namun, rasanya tidak akan semudah itu, mengingat ia sudah pernah masuk berita saat di Skotlandia tempo lalu. Walaupun banyak yang belum mengetahui tentangnya, tapi tetap saja ia harus menjaga reputasi Jennifer sendiri.

*****

12.45 P.M. Arthur’s room –Campbell Enterprise, London, UK.

Arthur baru saja kembali setelah makan siang bersama Danzell di sebuah restoran di samping perusahaannya. Begitu ia mendudukkan diri di kursi kerjanya, pintu ruang kerjanya terbuka. Tanpa menoleh pun arthur tahu siapa yang melakukannya.

“Hei, kau sibuk?” tanya Jennifer, melangkah menuju meja kerja Arthur. ia duduk di meja kerja arthur.

“Aku baru saja kembali dari makan siang. Ada apa kemari?”

Jennifer membuka tas tangannya, mengeluarkan sebuah kertas, dan menyerahkannya pada Arthur.

“Aku kemari hanya ingin memberimu ini. aku mengadakan pestanya dirumah. Datanglah.” Ucap Jennifer. Arthur mengambil kertas undangan itu dan membacanya.

“Ulang tahunmu? Tanggal 28 ini? aku baru tahu.”

“Aku baru saja memberimu undangannya. Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Ingat, catat tanggalnya baik-baik. Dan jangan datang dengan tangan kosong, Arthur. kau tahu kan maksudku? Kau tamu spesialku.” Kata Jennifer, berlalu meninggalkan Arthur.

Arthur tertawa. Itu bukan lagi permintaan. Tapi perintah dari Yang Mulia. Dan arthur tidak akan bisa menolak atau menghindar.