webnovel

CINDERELLA'S SHORT TRIP

26th January Saturday, 11.20 A.M. Walker Art Gallery, Liverpool, UK.

Jennifer bersama robert baru saja sampai di Liverpool setelah berkendara selama hampir 4 jam lamanya. Bahkan jennifer sempat tertidur sebelum mereka sampai di sini.

“Pakai jaketmu dengan benar.” Kata Robert seraya membenarkan kancing pada jaket tebal Jennifer.

“Terima kasih.” Balas Jennifer, tersenyum.

Jennifer turun dari mobil, menatap sebuah bangunan besar di depannya. Mereka sedang berada di Walker Art Gallery. sebuah galeri seni yang menampung koleksi seni terbesar di Inggris. Galeri ini dipromosikan sebagai “Galeri Nasional Utara” karena ini bukan galeri lokal atau regional tapi merupakan bagian dari museum dan galeri nasional yang dikelola langsung dari dana pemerintah pusat.

“Ayo masuk.” Robert berdiri di samping Jennifer. Keduanya masuk bersama dengan sesekali saling bergandengan tangan.

Saat melewati beberapa tumpukan salju, jennifer jadi teringat momen dimana ia bermain salju bersama arthur di skotlandia. Dia tersenyum membayangkannya. Ah, memikirkannya saja membuatnya ingin kembali bermain salju dan mengganggu pria itu.

Begitu memasuki bangunan itu, jennifer mengitarkan pandangannya pada setiap penjuru ruangan. Sangat indah dan tertata. Jennifer menyukai seni walaupun ia tidak paham mengenai seni, bahkan melukis. Tapi, ia menyukai mereka. Semua karya itu memperlihatkan kesungguhan sang pembuat. Jennifer jadi iri.

Ada beberapa patung dan ukiran saat Jennifer memasuki suatu ruangan. Jennifer menyentuhnya –terasa lembut dan halus. Sekali-kali, jennifer meminta robert untuk mengambil foot dirinya di ruangan ini.

Usai merasa puas di ruangan ini, jennifer dan robert beralih menuju ruangan lain. Kali ini, bukan patung dan ukiran yang menyambut mereka. Ada beberapa lukisan besar yang terpampang di dinding.

“Kau tidak ingin belajar melukis?” tanya Robert.

Jennifer menoleh, terkekeh mendengar pertanyaan yang jennifer anggap konyol. “Aku tidak ada waktu, Robert.”

“Aku bisa mengajarimu.”

Jennifer kembali tertawa rendah. “Kau? Aku tidak yakin. Itu pasti alasanmu saja supaya kita bertemu setiap hari. Aku benar, kan?” tebak Jennifer yang bermaksud memberi candaan.

Robert tertawa, kemudian merangkul pundak jennifer. “Kau sudah hafal.”

Jennifer menggelengkan kepalanya. Tentu saja dia hafal apa yang akan robert lakukan sejak dulu untuk memikatnya. Well, jennifer tidak bisa memintanya berhenti karena ia tidak berhak. Toh, semua orang berhak mencintai siapapun.

“Kau sudah lapar? Ini sudah jam makan siang.” Tanya Robert begitu mereka keluar dari galeri.

“Hmm, bagaimana jika kita membeli makanan yang bisa dimakan di mobil? Kita bisa mengunjungi taman safari sambil makan siang, kan?” jennifer berusaha mengutarakan keinginannya.

“Bisa juga. Baiklah, kita cari tempat makan yang menyediakan drive-thru dulu kalau begitu.”

*****

13.45. A.M. Knowsley Safari Park, Liverpool, UK.

Robert segera menghabiskan makanannya saat mereka sudah memasuki kawasan taman safari. Begitu selesai menghabiskan semua makanannya, tanpa menunggu jennifer, ia melajukan mobilnya hingga mereka dapat melihat beberapa hewan yang sedang berjalan-jalan.

“Ternyata diaa besar juga jika dilihat dengan dekat seperti ini.” gumam Jennifer kagum melihat hewan unta dengan punuk dua.

“Aku juga baru pertama kali melihatnya sedekat ini.” sahut Robert, menyetujui apa yang dikatakan Jennifer.

Robert melirik pada makanan Jennifer yang beberapa masih utuh. “Jenny, makan dulu makananmu. Kau sendiri yang ingin memakannya di sini.” Ucap Robert, berusaha menyuapi Jennifer yang masih melihat kagum hewan itu.

Tanpa menjawab, jennifer membuka mulutnya lebar-lebar dan menerima satu suapan besar dari Robert. Ia kembali menoleh ke luar jendela sementara robert terkekeh geli sendiri. Kali ini, ia merasa seperti sedang menemani gadis kecil yang senang melihat hewan di taman safari.

“Dasar anak kecil.” Gumam Robert seraya mengacak-acak puncak kepalanya, sengaja membuat jennifer sebal.

“Robert! Lihat, rambutku berantakan! Kau bisa membuatku mati tersedak.” Rutuk Jennifer kesal.

“Habiskan dulu makananmu, Tuan Putri. Kau sendiri yang akan tersedak jika terus menerus melongo seperti itu.” balas Robert. Tanpa menunggu lagi, robert kembali melajukan mobilnya.

Tanpa menoleh kea rah Robert, tangan jennifer terus memukuli lengan pria itu seraya mengatakan, “Lihat! Lihat! Mereka melihat ke arah kita! Ponsel, ponselku mana. Aku butuh gambar mereka. Ah, mereka lucu sekali.”

Jennifer segera mengabadikan momen dimana kawanan rusa melihat ke arahnya, seolah tahu jika ada orang yang mengunjungi mereka saat ini. jennifer bersorak begitu mendapatkan beberapa gambar mereka yang terlihat begitu menggemaskan.

Robert tertawa. Kemudian, ia ikut mengeluarkan ponselnya. “Lihat ke sini, aku akan mengambil fotomu dengan mereka.” Ucapnya. Jennifer langsung menoleh dan melakukan beberapa pose lucu di depan kamera hingga membuat robert tertawa.

Jennifer kembali sibuk dengan kawanan rusa yang kini sudah berpencar dan berjalan kesana kemari. Ah, jika diperbolehkan, ia sangat ingin mendekati mereka dan berfoto dengan jarak yang dekat.

Mobil kembali melaju. Jennifer melambaikan tangannya pada kawanan rusa itu dan menggumamkan ucapan perpisahan yang terdengar menggemaskan bagi Robert.

“Lihat, dia mirip sepertimu.” Goda Robert sembari menujuk pada seekor harimau yang tengah menatap mereka.

Jennifer menoleh kesal. “Kau menyamakanku dengan hewan karnivora itu?”

Robert tertawa. “Bukan menyamakan lagi. Tapi sifatmu sudah seperti dia.” jawab Robert.

Jennifer berdecih. “Kalian pasti selalu menyamaiku dengan harimau. Padahal kalian sendiri tahu aku bagaimana.” Rajuk Jennifer.

“Ya ampun, kau tidak perlu marah seperti itu. tentu saja aku tahu bagaimana dirimu. Aku hanya bercanda, jangan marah seperti itu, jennifer.” Robert berusaha menenangkan Jennifer yang menatap arah lain, seperti tidak ingin menanggapi apa yang dikatakan pria di sampingnya.

“Baiklah. Maafkan aku, hm? Aku hanya bercanda. Kau bukan seperti seekor harimau itu. kau seperti kelinci yang menggemaskan?”

Jennifer kembali menoleh. “Kelinci? Kenapa tiba-tiba kelinci?” tanyanya.

Robert mengedikkan bahunya. “Aku hanya mengatakannya. Karena kelici lucu dan lembut?”

Jennifer memutar matanya jengah. “Terserah.” Sahutnya. Sementara Robert kembali tertawa.

“Baiklah, Tuan Putri. Tutup jendelamu. Udara dingin bisa membuatmu sakit. Kita harus segera melaju lagi.” Ucap Robert lembut.

Kini, mobil segera melaju jauh sampai akhirnya mereka sampai di pintu keluar. Jennifer sangat menyayangkan hari yang sudah semakin malam dan kini dia harus kembali ke London.

“Tenang saja, kita bisa pergi ke sini lagi jika kau mau. Atau pergi ke tempat lain jika ada tempat yang kau inginkan.” ucap Robert, berusaha membuat jennifer kembali tersenyum di perjalanan pulang mereka.

“Tetap saja tidak akan sama dengan hari ini.”

“Jangan merajuk seperti itu, jennifer. Kau ingat, kan Ruby sudah memperingati agar kita tidak pulang terlalu larut. Aku akan mati jika tidak membawamu pulang tepat waktu.” Kata Robert.

Jennifer berdecih sebal. “Seperti Ruby ibu periku yang meminta Cinderella pulang pukul 12 malam saja.”

Robert tertawa. “Kau memang Tuan Putri. Kau perlu perlindungan dan penjagaan. Kau tidak boleh terluka dan tersakiti.” Sahut Robert.

Jennifer merasa sebal setiap kali ruby menjaganya terlalu ketat. Bahkan saat bepergian seperti ini saja, ruby masih memperlakukannya begitu. Sebagai model dan seorang public figure, tentu saja banyak orang yang akan membencinya bahkan menyakitinya. Jennifer hanya tidak ingin dianggap seperti itu.