1 Dendam

XeckZorz Kingdoms merupakan zaman dimana dunia dipimpin oleh kerajaan.

Orang-orang melakukan aktivitasnya masing-masing. Keadaan masih normal seperti biasanya. Musim panas kali ini normal, tidak ada yang bisa dilakukan selain melakukan apa yang seharusnya dilakukan orang-orang.

Terlihat Fura sedang duduk dibawah pohon sambil menikmati angin sejuk sepoi-sepoi yang melewatinya.

"Hum...."

Ia berada dibawah pohon rindang sambil memegang sebuah tumbuhan yang banyak menjadi rumput disana.

Awan-awan berkumpul di satu titik, akankah hujan? Oh ya, Mendung bukan berarti hujan. Sinar matahari yang sebelumnya membuat tubuh kepanasan hingga mengharuskan diri untuk tinggal didalam sebuah kolam akhirnya sinarnya semakin redup termakan awan.

Ya, situasi saat ini bukanlah situasi untuk bersantai-santai menikmati es krim di tengah hari. Saat ini, kerajaan-kerajaan di belahan dunia sedang berseteru. Tentu saja bukan hal biasa jika tiba-tiba terjadi perang mendadak.

Sorot melesat ke arah Faza dan Leo yang sedang memancing di sebuah danau. Udara sejuk nan sunyi membuat hati tenang dan damai. Tapi tidak dengan makhluk sembrono ini.

"Daritadi pagi ku duduk disini, lihatlah.... Kosong" ucap Faza sambil memegangi ember yang rencananya ia masukan ikan hasil tangkapannya, tapi embernya kosong tidak berisi. Ya, bisa dibilang dia tidak dapat ikan.

"... Sial, ikan-ikan tidak mau mendekati umpanku, apalagi para gadis! Ya Tuhan, nasib naas ku ini...."

Leo yang berada di dekat Faza pun sedikit geram dengan celotehan Faza yang daritadi bicara tidak jelas.

"Hadeh.... Makanya, jangan heran kalau kau tidak laku atau apa namanya itu" sindirnya. "-bodoh sekali, tidak sabaran, dan good lookingnya dibawah rata-rata..."

Faza pun tersentak dengan apa yang dikatakan Leo barusan.

"Hey, apa yang kau katakan tadi....!?" gerutunya.

"Sudahlah lupakan.... Lagi pula, eh-"

Tali pancing miliknya tertarik kedasar yang berarti ia mendapatkan ikan.

"Nah, seperti ini.... Sabar pasti ada hadiahnya" sambung Leo sambil memasukan ikan hasil tangkapannya kedalam ember.

"Menurutku itu tidak adil!" keluh Faza sambil melempar seluruh umpan cacing miliknya ke danau.

"Huh....?"

"Eh, oehhhh!!"

Umpan cacing yang barusan ia lempar malah disantap puluhan ikan kelaparan tak jauh dari tempat pancing miliknya. Sungguh nasib sial bagi makhluk ini.

"Kurasa kau memang dikutuk untuk mendapatkan sial seumur hidup. Haha...." ejek Leo sambil menertawakan Faza.

"Hei, apa yang salah? Hahhhh...."  hembus Faza tertunduk lesu.

Cahaya matahari pun berubah menjadi kuning ke-oranye-an yang artinya hari sudah sore. Angin-angin berhembus mengoyang-goyangkan rumput-rumput tinggi.

Entah apa yang telah merasuki pikiran Fura. Ia tetap saja berada di bawah pohon. Apakah ada yang ia pikirkan?

Hatinya beku dan juga kosong, mungkin itu yang menjadi penyebabnya. Semenjak kejadian yang telah lama menimpanya, itu sangat melekat di hatinya. Ya, itu pasti sangat menyakitkan.

"Huh..."

Fura menutupi pandangannya dari sinar matahari yang mulai tenggelam dihadapannya.

Dum!

Terdengar suara dentuman keras dari arah selatan, kepulan asap memancar ke udara. Sesuatu telah terjadi disana.

Terlihat orang-orang sedang berusaha memadamkan api yang membakar sebuah rumah disebuah desa yang dekat dekat di ibu kota kerajaan.

"Cepat! Ambil air!"

"Astaga, kenapa ini!"

Seorang gadis bernama Luxy ikut berada disana melihat apa yang terjadi sebenarnya.

"Kebakaran....? Sebelumnya ada ledakan, disini.... Sebuah sabotase?" batinnya bertanya-tanya.

Fura berteleportasi disamping Luxy, ia terpancing untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi disana.

"Oh hai Fura.... Ternyata kamu mendengar ledakan disini juga ya?" sapa Luxy.

Fura sama sekali tidak menyahuti perkataan Luxy, dia pun berjalan menuju rumah yang sudah hangus akibat terbakar. Beruntung, tidak ada orang didalam rumah tersebut.

Tak lama kemudian, sebuah anak panah melesat menuju kerumunan orang. Fura pun mengetahuinya.

Blarrr!

Dia pun mengeluarkan listrik dari tangan kirinya lalu menghancurkan anak panah tersebut yang ternyata membawa sebuah bom. Ledakan pun ternetralkan akibat listrik yang digunakan Fura.

"Bom....?" lirihnya.

"Eh, apakah itu bom?!"

"Beruntung, nyawa kita tidak melayang, syukurlah...."

"Harusnya kita berterima kasih padanya!"

Orang-orang yang berada disana terkejut dengan hal yang hampir saja merenggut nyawa mereka.

"Darimana datangnya anak panah ini? Siapa yang melakukannya" tanya Luxi menghampiri Fura.

"Huh...."

Fura sama sekali tidak menanggapi ucapan dari Luxy, dia malah pergi meninggalkan Luxy.

"Hei! Apa salahnya menjawab pertanyaanku?!" kesal Luxy dengan ekspresi cemberut.

Malam pun tiba, terlihat Leo dan Faza sedang memanggang ikan hasil tangkapan disebuah hutan yang tidak jauh dari lokasi danau tempat mereka memancing.

"Untung hasil tangkapanku banyak, jadi kau bisa mendapatkan bagiannya" ucap Leo.

"Huh, tidak kusangka hari ini sial sekali...." dengus Faza memasang ekspresi lemas sambil memegangi ikan yang ditancapkan sebuah tongkat kayu ke atas api.

"Sudahlah lupakan itu.... Kau memang selalu sial" ejek Leo.

"Hey!"

"Haha...."

"Hadehhh..."

"Oh ya, kau tidak aneh begitu dengan Fura yang sifatnya selalu dingin dan begitu tidak perduli dengan apapun?"

"Dari dulu dia begitu kan.... Ya sudah, aku juga tidak tau" tanggap Faza.

"Apa karena kejadian itu....Emm" usut Leo sambil memakan ikan yang ia masak.

"Mungkin" sahut Faza yang juga turut memakan ikan panggangannya.

"Hmmm...."

"Oh ya, ngomong-ngomong disini sebenarnya banyak hantu" desis Leo menakuti Faza.

"Hey! Jangan menakuti-nakuti!" tegas Faza memasang ekspresi marah sekaligus takut.

"Kau takut ya?" ledek Leo membuat Faza semakin emosi.

"Ahhhh!! Bukannya aku takut! Aku hanya, aku-"

"Hayoo....? Kau takut kan? Haha...." pangkas Leo semakin memperburuk keadaan.

"Sial...."

Malam yang panjang dan dingin terlewatkan begitu saja, mereka berdua tertidur pulas ditempat yang sama. Api unggun yang digunakan mengeluarkan asap-asap samar, burung-burung berkicau-kicau saling bersahutan. Pagi pun datang.

"Egh, kenapa pinggang ku sakit...." keluh Faza sambil memegangi pinggangnya.

"Sudah pagi ya?" tanya Leo.

"Tidak, ini sore..."

Langit yang tadinya cerah tiba-tiba mendung, tanpa hujan yang turun. Mereka berdua mencurigai sesuatu hal yang akan datang. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah akan ada sesuatu besar mengancam?

"Langitnya..." lirih Leo.

"Mendung!" ucap Faza tersentak.

"Aku tau!"

"Apa ini? Mau hujan? Eh padahal masih pagi lho.... Jangan-jangan!" selidik Faza.

Dep!

Fura berteleportasi dihadapan mereka berdua sambil melihat langit yang gelap.

"Apa yang terjadi....!?" tanya Leo.

"Bersiaplah... Akan ada sesuatu yang datang!" jawab Fura.

Tiba-tiba ribuan Anak Panah melesat dari atas langit menuju ke tanah.

"Astaga! Kiamat!" kejut Faza terduduk di tanah.

Slasshh!

Fura mengeluarkan pedang listrik dan menangkis anak panah yang mendekati mereka.

"Waduuhh.... Aku cari tempat berlindung dulu! Ahhhhhh ....!!!!" teriak Faza berlari meninggalkan Fura dan Leo.

"Hey makhluk sialan! Jangan lari!" ucap Leo meneriaki Faza.

"-Sial, panah ini banyak sekali!" keluh Leo yang sambil menebaskan pedang miliknya ke anak panah yang mendekat.

"Fura! Apakah kau tau darimana datangnya ribuan anak panah ini?! Kota dalam bahaya besar jika begini!"

"Aku tidak bisa menggunakan Eyenous milikku...."

Deg!

Salah satu anak panah mengenai Fura tepat di dadanya. Fura pun tertunduk lesu di tanah lalu pingsan kehilangan banyak darah.

"Fura!"

Pandangan sangat gelap, tidak ada yang bisa dilihat. Tetesan Air jatuh perlahan dan menggema di seluruh ruangan.

"Dimana aku....?"

Blup!

Tetesan air kembali turun menggema, seakaan menjadi jarum detik di tempat itu.

"Perasaan buruk ini, mereka mengikutiku... Tidak, mereka memang mengejarku...."

Angin halus berhembus, rasa dingin menusuk hingga ke tulang rusuk.

"Ergh"

Muncul sekolompok Prajurit bersenjata lengkap menghadangnya didepan jalan, bersiap menangkapnya.

"Kami dari Kerajaan Chaos, kami ditugaskan untuk menangkapmu! Tidak ada perlawanan itu berarti kau tidak akan terluka" ujar salah satu prajurit yang menodongkan pedang miliknya.

"Ternyata benar! Mereka memang ingin menangkapku!" batinnya.

"Jika kalian berniat jahat, aku tidak akan melakukannya...."

"Oh jadi, kau memang ingin jalur kekerasan..." Salah satu prajurit menodongkan senjata

"-jangan sampai pedang ini membunuhmu!" sambungnya.

Keadaan semakin buruk, tidak ada yang bisa dilakukannya. Ini hanyalah bayangan masa lalu yang kelam. Tidak ada yang mau memikirkan hal yang menyakitkan ini lagi.

"Berhenti!"

Tiba-tiba seorang perempuan menghadang para prajurit itu untuk melindungi Fura dari bahaya. Seorang gadis berambut merah, dia adalah Sara.

"Ah.... Kau mau apa? Menyingkirlah! Atau tidak kau kubunuh!" ancam salah satu prajurit itu.

"Jika kalian ingin menangkapnya, lewati aku dulu!" tegas Sara.

"Sara... Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku tidak suka basa-basi, kalau kau tidak mau menyingkir! Kau akan kubunuh!" tegas prajurit itu lalu melempar pedang miliknya ke arah Sara.

Jrash!

Darah bercipratan kemana-mana. Pandangan yang sama sekali tidak ingin orang lihat. Keadaan yang menguras emosi dan perasaan.

Sara berusaha melindungi Fura, ia tertusuk pedang yang barusan dilempar oleh prajurit itu.

"Ergh... ini bukan apa-apa, ini bisa melambat waktu. Kamu cepatlah lari, Fura..." pinta Sara yang memuntahkan banyak darah dari mulutnya.

"Sara....! Ke-kenapa? Kenapa kau melindungiku?!" tanya Fura dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu jangan sedih, hah.... Lagipula kita teman kan, aku tidak ingin dirimu terluka, egh...." jawab Sara sambil memegangi pedang yang menancap di perutnya.

"-aku akan selalu ada untukmu, walaupun aku mati.... Aku akan selalu ada.... Kau jangan merindukanku ya...."

Pandangannya mulai memudar. Sara pun tersungkur dan tewas dihadapan Fura.

Darah menggenangi permukaan tanah.

"Sekarang tidak ada lagi gangguan untuk menangkapnya. Lebih baik menyerah saja, tanganku tidak akan kotor kalau begini....!"

"Sara...."

Mata kiri Fura berubah menjadi ungu bercahaya terang dengan kornea mata berwarna hitam keabu-abuan. Itulah mata Eyenous.

"Kau selalu melindungiku, bahkan walaupun kita adalah teman. Dari dulu, aku tidak mengerti akan arti pentingnya teman? Entah kenapa, kematianmu, membuat kepalaku dan hatiku sakit" batinnya.

"Apa yang terjadi?"

"Matanya menyeramkan, apa itu?"

"Ini bahaya!"

Ucap beberapa para prajurit disana.

Fura memandangi mereka dengan sorotan tajam.

"Dari awal aku memang ada di Neraka akan kesedihan..." ucapnya. "Kalian semua, kalian semua akan kubawa ke neraka yang sebenarnya!"

Cahaya ungu terang bersinar dikegelapan malam. Menerangi lokasi itu sampai terlihat di tempat lain.

Puluhan mayat bergeletakan, darah bercipratan kemana-mana. Serangan bombandir yang sangat cepat menjadi momok menakutkan disana.

"Sial..." ucap satu-satunya orang yang belum terbunuh.

Fura memandanginya, sorot pandangannya sangat penuh amarah dan kebencian.

"Tolong, jangan bunuh aku! Aku memiliki anak dan istri yang menungguku dirumah, tolong....!" ucap prajurit itu memohon.

Baju Fura bernoda darah, dengan pandangan kosongnya.

"Hidup ketidakpastian sangat menyakitkan kau tau...."

Jrash!

Darah bercipratan kemana-mana, ia memenggal kepala prajurit itu hingga membuatnya tewas ditempat.

Blup!

Tetesan air kembali terdengar menggema.

"Sara...."

Fura mulai membuka matanya perlahan, ia tersadar disebuah ruangan. Terlihat Leo dan Faza ada didekatnya.

"Dimana aku....?" tanyanya.

"Kau berada di tempat persembunyianku, keadaan diluar sangat genting, ribuan pasukan dari kerajaan Chaos. menyerang kota!" jawab Leo.

Tiba-tiba mata Eyenous milik Fura aktif, bersinar terang.

"Mata itu....?" kejut Faza.

Fura mulai bangun dari tempat tidur itu. Ia lalu duduk ditepi sambil memegangi kepalanya.

"Kita tak boleh berlama-lama disini, bagaimana dengan keadaan luar? Orang-orang sedang diserang oleh pasukan Kerajaan Chaos!" ucap Faza.

"Oh ya juga, aku hampir lupa dengan keadaan...." ungkap Leo.

"Kerajaan Chaos...."

Penduduk desa berlarian mencari tempat perlindungan dari serangan pasukan-pasukan Kerajaan Chaos, sebagian lagi berniat untuk menyerang mereka. Namun, sia-sia, mereka hanya mendapatkan kematian. Ironis bukan?

"Kita tidak boleh berlama-lama disini, kita harus mengevakuasi warga kota!" tutur Leo.

"Hey! Bukankah kita punya Raja! Apa yang dia lakukan saat ini?!" resah Faza.

Tap!

Fura memukul meja dengan keras membuat Faza dan Leo terkejut.

"Eh apa?" kejut Faza.

Fura lalu beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kau mau kemana? Lukamu belum sembuh jangan malah memperburuk keadaan!" tegas Leo.

Fura tidak menanggapi ucapan dari Leo, dia akhirnya meninggalkan mereka berdua tanpa sepatah kata.

"Bukankah dia punya dendam dengan kerajaan itu?!" ucap Faza.

"Mungkin masih.... Ayo kita juga ikut!"

"Hah....Keadaan sekarang merepotkan sekali" resah Faza memasang ekspresi lemas

...

Keadaan sangat kacau, segalanya terporak-poranda. Mayat bergelimpangan dimana-mana.

Slash!

Listrik bertegangan tinggi melesat menghantam tubuh seorang prajurit Kerajaan Chaos yang ternyata datangnya dari Fura.

Ternyata pasukan-pasukan yang dikirim oleh Kerajaan Chaos bukanlah manusia, melainkan monster-monster yang ada di hutan.

"Cih! Mereka sama sekali tidak merasa lelah!" batin Fura yang mengeluarkan sebilah pedang yang terbuat dari listrik.

Faza dan Leo mulai melawan monster-monster yang tak terhitung jumlahnya itu.

"Tidak kusangka aku akan melakukan hal ini, aku bahkan tidak ingin mati disini, aku sama sekali belum merasakan ena-ena. Sial!" resah Faza.

"Apa yang tadi kau bilang?" tanya Leo.

"Eh tidak.... tidak, maksudku.... SASAGEYOO!!!!" teriak Faza lalu berlari menghampiri para monster-monster itu berniat menyerangnya.

"Woy tunggu dulu! Kau jangan asal main serang sebelum memperhitungkan segala sesuatu....!!" tegas Leo memperingatkan.

"-sial, keras kepala sekali, huh...."

Leo mengeluarkan beberapa bom lalu ia lempar ke depan untuk menyerang para monster itu.

Dum!

Ledakan dahsyat terjadi. Membuat angin berhembus kencang menghempas Faza yang lalu menghantam tanah dengan keras.

"Ergh, aduh.... Woy! Ledakannya yang ngotak dong!" geram Faza lalu berdiri memegangi pinggangnya.

Slash!

Fura menembakkan cahaya listrik ke atas langit. Seketika langit menjadi gelap dengan petir yang menyambar-nyambar.

Tak lama kemudian, ribuan panah petir dari langit melesat ke arah segerombolan monster dibawahnya.

Debu berhamburan kemana-mana menutupi pandangan dan juga aliran oksigen.

"Panah petir? Fura?" lirih Leo.

Ribuan panah menancap membunuh seluruh monster itu.

"Jika dia sehebat itu! Aku tidak akan kalah! Lihat saja....!" ucap Faza dengan sombongnya.

Sling!

Karena dia memiliki kekuatan khas dari tempat asalnya, jadi dia juga bisa berpindah tempat secara cepat.

"Hiyaa!!!!" teriak Faza.

Seluruh monster yang ada dihadapannya terpental akibat mengenai serangan semacam aura berwarna ungu dari Faza.

"Haha, jadi cuman in-"

Brak!

Faza terpelanting jauh lalu menghantam permukaan tanah dengan keras sampai membuat debu berhamburan kemana-mana. Ia diserang monster Goblin yang membawa sebuah kapak besar.

"Uhuk! Uhuk! Sial....!"

Dum!

Leo mengeluarkan puluhan bom lalu meledakannya ke arah monster yang menyerang Faza.

"Syukurlah, mati ku di delay, fyuhhh-"

Tak lama kemudian, tanah pun bergetar, sesuatu yang besar datang.

Terlihat dari kejauhan, sesosok monster berukuran raksasa mendekat.

"Astaga....!" kejut Leo melihat makhluk raksasa itu.

Grahhhh!

Monster itu mengaum membuat angin berhembus kencang menerbangkan debu-debu.

Fura mengeluarkan panah listrik lalu melemparkannya ke arah monster itu.

Namun, tidak terjadi apa-apa. Monster itu tidak terpuruk akibat serangan dari Fura.

"Makhluk ini kebal terhadap serangan listrik.... Sangat sulit untuk melawannya jika begini...." batin Fura.

"-apa yang bisa aku lakukan....?"

Dum!

Leo melemparkan bom kearah monster tersebut, namun hasilnya sama. Monster itu sama sekali tidak terluka.

Grahhh!

Angin berhembus kencang menghempas Faza dan Leo.

"Jika begini...." batin Fura.

Fura berpindah tempat tepat diatas pundak monster itu. Fura lalu menaruh telapak tangannya di leher monster tersebut. Monster tersebut meronta-ronta.

Mata Eyenous-nya aktif, raksasa Goblin lalu terteleport ke dalam lava gunung berapi.

Grahhh!

Makhluk itu meronta-ronta kepanasan lalu tewas terpanggang di dalam lava.

"Hah... Hah... Hah..."

Napas Fura tersenggal-senggal akibat kelelahan memindahkan monster itu..

Dum!

Ledakan demi Ledakan menggema, Leo juga menemui makhluk yang dipindahkan Fura.

Ledakan mengenai monster itu, namun nyatanya ledakan itu tidak terpengaruh. Monster itu tidak mengalami luka sama sekali.

"Sial.... Monster seperti ini juga banyak....!" keluh Leo.

Grahhh!

Teriakan monster itu menggema.

Leo ditendang oleh monster itu lalu terpental puluhan meter lalu menghantam permukaan tanah dengan keras.

"Uhuk, uhuk!"

Leo memuntahkan banyak darah dari mulutnya akibat serangan dari monster itu.

Tanpa disadari monster itu berada dihadapannya, lalu menginjak Leo dengan keras menyebabkan retakan di permukaan tanah.

Faza juga kewalahan menghadapi monster-monster itu.

Tanpa disadari Fura ditendang oleh monster itu dan terpental hingga menabrak tanah dengan keras.

"Hah... Sudah kuduga akan jadi seperti ini.... Mau bagiamana lagi, nunggu ajal saja ini" ucap Faza duduk sambil melingkar-lingkari permukaan tanah dengan jarinya.

Dilain sisi terdapat kawah yang merupakan tempat injakan monster yang menginjak Leo barusan.

"Aku hampir saja mati, sial.... Untung aku hapal mantra pelindung itu! Kalau tidak aku sudah mati....!!!!" geram Leo mulai berdiri.

Grahhh!

Monster-monster itu saling bersautan menyebabkan angin berhembus.

Faza menyipitkan matanya untuk menghindari debu yang masuk kedalam matanya akibat angin kencang.

"Aura ini-" lirih Fura.

Tiba-tiba langit menjadi gelap, sebuah kapal raksasa muncul dari awan turun perlahan.

"Dia...." kejut Leo.

Seseorang berjalan diatas kapal itu, memakai jubah berwarna hitam.

"HmHmHm!!!!"

"Lama tidak berjumpa...."

Bersambung...

avataravatar
Next chapter