webnovel

THE JERK & PERVERT GIRL

21+ BDSM ALERT Boleh dibaca asal tidak menirukan adegan di dalamnya secara sembarangan *** Sebelum menyimak cerita ini yuk dukung Aya Liliput dulu dengan cara: 1. Tap love di akun Webnovel AyaLiliput2 2. Follow Instagram aya_liliput dan ayaliliput2 3. Kepoin novel Aya Liliput yang lain di aplikasi Google Play Book *** Bella memposting foto Vincent yang lagi-lagi bertelanjang dada, di gambar kedua Ia memposting foto wanita seksi yang wajahnya disensor kemudian memberi caption,  "I wanna come and cum to you." Ratusan komentar membanjiri postingannya dalam hitungan menit. Bella kembali memposting foto lain di akun yang berbeda. Semua konten tidak senonoh yang berpotensi menjatuhkan nama Vincent. Masih ada ratusan caption yang Bella buat untuk menghancurkan nama Vincent. Hari liburnya benar-benar berfaedah, Ia tersenyum puas. "Hahaha I'm the devil, you see?" Caption di foto Vincent yang Bella edit memegang botol vodka. *********** Tidak mudah bagi Aron untuk mengiyakan keinginan gadis di depannya begitu saja. Ia baru mengenalnya meskipun terhitung sudah dua kali membuktikan bahwa gadis itu benar-benar submissive. "Aku… aku ingin mewujudkan fantasi-fantasi yang ada di pikiranku. Aku ingin mengeksplorasi duniaku ini lebih luas," ujar Bella. Tentu saja kebanyakan orang yang memiliki ketertarikan terhadap dunia ini akan menjawab seperti itu. "Tidak ada pikiran kalau ternyata Kau menginginkan scene untuk memvalidasi bahwa dunia BDSM ini ada?" "Sebenarnya justru lebih ke memvalidasi apakah aku benar-benar into BDSM atau tidak, sih," jawab Bella. Bella sudah membuktikan bahwa lelaki di depannya adalah sang dominan. Aron menahan tawanya. "Lalu Kau ingin membuktikannya denganku? Mengapa Bella?" "Karena aku percaya padamu, Kak." *******

AyaLiliput2 · Urban
Not enough ratings
345 Chs

A.9 PRIVAT MEETING

Alunan musik jazz terdengar sayup-sayup sejak di pintu masuk restoran, restoran itu adalah milik Sidomuktiningjaya Group, Bella mengetahuinya dari logo yang terpajang di dinding belakang resepsionis. Vincent duduk di sebuah meja makan tersendiri yang terlalu besar untuk ukuran dua orang. Tapi Bella mengabaikan itu, yang ada di kepalanya saat ini adalah Ia dipanggil oleh CEO untuk mewakili divisinya menyampaikan laporan. 

"Selamat malam Zhavia Arabella," ucap Vincent.

"Selamat malam, Pak. Ijinkan saya untuk memulai laporan …."

"Bella?" Vincent memotong ucapan Bella yang sudah mulai membuka map. Bella mendongak beralih memandang Vincent. Sebenarnya Bella ingin agar acara malam ini cepat selesai dan Ia tidak perlu lagi berurusan dengan Vincent.

"Alangkah lebih baiknya kita mengobrol santai terlebih dahulu," ucap Vincent.

"Bapak kelihatan desperate sekali," celetuk Bella. Vincent terkejut mendengarnya. 

Ia baru menyadari ada yang berbeda dari Vincent, biasanya Ia terlalu fokus pada dirinya sendiri, tenggelam pada leluconnya sendiri, dan bersikap sangat menyebalkan di depan Bella. Tapi kini saat Vincent bersikap manis dan lembut, Bella menerjemahkannya sebagai ungkapan kelelahan Vincent.

"Aku sebenarnya bingung hidup ini untuk apa," ucap Vincent setengah menggumam.

Bella terbelalak mendengar itu.

"Bapak tidak usah khawatir, masih banyak yang membingungkan hidup ini untuk apa. Termasuk saya," tanggap Bella. Vincent mengerutkan dahi.

"Maksudmu apa?"

"Maksud saya, saya itu seharusnya sudah bahagia sekarang. Tetapi nyatanya saya tidak pernah menikmati apa yang namanya bahagia," ujar Bella. Vincent semakin mengerutkan dahi.

"Ekhm, sudahlah," Bella berdeham dan menggeser posisi duduknya. 

"Benar, bagiku kebahagiaan juga hanya idealita saja. Meski secara kasat mata aku sudah tampak bahagia, tapi sebenarnya tidak begitu. Kau pasti melihatku sudah bahagia, kan?" Tanya Vincent.

"Menurut saya, Bapak sudah bahagia. Hanya saja Bapak kurang bersyukur," sanggah Bella.

Vincent terbatuk-batuk tepat saat pramusaji menata hidangan pembuka. Ia meminta maaf kepada staf-staf restoran tersebut.

"Kurang bersyukur Kau bilang?" Vincent memastikan Ia baru saja salah dengar.

Bella mengangkat alisnya, Ia akan mengatakan sesuatu lagi tetapi diurungkan karena terpotong oleh ucapan selamat makan dari pramusaji. Vincent mengangguk sopan dan mengucapkan terima kasih, begitu juga Bella.

"Selamat makan, Pak," ujar Bella.

"Selamat makan, Bella," tanggap Vincent

Keduanya menikmati sajian pembuka dalam diam. Makanan yang tersedia sebenarnya cukup enak dan mengundang selera, tetapi Bella tidak nyaman berada di tempat seperti ini hanya dengan Vincent. Bukannya bekerja seperti bunyi surat tugas, tetapi Ia malah enak-enak makan malam bersama Vincent.

"Apa yang Kau pikirkan tentang makan malam ini?"

"Sangat berlebihan, tetapi tidak worth," jawab Bella.

Vincent terkejut, tetapi Ia malah ingin tertawa dengan sindiran tajam Bella. 

"Berlebihan untuk sebuah makan malam dan sangat tidak worth untuk sebuah acara laporan," Bella menjelaskan maksudnya agar tidak ambigu. Vincent tertawa, tapi Bella tidak.

"Sebenarnya aku hanya ingin makan malam denganmu," ujar Vincent. Bella melotot tidak percaya. Licik sekali lelaki ini.

"Oh, jadi Bapak memanfaatkan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi Bapak? Bahkan dihambur-hamburkan seperti ini?" Bella menggertakkan giginya. 

"Tenang saja, aku tidak hanya CEO perusahaan ini. Tetapi perusahaan tersebut juga milikku. Kau tidak perlu khawatir, Bella," kekeh Vincent.

"Enak ya, bekerja di perusahaan warisan orangtua. Tetapi mohon maaf, Pak. Anda sangat tidak disiplin," ujar Bella. Lagi-lagi Vincent tertawa.

Vincent tidak juga memulai obrolan yang serius sampai makanan penutup disajikan. Ia hanya bicara ngalor ngidul dan membuat Bella jengkel.

"Sia-sia saya menggunakan surat tugas dari Bu Meghan kalau ternyata seperti ini. Mungkin sebaiknya saya melaporkan kepada Bu Meghan bahwa Anda menyelewengkan wewenang," ucap Bella. Vincent menanggapinya dengan tertawa. 

"Tidak bisa begitu, Bella. Tindakanmu sangat konyol. Meghan tidak bisa berbuat apapun kepadaku," tanggap Vincent.

"Omong-omong bagaimana jika setelah ini kita nonton?" Ucap Vincent.

"Tidak!" 

Bella menyadari kembali bahwa sebenarnya Vincent adalah lelaki hidung belang yang bersembunyi di balik jabatan CEO. Itu pun jadi CEO di perusahaan keluarganya. Jika tidak, mungkin Vincent hanyalah lelaki hidung belang yang hidup di jalanan dan menjadi buronan Satpol PP.

"Kau keras sekali," tanggap Vincent. 

"Karena lingkungan sangat keras kepada saya, jadi saya harus bersikap keras untuk melindungi diri saya sendiri," jawab Bella.

"Mohon maaf, Pak. Jika tidak ada acara lagi, saya akan pulang."

"Lho, tidak bisa begitu. Kau sangat tidak sopan, setelah kenyang Kau pergi begitu saja," Vincent mencengkeram lengan Bella.

"Saya akan ganti semua yang saya makan," tanggap Bella.

"Ini acara kantor," Vincent mengingatkan Bella.

"Kalau begitu tidak ada agenda menonton di dalam surat tugas kantor," tanggap Bella.

"Kau ingin pulang? Mari kuantar," ujar Vincent mengalihkan topik. 

"Saya akan naik taxi," Bella tidak bisa mengiyakan Vincent begitu saja, lelaki itu hidung belang, Ia harus berhati-hati.

"Vincent?"

Seorang wanita mendekat ke arah meja mereka. Sepertinya Ia juga baru saja makan malam di tempat tersebut. Wanita itu tinggi semampai juga cukup cantik. 

"Lexa?" 

"Sedang makan malam?" Sapa wanita dengan gaun hitam yang ditaburi payet-payet silver di seluruh permukaannya. Tampak mewah dan anggun di setiap mata yang memandangnya.

"Iya," jawab Vincent. "Oh, iya Bella. Kenalkan ini Lexa," Vincent berusaha memperkenalkan kedua perempuan itu satu sama lain. Bella mengangguk sopan tetapi perempuan di depannya justru terkejut.

"Vin, jadi ini wanita yang Kau tiduri beberapa hari yang lalu?" Seru Lexa. Vincent terbelalak lalu melotot kepada Lexa.

"Apa?! Bapak bilang ke orang-orang bahwa Bapak tidur dengan saya?"

BYURRR

Setengah mangkuk kuah sup daging sapi membasahi rambut Vincent. Lelaki itu terbatuk-batuk dan menghalau cairan sedap agar tidak masuk ke hidungnya.

"Hei, siapa Kau?" Tuding Bella kepada Lexa dengan jari telunjuknya.

"Aku? Hh, aku hanya temannya. Kau sendiri, sama kan?" Jawab Lexa dengan santai, namun bibirnya tersenyum miring. 

"Hei, aku bukan teman tidurnya!"

"Ya, lebih tepatnya teman tidur yang diberi kesempatan spesial untuk bekerja di kantornya," ucap Lexa.

"Hei, sudah! Bella, ayo kita pulang," ujar Vincent sambil menarik lengan Bella. 

"Saya bisa naik taxi sendiri!" Bella menepiskan tangan Vincent dengan kasar.

"Minggir," desis Bella.

"Bella, aku akan jelaskan semua ini. Kau bisa mendengarkan sambil pulang," ucap Vincent sambil mengikuti langkah Bella yang dihentak-hentakkan. 

"Ini semua bukan masalah besar, Bella. Kau jangan terpancing ucapan wanita itu," ucap Vincent lagi.

"Mungkin bagi Bapak itu tidak masalah, tapi bagi saya masalah besar!"

"Bella, kalau Kau pulang sendiri justru akan lebih berbahaya. Percaya padaku," Vincent mengingatkan Bella dengan nada tulus.

"Bapak jangan macam-macam dengan saya," sekarang Bella menuding wajah Vincent. 

"Tidak, aku janji," Vincent menangkupkan kedua telapak tangannya, bersumpah.

Bella mempertimbangkan ucapan Vincent, mungkin lebih baik Ia membiarkan Vincent mengantarnya malam ini saja. Ia mengangguk setelah memastikan handphone dan pepper spray ada di tas selempangnya.

***