webnovel

The Idol's Secret Wife

Aku kaya raya, tapi dipaksa nikah dengan idol yang kubenci! Bianca adalah pewaris tunggal keluarga Hartoyo yang kaya raya. Sayangnya, karena skandal dengan mantan pacarnya, ibunya marah besar dan mengancamnya untuk menghapus namanya dari Kartu Keluarga. Satu-satunya cara agar bisa dimaafkan, Bianca harus menikah dengan Julian Kevano, anak sahabat bundanya yang kabarnya playboy brengsek. Demi tetap mendapat hak warisnya, Bianca pasrah. Perjanjiannya: mereka wajib menikah selama setidaknya dua tahun. Selama dua tahun itu, mereka boleh merahasiakan pernikahan mereka. Menurut Bianca, Julian menyebalkan banget! Menurut Julian, Bianca luar biasa sombong! Dua tahun itu sebentar. Anggap aja Bianca S2 Manajemen Kesabaran. Dia pasti bisa cerai dengan lancar setelah dua tahun jadi istri Julian. Ya kan? Note: AU ini juga kupost di NovelToon ya. Ini karyaku sendiri, bukan plagiat.

imcattleya257 · Urban
Not enough ratings
2 Chs

2. Agreement

Agnes, Bunda Bianca, langsung naik pitam melihat putrinya berbicara kasar pada Julian di depan orangtuanya.

"Bianca! Jaga mulut kamu! Ada orangtua Julian di sini!"

Bianca sebetulnya ingin mengamuk, tapi bertahun-tahun diajarkan etika membuatnya memohon maaf pada Om Noel dan Tante Melinda.

"Kalian punya cerita di SMA, ya?" tanya Om Noel.

Bianca hanya memandang tajam Julian.

"Duduk dulu, dengerin dulu orangtua kita ngomong, jangan cuma marah-marah."

Bianca mengepal tangannya kuat-kuat, sebelum akhirnya duduk lagi di sofa.

"Oke. Jadi, alasan tante mau jodohin Julian sama kamu adalah ya karena dari dulu tante suka sama Bianca. Menurut Tante, Bianca hebat. Dari keluarga kaya raya tapi selalu rajin di sekolah. Diterima di New York University, terus buka agency sendiri. Tante yakin, kalau Julian menikah sama kamu, dia pasti jadi orang yang lebih baik dan sukses," jelas Melinda panjang lebar.

"Dan kenapa Tante ingin Bianca menikah dengan Julian, adalah karena Tante lihat Julian dari kecil. Julian hormat sama orangtua dan bisa sukses dengan usaha sendiri. Tante berharap Julian bisa jadi teman hidup Bianca. Bey ini selalu gelisah. Selalu merasa ada yang kurang di hidupnya. Semoga bersama Julian, Bey bisa bahagia," Agnes menjabarkan.

Bey. Panggilan sayang dari orangtuanya yang sudah lama tak didengarnya. Seingin itukah Bunda mereka menikah?

"Keluarga kami akan mensupport film dan album baru Julian. Anggap itu hadiah pernikahan dari kami."

Oh. Pantas Julian mau menikah dengannya. Ujung-ujungnya alasannya adalah uang. Hal ini membuatnya sedikit lega. Setidaknya dia mengerti alasannya.

"Sebagai imbalannya, kami cuma minta Julian menjaga Bey baik-baik. Bey ada penyakit asma. Semoga dengan Julian, Bey bisa bahagia dan penyakit asmanya jarang kambuh."

"Pasti, pasti. Julian akan menjaga Bianca dengan baik. Tapi kapan mereka akan menikah? Jangan lama-lama ya?"

"Gimana kalau sebulan lagi?" tanya Agnes.

Bianca kaget. "Nggak mau, Bun, aku nggak setuju!"

"Bey, Julian ini laki-laki yang baik. Bunda yakin kalian cocok."

Noel menyebut sebuah tanggal di mana Julian tak ada jadwal kerja.

"Ingat, kamu mau aset kamu bisa dipakai kan?" tanya Agnes.

"Itu aset, Bun! Aku anak Bunda satu-satunya! Kenapa aku harus dipaksa nikah buat bisa pakai uangku sendiri?"

"Coba dua tahun Bey. Kalau bener kamu nggak kuat, Bunda terima kalau kamu masih mau cerai."

"Bunda beneran nggak akan berubah pikiran?"

"Nggak akan."

"Gimana kalau kita bicara sebentar?" Julian tiba-tiba berdiri. "Om, Tante, Bianca saya ajak ke cafe sebentar ya?"

"Ide yang bagus!" respon Agnes girang.

"Bey, ayo kita jalan sebentar."

"Apaan sih? Nggak mau!"

"Sebentar aja."

Karena tak enak melihat wajah orangtua mereka, Bianca terpaksa setuju.

********************************************

Sudah sepuluh menit mereka berada di mobil Julian. Julian mengarahkan mobilnya ke pusat perbelanjaan Jakarta Selatan. Keduanya berdiam diri.

"Mau diemin aku sampai kapan, Bey?"

"Nggak usah sok akrab aku-akuan. Dulu di SMA juga biasanya kita pake lo-gue!"

"Kita bentar lagi nikah, kan. Masa suami-istri ngomongnya pakai lo-gue?"

Bianca tertawa sinis.

"Ngapain lo setuju nikah sama gue? Beneran nggak ada orang lain yang bisa modalin film dan album lo? Agency lo mau bangkrut atau gimana?"

"Emang mau bangkrut. CEOnya pakai uang modal buat judi. Jadi ya sebentar lagi ambruk agencynya."

"Butuh berapa milyar, sih? Gue pinjemin aja sini, daripada gue harus nikah sama lo!"

"Masih sebenci itu ya, sama aku?"

"Jelas! Lo itu dulu pacarnya Julia, sahabat terbaik gue waktu SMA, dan lo selingkuh dari dia! Julia sampai nyaris bunuh diri, ya, asal lo tahu aja!"

Memang betul. Bianca sangat menyayangi Julia. Julia baik, cantik, dan teman yang menyenangkan untuknya yang anak tunggal dan banyak tekanan.

Julian dan Julia. Di SMA dulu, banyak yang bilang mereka pasti jodoh. Nama mereka saja mirip sekali.

Tapi Julian selingkuh dengan model yang dikenalnya saat itu, dan Julia hancur lebur. Setelah lulus SMA, Julia memutuskan ke Amerika. Dan Bianca mengikutinya. Dia kuliah di New York University agar bisa dekat dengan Julia.

"Terima ajalah Bey, perjodohan ini. Kamu butuh aset kamu, kan? Kalo kita nikah, Bunda kamu pasti maafin kamu."

"Kita nggak mungkin nikah, Julian. Kita saling benci! Bisa-bisa kita bunuh-bunuhan kalau tinggal bareng!"

"Dua tahun itu sebentar, Bey. Kamu bisa pakai aset kamu, aku bisa bikin film dan album sesuai minatku. Kita jadi partner aja. Yang rasional aja. Nggak usah saling bunuh-bunuhan. Setelah dua tahun, kita cerai baik-baik."

Dari cara bicara Julian, Bianca mulai berpikir bahwa kesepakatan mereka mungkin tak sejelek yang dia kira.

"Lo beneran bakal cerai sama gue setelah dua tahun?"

"Bener."

Bianca berpikir sebentar. Asetnya itu miliknya, dan kunci kebebasannya.

"Kalo gue nikah sama lo, itu harus cuma status aja. Dan gue mau pernikahannya dirahasiain."

"........semalu itu ya kalo ketahuan nikah sama aku, Bey?"

"Iyalah! Gimana kalau Julia tahu? Gimana kalo lo selingkuh? Gue ntar yang malu."

"Jadi aku nggak boleh selingkuh, Bey?"

"Ya nggak gitu! Terserah lo aja. Kan cuma status. Cuma biar gue dapet lagi aset gue, dan lo bisa bikin apalah itu, film atau album yang lo mau. Perjanjian bisnis aja. Kalau pernikahan kita dirahasiakan, dan lo nggak ganggu hidup gue, kayaknya gue nggak akan mati dua tahun nikah sama lo."

"Jadi kamu setuju kita nikah?"

"Masalahnya, kalo Bunda udah bilang sesuatu, itu selalu dia lakuin. Ya gue nggak bisalah kehilangan semua aset gue! Antara nikah sama playboy brengsek kayak lo dan kehilangan semua aset gue, gue pilih nikah sama lo."

"Ya udah, sekarang kita balik aja ke rumah Bunda kamu."

"Tapi besok gue mau bikin surat nikah kontrak sama pengacara gue. Lo nggak tanda tangan, kita nggak nikah. You can say goodbye to your new movie and album."

"Oke."

****************************************************

"Bianca udah setuju nikah sama Julian."

Mereka sudah kembali ke rumah Bianca, dan Julian mengumumkan ini di depan orangtua mereka.

"Waduh, pasti rayuan kamu maut banget ya, sampai Bey aja meleleh!" puji Agnes.

Bianca hanya mencibir mendengar bundanya yang terlalu optimis.

"Kamu setuju Bey nikah sama Julian sebulan lagi?"

Bianca mengangguk.

"Oke, besok Bunda pesan gedung!"

Orangtua mereka sangat bersemangat membicarakan detail pernikahan mereka, sementara Bianca dan Julian diam saja, mendengarkan.

Sebelum Julian pulang, ketika Bianca dan orangtuanya mengantar mereka ke pintu depan yang jauh itu, Bianca menegaskan sekali lagi, "Inget, tanda tangan kontrak yang gue buat kalo udah jadi."

"Oke, calon istri."

Bianca mendelik galak, dan Julian tertawa melihatnya.

"Tapi sebelum aku pulang, unblock dulu lah nomor hpku."

Dulu, ketika Julian berselingkuh dari sahabatnya, Bianca memblok nomor hp Julian.

Bianca sudah memutar otak, tapi tak menemukan alasan untuk menolak. Biar bagaimanapun, kini mereka harus berkomunikasi.

Dia mencari nama Julian di hpnya. Tidak ketemu. Oh, ya. Ternyata dulu dia mengganti nama Julian jadi "Cowok Brengsek."

"Sadis banget ya, namaku di hp kamu. Gantilah, jadi My Hubby gitu."

"Nggak usah halu," Bianca menjawab ketus.

Julian mencoba menelepon nomor Bianca. Ternyata sudah tersambung. Dia sudah diunblock.

"Kita ketemu lagi buat tanda tangan surat pengacara kamu?"

Bianca mengangguk.

"Bye, Future Wife," Julian melambai.

"Najis!" teriak Bianca kesal.

Muse Bianca: Giselle Aespa

I ship them mildly. Bukan yang pengen banget mereka jadian, cuma merasa visual mereka keren kalo disatuin.

AU ini juga aku post di NovelToon dan Wattpad ya.

Tolong vote dan like yaaa. Mohon dukungannya.

imcattleya257creators' thoughts