webnovel

Prolog #1

Matahari bersinar cerah di bulan januari ini. Angin dingin masih tetap bertiup, musim hujan masih belum berakhir seperti halnya pengharapan. Rumput-rumput dan pepohonan masih menghijau dan menghasilkan bunga-bunga.

Dimulai dari halaman depan hingga bagian dalam sebuah gedung sekolah terlihat legang. Koridor panjang terasa mati karena tak ada satupun hal yang lewat. Ruang-ruang kelas juga sangat tenang hingga tak ada orang yang akan percaya bahwa masih terdapat murid-murid yang sedang belajar sambil melawan kebosanan menjelang jam pulang sekolah.

Kelas XII IPA-1 terasa seperti kelas mati. Sang Guru yang sedang duduk dan membolak-balik buku ajar kemudian berdiri, memperhatikan murid-muridnya yang hanya berjumlah dua puluh lima orang itu sebentar, lalu menghapus papan tulis dan kemudian menuliskan beberapa hal terakhir. Tak lama setelahnya bel berbunyi dan sang Guru segera keluar.

Anak-anak yang tadinya tidur, segera bangun, membereskan barang mereka, dan bergegas pulang, tak terkecuali Nadia Angela. Gadis itu segera bangun dari tidurnya, memegangi kepalanya sebentar yang terasa pusing, lalu mendapati kelasnya yang hiruk-pikuk akan pulang.

"Gila! nggak kerasa bentar lagi udah ujian tengah semester, trus lulus!" kata seorang pemuda bersemangat.

"Yee! Itu juga kalo lo lulus!" balas seorang gadis dengan jenaka, membuat seisi kelas tertawa.

"Iya. Nggak kerasa ya. Nggak kerasa kalo gue udah hampir lulus, bareng cewek nggak tau diri kayak dia!" sambung seorang gadis berawajah penuh make-up dengan nada sinis diikuti dengan tawa dua gadis lainnya.

Nadia terdiam mendengar kecaman itu, yang tanpa ditanya sudah pasti ditujukan untuknya. Gadis bermake-up yang bernama Intan bersama dengan dua partner in crimenya, Nanda dan Ika itu sudah sangat sering mengganggunya.

Nadia bangkit berdiri, mengambil tasnya, dan menghampiri Intan. Ia menatap gadis itu, entah masih mengantuk, marah, atau sedang memperhatikan betapa besar niat Intan berdandan ke sekolah.

"Apa lo? Mo nantangin gue?" tantang Intan lalu tertawa sinis.

"Tan, gue ngantuk banget, gue nggak mood ngeladenin elo." Jawab Nadia pelan lalu menyentuh kepalanya yang terasa pusing.

"See? Lo tuh payah, nggak level sama gue! Harusnya lo nyadar dari dulu, trus nggak usah sok ngehits di sekolahan sini!" kecam Intan.

Nadia menghembuskan napasnya, lalu berjalan melewati Intan.

"Gue denger, lo anak adopsi, ya?" tanya Intan tiba-tiba membuat Nadia seketika terhenti. "Harusnya lo tuh jadi cewek baik-baik! Udah anak adopsi, nggak tau diri pula!" kecamnya lagi.

Nadia menarik napasnya panjang, lalu berbalik pada Intan yang sedang memandanginya dengan senyum kemenangan. Suasana di kelas mulai memanas. Murid-murid yang lain memang sudah terbiasa dengan Intan yang sering mengganggu Nadia, begitu juga Nadia yang selalu memperlakukan Intan bagaikan gadis itu tak pernah ada. Namun kali ini, mereka ikut merasakan kuatnya kecaman Intan yang lebih sadis dari biasanya. Apakah fakta tentang Nadia yang adalah anak adopsi membuat Intan semakin bersemangat untuk mengecam gadis itu, hari ini?

"So, you figured it out, huh?" jawab Nadia ringan sambil memperhatikan raut wajah Intan.

"Jadi, itu bener?" tanya Intan menantang.

Like it? You may want to add this book to your library!

I tagged this book, so come and support me with a thumbs up, please!

If you have some idea about my story,

please be free to comment it and let me know.

Creation is hard, so cheer me up!

*ps: your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

Weird_Unicorncreators' thoughts
Next chapter