webnovel

The Haunted Castle

Kenzo Arnius Lee dan Hiroshi Chen Lee adalah kakak beradik yang baru pindah ke Amerika bersama keluarganya. Mereka pindah ke Amerika karena Kenzo memdapatkan biasiswa untuk kuliah disana dan kebetulan ayah mereka mendapatkan pekerjaan yang bagus disana pula. Kenzo adalah anak emas di keluarganya karena Kenzo adalah anak yang paling pintar, cerdas, dan selalu mendapatkan peringkat pertama disekolah. Sedangkan dimata mereka Hiro hanyalah anak yang suka berkelahi, suka membuat masalah, dan pembuly di sekolahnya. Hal itulah yang membuat Hiro makin membenci hidupnya. Tinggal di lingkungan baru, sekolah baru, dan suasana baru membuatnya kesepian dan merasa hampa karena tak bisa menyesuaikan diri. Sampai suatu hari Ia bertemu beberapa tetangga yang rumahnya hanya beberapa blok dari tempat tinggalnya. Pertamanya Hiro berteman baik dengan mereka. Sedikit demi sedikit mereka mengubah hidupnya. Semuanya terasa baik baik saja pada awalnya. Namun tibalah pada suatu malam ketika halloween. Mereka mengajak Hiro untuk pergi ke kastil berhantu. Pertamanya Hiro mengira semua cerita hantu dari mereka adalah omong kosong. Namun semuanya berubah ketika Ia menemukan buku milik Harry Ector Agravain di dalam kastil itu. Semua teman temannya juga menghilang secara misterius. Bersamaan dengan buku yang menulis sendiri. Kemudian disusul oleh kedua orang tuanya yang menghilang secara misterius begitu pula dengan kakaknya. Hiro akhirnya memberanikan diri untuk ke kastil itu dan menemui pemilik buku itu, yang tak lain adalah Harry Ector Agravain. Setelah Ia bertemu dengan Harry Ector Agravain. Dia menemukan misteri sebenarnya dari balik kastil tersebut. Dia menemukan dunia lain yang mengurung teman temannya. Dunia yang dipegang oleh sosok iblis. Akankah Harry Ector Agravain mau membantu Hiro? Akankah Hiro mampu membawa teman teman serta keluarganya kembali atau malah dia ikut terjebak disana?

CillianVillain · Horror
Not enough ratings
22 Chs

Part 21

"Apa rencanamu yang lain setelah berlatih pedang dan sihir gelap?" Tanya Hiro yang kini berada di kamarnya bersama Hector yang sibuk memutar-mutar buku.

"Masing-masing dari kita perlu mengumpulkan benda yang ingin kita lupakan di masa lalu untuk bagian dari ritual mengalahkan Dio." Jawab Hector

"Baiklah, seharusnya itu tidak sulit." Kata Hiro sambil memejamkan matanya dan mengingat-ngingat.

"Harus satu benda yang sudah kita lupakan, takuti, ataupun benda yang terus saja tidak bisa dilupakan." Kata Hector lagi.

"Kurasa aku tahu benda apa itu." Kata Hiro sambil pergi menuruni tangga, menuju ruang bawah tanah yang gelap. Ia pun mulai membongkar isi dari lusinan kardus yang ada di sana.

Selagi Hiro mencari benda yang dicari, Hector mematikan dan menghidupkan senter yang ada di sana. Hector yang mulai bosan memutar-mutar senter itu, tapi senter itu terlepas dari jari dan tangannya. Untungnya Hector berhasil menangkap senter yang hampir terjatuh itu.

"Ketemu!" Kata Hiro sambil mengangkat sebuah medali emas kecil.

"Uhmmm… bagaimana itu bisa disebut benda yang kumaksud?" Tanya Hector yang tak mengerti sambil mengubah ruang bawah tanah sekitarnya menjadi di tengah hutan yang dekat pantai.

"Medali ini adalah medali pertama yang kudapat. Aku memenangkannya saat masih kecil sekali. Aku tidak ingat aku umur berapa saat itu. Saat aku memenangkannya, aku merasa sangat senang, dan aku tak sabar memberitahukannya kepada orangtuaku. Aku pun menelepon ibuku untuk datang. Aku memaksanya untuk menjemputku di perlombaan. Aku menggunakan berbagai alasan agar membuat ibu datang. Akhirnya, dia pun meninggalkan pekerjaannya dan mengemudi ke tempat perlombaanku. Aku kira setelah melihat medali itu, ayah dan ibu akan bangga kepadaku. Aku pikir mereka juga akan menyayangiku sama seperti Kenzo, dan aku bahkan berharap mereka lebih menyayangiku daripada Kenzo."

"Sayangnya, ibu tidak pernah datang. Dia mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan menuju tempatku. Dia harus dirawat di rumah sakit setelahnya. Ayahku marah besar kepadaku. Dia menyiksaku berkali-kali."

"Ibumu hampir mati karena medali bodoh yang tak bernilai."

"Itulah perkataan ayahku yang kuingat. Kalau sisanya, aku tak dapat mengingatnya. Aku hanya mengingat jeritan dan tangisanku sendiri saat itu. Saat minggu terakhir aku disiksa, aku hampir mati karena kehabisan darah. Dia memperlakukanku seperti budak kriminal terhina yang pernah ada. Di sekian kalinya aku pingsan. Aku melihat bayanganku sendiri. Dia sama sepertiku, namun wajahnya lebih menyeramkan. Dia malah tertawa dan seakan-akan menikmati rasa sakit itu. Tapi, di matanya… aku dapat melihat kebencian dan dendam. Entah kenapa, semenjak kejadian itu… aku membenci medali emas itu. Aku sangat membencinya, tapi aku tak bisa membuangnya. Bagian diriku yang lain mengatakan bahwa aku butuh sesuatu untuk mengingatkanku kenapa aku membenci kedua orangtuaku. Dia tidak ingin aku lupa betapa kejamnyamereka, dan bagaimana cara mereka enyiksaku selama ini."

"Orang mengira depresi adalah kesedihan. Orang mengira depresi adalah menangis. Orang mengira depresi berpakaian hitam. Tapi orang salah. Depresi adalah perasaan mati rasa yang terus-menerus. Mati rasa terhadap emosi, mati rasa terhadap emosi, mati rasa terhadap kehidupan. Anda bangun di pagi hari hanya untuk kembali ke tempat tidur lagi. Rasanya payah." Kata Hiro sambil menyimpan medali emas itu disakunya.

"Tidak peduli seberapa buruk hal itu sekarang. Tidak peduli seberapa buntu perasaanmu. Tidak peduli berapa hari yang kamu habiskan untuk menangis. Tidak peduli berapa hari yang kamu habiskan untuk berharap segala sesuatunya berbeda. Tidak peduli betapa putus asa dan tertekannya perasaan kamu. Aku berjanji kita tidak akan merasa seperti ini selamanya. Kita harus terus membalas dendam. mereka pasti merasakan sakitnya." Kata Hector

"Sesulit apa pun kamu, tidak semenarik yang terkadang kamu rasakan, dan tidak berhasil seperti yang kamu pikirkan. Percayalah bahwa kamu harus menyembunyikan semua bagian diri kamu yang rusak, karena takut orang lain tidak mampu mencintai apa yang kurang sempurna. Percaya bahwa sinar matahari dapat memasuki jendela yang pecah dan menerangi ruangan yang gelap. Terkadang kau harus membiarkan seseorang peduli padamu, bung." Kata Hiro yang membuat Hector menoleh sekilas pada Hiro, lalu Ia meluruskan pandangannya lagi ke arah pepohonan di hutan.

"Aku tidak pernah bermaksud untuk bergantung padamu, pada siapa pun, karena aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah merasa seperti ini, tetapi sekarang mungkin aku membutuhkanmu seperti bumi membutuhkan matahari untuk melihat hari lain. Jadi, kalau kau mati… maka tak ada yang bisa mengalahkan Dio."

Jester yang daritadi bersama mereka berdua pun mengangguk.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Hector

"Aku merasa bersalah karena Louise mati karena aku. Ditambah lagi kau tak bisa membangkitkannya. Aku masih tak percaya dia sudah mati. Apa Jester bisa membangkitkan Louise yang mati?" Tanya Hiro

"Jester tidak bisa melakukannya. Dia adalah badut istana, apa yang kau harapkan? Tapi, Akvan mungkin bisa. Jika kita mengalahkan Dio, mungkin saja Akvan datang. Sebenarnya aku benci dimanfaatkan seperti ini oleh mereka untuk mengalahkan satu sama lain. Tapi, kita tak punya pilihan lain. Jadi, lebih baik aku memilih menjadi bagian pion dari Akvan untuk mengalahkan Dio. Meski aku tak mengenal Akvan, kurasa... dia lebih bisa dipercaya daripada Dio."

"Hei... kau seharusnya berterimakasih padaku, karena aku sudah memberikan surat ijin ke sekolah selama beberapa hari. Jika orangtuaku tahu, maka aku akan mati." Kata Hiro

"Bukan aku yang menyuruhnya untuk membolos ke sekolah." Kata Hector kepada Jester sambil terkekeh kepada Hiro.

"Tetap saja aku terpaksa karenamu. Kau bilang kita tak boleh membuang waktu, sebelum Dio membunuh kita. Aku tidak mau mati masalahnya, jadi aku harus mengikuti apa katamu saja. Ditambah lagi, aku melakukannya untuk membangkitkan Phillip kembali. Aku merasa bersalah karena aku... teman-temanku jadi mati."

"Hidupku berantakan, selalu saja kena bencana dan kesialan. Ada apa dengan orang-orang itu, sih? Coba saja mereka menutup mulut mereka dan memperlakukan orang disekitarnya dengan baik-baik. Tidak ada orang yang menjadi monster untuk membuat monster yang lainnya. Aku ingin lingkaran setan ini berhenti. Tapi, setiap kali aku ingin memaafkan kedua oangtuaku atau orang lain yang telah berbuat sesuatu yang buruk kepadaku atau telah mengatakan sesuatu yang buruk kepadaku. Bagian diriku yang lain, mengingatkanku beribu-ribu alasan lagi agar aku membenci mereka. Dan, ditambah lagi… mereka makin berbuat dan mengatakan hal buruk kepadaku. Itulah yang membuatku sulit memaafkan mereka."

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Aku punya sesuatu yang lebih baik. Ikuti aku!" Kata Hector sambil berlari ke arah pantai.

Jester pun menghilang, dan Hiro berlari menyusul Hector.

"Ayolah! Kenapa kau lama sekali?" Kata Hector yang kini sudah berjalan di pinggir pantai.

"Bukan aku yang terlalu lama, tapi kau yang terlalu cepat berlari!" Kata Hiro yang masih mengikuti langkah Hector, sampai langkahnya berhenti karena di depannya terdapat sebuah kapal bajak laut tanpa awak kapal.

"Woah! Aku tidak tahu kalau kau menyimpan kapal bajak laut!" Kata Hiro sambil naik ke kapal bajak laut itu.

"Sebenarnya kapal ini adalah kapal berhantu, tapi aku membuatnya menjadi tidak lagi menyeramkan. Kau menyukainya?" Tanya Hector yang masih berada di bawah.

"Apa kau bercanda? Aku jatuh cinta dengan kapal ini! Kendaraan ini keren, bung! Ini pertama kalinya aku naik ke kapal bajak laut!" Kata Hiro sambil menjelajahi seluruh kapal.

"Apa kau pernah mengemudikan kapal sebelumnya?" Tanya Hiro

"Tidak, ayahku tak pernah mengijinkannya. Tapi, aku tahu cara menjalankan kapal dan mengemudikan kapal sebelumnya."

"Sekarang kita punya tempat latihan pedang yang lebih keren. Kita bisa latihan pedang disini sekarang." Kata Hector yang akan mengeluarkan pedangnya.

"Tapi aku tidak membawa pedang!" Kata Hiro

"Oh iya! Aku hampir lupa tentang pedangmu." Kata Hector sambil naik ke atas kapal dan masuk ke salah satu ruangan yang ada di kapal itu, dan membuka satu peti yang terdapat sebuah pedang. Hiro pun mengikuti Hector masuk ke sana.

"Ini pedangmu." Kata Hector sambil memberikan pedang dengan kepala singa di pangkal kenopnya.

"Ini keren. Tapi, karena kita berada di berada di atas kapal. Sekalian saja kita biarkan kapal ini berlayar di lautan sebentar."

"Ide bagus." Kata Hector sambil melepas rompi kulitnya dan mulai bersiap untuk melayarkan kapal bajak laut itu. Mereka berdua tidak sendirian untuk menjalankan kapalnya, mereka dibantu oleh beberapa gargoyle yang hidup ciptaan Hector.

"Kapalnya berlayar!" Kata Hiro yang masih memanjat naik di ratlines kapal.

"Aku kira ini tak akan bekerja, karena ini pertama kalinya aku membuat sebuah kapal berlayar sendirian dengan seorang manusia." Kata Hector sambil menatap Hiro yang berada di atas dengan tatapan kagum dan tak percaya. Hector dapat merasakan desiran angin laut yang membuatnya merasa hidup.

"Kurasa, lebih baik kita mulai berlatih pedang." Kata Hiro sambil berayun turun dengan tali ke bawah dan mengeluarkan pedangnya.

"Aye, aye, captain." Kata Hector sambil tertawa dan membungkuk memberi hormat kepada Hiro.

Setelah itu, Ia mulai mengeluarkan pedangnya juga.

Tepat pada saat itu juga, mereka langsung bertarung dengan pedang selama beberapa jam. Dan, setelah lelah berlatih, Hiro segera pulang ke rumahnya untuk membereskana lusinan kardus yang Ia bongkar tadi.

***

Hiro baru saja berlari ke luar halaman belakang untuk mengambil buku novelnya yang tertinggal di luar, tapi pandangannya terfokuskan pada kucing hitam yang tak jauh darinya, Ia seakan-akan mengawasinya.

"Hiro." Panggil kucing hitam itu.

"Uackkk! Kucing bisa bicara? Aku pasti bermimpi! Seharusnya kucing tak bicara." Kata Hiro yang langsung tersandung batu, dan jatuh ke bawah karena terkejut.

"Tenanglah, aku ini Hector." Kata kucing hitam itu sambil mendekat ke Hiro yang terjatuh.

"Kau bisa berubah jadi kucing? Sejak kapan?" Tanya Hiro

"Sejak aku mati. Aku mengubah diriku menjadi seperti ini agar manusia tidak menerobos dan melewati jiwaku yang tidak dilihatnya begitu saja." Kata Hector sambil menatap ke arah tetangga Hiro yang memandang mereka dengan tatapan aneh.

"Lebih baik kita masuk ke dalam sebelum orang lain yang melihat kita berfikir bahwa aku gila karena berbicara pada kucing." Kata Hiro yang menyadari tetangganya sedang melihat mereka berdua dengan tatapan aneh. Setelah itu, Ia mengangkat kucing hitam itu dan membawanya ke kamarnya.

"Terimakasih telah mau membantuku untuk mengalahkan Dio." Kata Hector

"Tidak, aku  juga berterimakasih padamu karena kau mau membangkitkan Phillip. Dan, mungkin… tanpa semua ini, aku tidak akan mengerti."

"Mengerti apa?" Tanya kucing hitam itu.

"Dirimu, keluargamu, Dio, dan banyak hal lain." Jawab Hiro sambil mengalihkan pandangannya untuk membaca buku novelnya.

"Kau adalah orang yang aneh." Kata Hector yang duduk di tempat tidur hitam itu.

"Apa kau sudah membaca setumpuk buku tebal ini?" Tanya Hector sambil melompat ke tumpukan buku milik Hiro.

"Iya, aku lebih suka membaca buku novel daripada buku pelajaran sekolah." Jawab Hiro

"Apa yang kau baca? Bab 32… Field of Dreams? Hidupmu benar-benar dihabiskan untuk membaca semua cerita ini. Menurutku, lebih baik kau menulis novel juga." Kata Hector yang kini meletakkan kepalanya ke buku yang dibaca oleh Hiro.

"Aku sudah menulisnya, hanya jadi bagian awal dan aku tidak tahu akhir ceritanya akan bagaimana. Ngomong-ngomong… bagaimana pendapatmu jika aku menulis novel tentangmu?" Tawar Hiro sambil mengelus leher kucing hitam itu.

"Baiklah, tapi lebih baik kau menambahkan ceritamu juga di novel itu." Kata Hector yang malas.

"Kurasa aku harus mengajak untuk memberitahukannya kepada teman-temanku untuk setuju membantu kita mengalahkan Dio."

Kucing hitam itu kembali ke wujud Hector.

"Mereka tidak akan menyukainya. Terakhir kali kau berkata seperti itu kemarin… mereka menolaknya. Apa kau tak merasa waktumu terbuang sia-sia ditolak lagi oleh mereka?" Tanya Hector

"Aku harus meyakinkan mereka lagi. Aku tidak akan pulang ke rumah sampai mereka menyetujuinya. Kita butuh mereka. Tanpa mereka, aku tak bisa mengalahkan Dio nantinya." Kata Hiro

***

Setelah Hiro menjelaskan apa yang telah terjadi dan kesepakatannya dengan Hector yang kedua kalinya kepada teman-temannya. Hiro terus bersikeras untuk membela Hector di hadapan teman-temannya.

"Baiklah, ini gila. Terlebih kau yang tidak waras, Hiro. Aku tidak menyukainya."

"Ugghh… rasanya aku mau mati." Gumam Miles sambil menjatuhkan dirinya yang sudah lelah ke sofa.

"Ayolah! Jika bukan kita yang melakukannya, maka siapa yang akan peduli?"

"Terakhir kali kau mengatakannya, kita semua hampir mati." Kata Daniel

"Kita tunggu saja sampai ada orang yang mau melakukannya?"

"Butuh sekitar 300 tahun untuk menenangkan  amarah Hector, tidak mungkin menunggu ribuan tahun lagi untuk mengalahkan Dio." Kata Hiro

"Kenapa dia harus meminta tolong padamu dan kita?" Tanya Miles

"Sudah kubilang tadi. Itu karena aku adalah satu-satunya orang yang bisa melihatnya. Dan, dia butuh manusia yang menyerang dengan cahaya untuk mengalahkannya."

"Hector mau membunuh kita, dan sekarang dia mau kita menolongnya?" Kata Phillip

"Dia akan membunuh kalian jika saja aku tak meyakinkannya. Ditambah lagi, jika bukan karenanya mungkin Phillip tidak bisa hidup kembali." Kata Hiro

"Bahkan, sebelum kita menginjakkan kaki ke kastil Agravain…  mungkin dia telah menulis cerita tentang kita. Dan, kau bilang dialah yang juga menulis soal-soal teman-temanmu di China. Dia telah membuat Phillip menjadi seperti kakeknya dan membuat Daniel menjadi seperti ayahnya. Lalu, dia seakan-akan ingin membunuh semua orang, bung! Dia membunuh Louise!" Kata Rocky

"Aku benci mengatakan ini, tapi Rocky benar. Dia mengincarmu sebelum kita menginjakkan kaki kita ke kastil Agravain. Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan teman-temanmu yang di China sekarang? Apa mereka baik-baik saja? Aku harap tidak terjadi sesuatu pada mereka, Hiroshi." Kata Zane

"Aku sama sekali belum berkomunikasi dengan mereka berbulan-bulan. Tapi, Hector tidak mengincarku. Dia tidak menyusun rencana ini. Diomendes yang mengincarku sejak awal, bukan Hector. Dia mengincarku,karena aku Akvan memberikan sesuatu padaku yang terlihat menarik di  mata Dio. Sedangkan, Hector hanyalah boneka yang dikendalikan oleh Dio. Dia tidak bisa memberontak, karena Dio yang memegang jiwanya. Kalau Hector memberontaknya terus-terusan, dia mungkin bisa memakan jiwanya seperti yang lain. Maka, tidak ada pilihan lain baginya untuk menuruti kemauannya."

"Bagaimana kau bisa tahu kalau semua yang dia katakana benar?" Tanya Zane

"Karena aku mempercayainya. Aku tidak tahu kenapa aku bisa mempercayainya, tapi dia sedikit mengingatkanku pada diriku sendiri. Ditambah lagi, dia sebenarnya anak yang baik. Hanya saja dia salah jalan karena dia tidak memiliki siapapun. Saat dia menemukan seseorang yang dia percaya, dia selalu berakhir dimanfaatkan ataupun dikhianati, jadi dia mengeraskan hatinya agar dia tidak menjadi lemah." Kata Hiro

"Bagaimana kau bisa pastikan bahwa itu benar? Kita tidak tahu apakah dia bisa dipercaya atau tidak. Bagaimana jika Hector bekerja sama dengan Dio untuk menjebak kita semua?" Tanya Miles

"Itu tidak mungkin terjadi. Karena, kematian Sullyvan mati karenanya juga. Ditambah lagi, Dio memanfaatkan, dan mengkhianati Hector. Dio sangat dibutakan oleh iri hati dan kebencian sehingga dia membenci semua orang. Lalu, dia membuat permainan untuk mempermainkan manusia agar dia bisa memakan jiwa-jiwa yang tersesat, hancur, menyedihkan, dan punya harapan itu. Dia memakan jiwa-jiwa lemah orang dewasa terlebih anak-anak. Jika kita tidak menyusun rencana untuk mengalahkannya, dia akan mengalahkan kita duluan. Dia selalu seribu langkah lebih maju dari kita, karena dia hampir tau segalanya tentang kita. Bahkan, kurasa dia lebih mengenalku daripada aku mengenal diriku sendiri. Saat ini, dia mungkin telah menyusun renanya lagi. Dio selalu punya rencanya, jika rencana satunya gagal, maka dia punya selusin rencana cadangan lagi yang mengantri untuk digunakan." Kata Hiro

"Lalu, apa gunanya? Dia lebih unggul dari kita, aku tidak mau bunuh diri, karena mustahil bagi kita untuk menang. Kita benar-benar tidak waras untuk membunuh iblis yang berusia ratusan tahun lebih tua dari kita."

"Jika sendirian mengalahkannya, tentu saja kita kalah. Tapi, dengan bersama-sama… mungkin kita bisa mengalahkannya." Kata Hiro

"Diomendes lebih unggul daripada Hector. Saat kita melawan Hector, kita semua hampir mati. Apa jadinya jika kita melawan Dio?" Tanya Zane

"Kita punya Hector yang bertarung di pihak kita juga. Dia akan menyerang Dio dengan kegelapan, sedangkan kita akan menyerang Dio dengan kekuatan cahaya." Kata Hiro

"Dan, bagaimana kita akan melakukannya?"

"Ini sudah di luar akal sehat." Gumam Miles

"Aku mengajak kalian terlebih dulu, baru kalau kalian semua setuju… kita akan pikirkan jalan keluarnya. Karena hal yang seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Tapi, yang kuthu… aku ingin menghentikan lingkaran setan yang terus berputar ini. Aku tidak ingin ada monstear lainnya lagi."

"Kenapa kau membela Hector? Meski dia sudah hampir membunuhmu beberapa kali… kenapa kau mau membelanya?" Tanya Rocky

"Karena, aku sedikit mengerti apa yang dia rasakan. Lagipula, jika kita mengalahkan Dio. Mungkin, Akvan akan datang dan aku bisa meminta tolong dia membangkitkan Louise."

"Baiklah, ayo kita lakukan percobaan bunuh diri bersama lagi." Kata Miles

"Aku ikut denganmu, kawan." Kata Zane dan Phillip

"Aku ikut. Demi kepentingan kita dan orang-orang lain nantinya." Kata Daniel

"Apa?! Kalian tidak waras." Kata Rocky yang langsung disertai dengan tatapan memohon para sahabatnya.

"Sial… Baiklah aku ikut. Tapi, ini untuk yang terakhir kali." Kata Rocky

"Sempurna."

"Tapi, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Zane

"Kita sudah mengenang kembali trauma masa kecil kita, jadi kita harus mengumpulkan satu benda yang membuat kita trauma di masa lalu itu." Kata Hiro

"Bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan Hector?" Tanya Miles

"Dia bisa menulis sebuah pesan lewat kertas, ataupun photograph, dan lain-lain. Hector berkomunikasi dengan cara dia menulis ke kalian atau dia bisa berkomunikasi denganku, lalu aku akan menyampaikannya ke kalian. Dia juga bisa berupa kucing hitam bermata kuning. Terkadang dia menjadi kucing hitam yang ikut kemana pun."